Prabowo Tegaskan Dukungan Indonesia untuk Palestina, Dinilai Sebagai Pengecualian Politik Luar Negeri Bebas Aktif

Jurnalis: Afi Ibrahim
Kabar Baru, Sorong – Pidato Presiden Prabowo Subianto pada forum internasional di New York, Amerika Serikat, 23 September 2025, menjadi sorotan dunia.
Dalam pidatonya, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia hanya akan mengakui kedaulatan Israel jika Israel terlebih dahulu mengakui kemerdekaan dan kenegaraan Palestina.
Pernyataan tersebut disambut tepuk tangan meriah oleh para hadirin.
Selain menyinggung isu ketahanan pangan, keamanan energi, dan tantangan strategis global, Prabowo menyampaikan sikap politik luar negeri Indonesia terkait konflik Israel–Palestina.
Dukungan tegas terhadap kemerdekaan Palestina dinilai menjadi pengecualian dari prinsip politik luar negeri Indonesia yang menganut asas Bebas Aktif.
Anggota Badan Kerja Sama Parlemen Antar Negara DPD RI, Agustinus R. Kambuaya, menilai langkah tersebut sebagai sikap politik yang selaras dengan suara mayoritas masyarakat Indonesia.
“Prinsip bebas aktif berarti bebas menjalin hubungan dengan semua pihak dan aktif dalam upaya perdamaian dunia. Namun dalam konteks konflik Israel–Palestina, pemerintah mengambil posisi tegas mendukung Palestina. Ini merupakan pengecualian,” ujar Agustinus, Rabu (24/9/2025).
Menurutnya, sikap ini tentu membawa konsekuensi dalam percaturan politik global.
Amerika Serikat, Israel, dan sejumlah negara dengan kepentingan di kawasan tersebut akan menilai Indonesia sebagai sahabat, namun juga mewaspadai langkah politik luar negeri yang diambil.
“Variabel politik luar negeri saling berkaitan dengan politik dalam negeri. Mayoritas rakyat Indonesia mendukung Palestina, dan Presiden menyesuaikan dengan dinamika itu. Keberhasilan memainkan catur politik global akan menentukan kepentingan bangsa kita,” tambahnya.
Agustinus juga menekankan pentingnya memperkuat kekuatan nasional agar Indonesia memiliki posisi tawar yang lebih kuat di kancah internasional.
Menurutnya, kemandirian teknologi, penguasaan ilmu pengetahuan, dan pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul adalah instrumen utama dalam politik global.
“Tanpa itu, sikap politik hanya menjadi retorika, seperti senjata tanpa peluru. Israel sendiri telah membuktikan kekuatan SDM sebagai national power yang diperhitungkan,” katanya.