Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Gempol Ngadeupa, Monumen yang Menyimpan Tragedi Perjuangan Kemerdekaan

Monumen Gempol Ngadeupa, menjadi saksi bisu tragedi kelam Agresi Militer Belanda II tahun 1948 di Karawang Jawa Barat.

Jurnalis:

Kabar Baru, Karawang – Sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di Karawang tak hanya terpatri pada peristiwa Rengasdengklok. Di kaki Gunung Goong, Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegalwaru, berdiri kokoh Monumen Gempol Ngadeupa, menjadi saksi bisu tragedi kelam Agresi Militer Belanda II tahun 1948.

Monumen ini dibangun oleh Pangdam III/Siliwangi Mayjen Tayo Tarmadi dan diresmikan pada 13 Mei 1996. Nama Gempol Ngadeupa diambil dari pohon gempol yang tumbuh di lokasi tersebut. Sementara itu, ngadeupa dalam bahasa Sunda berarti “beristirahat”.

Jasa Pembuatan Buku

Pada masa perjuangan, lokasi ini menjadi titik persinggahan pasukan pejuang yang bergerak dari Yogyakarta menuju Jakarta melalui jalur hutan pegunungan di wilayah Karawang Selatan.

Menurut Khoerudin, anggota Komisi III DPRD Karawang sekaligus pengelola monumen, pemilihan lokasi ini didasari faktor strategis. Letaknya tersembunyi di lembah yang diapit tiga gunung Gunung Goong, Gunung Seureuh, dan Gunung Rungking membentuk benteng alami yang sulit dijangkau musuh.

Namun, sekitar September 1948, benteng alam ini luluh lantak. Pasukan pejuang yang dipimpin Engkong Darsono menjadi sasaran serangan udara pasukan Belanda. Rentetan bom dan tembakan dari udara, disusul gempuran pasukan darat, menewaskan puluhan prajurit. Dari total 48 anggota batalyon, sekitar 30 orang gugur, termasuk sang komandan.

Kini, di area monumen seluas 120 meter persegi itu, berdiri patung prajurit yang mengibarkan bendera merah putih. Di sekelilingnya, terdapat sembilan makam tanpa nama, yang diyakini sebagai jasad prajurit yang ditemukan utuh.

Sementara 21 korban lainnya hancur tak bersisa akibat ledakan. Seluruhnya merupakan pejuang dari luar daerah, sehingga tak ada satu pun yang dapat diidentifikasi oleh warga setempat.

“Betapa brutalnya serangan Belanda saat itu. Korban yang utuh hanya sembilan orang, sisanya hancur. Karena mereka semua tentara dari luar daerah, tidak ada nama yang bisa diabadikan,” ujar Khoerudin mengenang. Senin (11/8).

Meski tak setenar Rengasdengklok, Monumen Gempol Ngadeupa tetap menjadi pengingat nyata bahwa kemerdekaan yang dinikmati saat ini dibayar mahal oleh para pahlawan banyak di antaranya gugur tanpa sempat dikenal namanya. (Vall)

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store