Hancurkan Hutan dan Ancaman Bencana, Aktivis Desak Tangkap 4 Bos Tambang Ilegal di Manokwari

Jurnalis: Redaksi
Kabar Baru, Manokwari – Aktivitas tambang ilegal di Kabupaten Manokwari, Papua Barat, kembali menuai sorotan tajam. Empat bos tambang berinisial A alias Amri, S alias Samsir, A alias Alfian, dan S alias Samat disebut-sebut masih aktif beroperasi di kawasan hutan lindung seperti Kali Yakup, Warmumi, dan Wariori.
Aktivis Lingkungan sekaligus Sekretaris Umum DPP BMP2I Papua Barat Markus Fatem mendesak Kapolda Papua Barat untuk segera menangkap para pelaku tambang ilegal tersebut.
Dalam pernyataannya, Markus Fatem menegaskan bahwa keempat bos tambang tersebut telah melakukan kerusakan parah terhadap hutan dan ekosistem di wilayah Manokwari. Ia menyebutkan bahwa alat berat seperti ekskavator digunakan secara masif di lokasi tambang ilegal.
“Bos tambang A alias Amri beroperasi di daerah Kali Yakup dengan 4 ekskavator. S alias Samat mengeruk Warmumi dengan 8 ekskavator. Bos tambang S Alias Samsir berkerja dengan alat berat 22 ekskavator dan bos tambang berinisial A alias Alfian bekerja dengan alat berat sebanyak 4 ekskavator. Ini jelas-jelas perusakan lingkungan yang sistematis,” tegas Aktivis Lingkungan Markus Fatem.
Ia menerangkan bahwa, aktivitas ini sangat membahayakan dan berpotensi menimbulkan bencana alam. Markus menyinggung tragedi dua bulan lalu di Kabupaten Pegunungan Arfak, dimana 19 penambang ilegal tewas akibat longsor.
“Kami tidak ingin kejadian tragis itu terulang lagi. Jika aparat tidak bertindak, maka bukan hanya hutan yang habis, tapi nyawa masyarakat juga menjadi taruhannya. Kami, anak-anak Papua, tidak mau menjadi korban karena keserakahan para penambang ilegal,” ucapnya.
Markus menyampaikan harapannya kepada Kapolda Papua Barat agar segera turun tangan, menertibkan aktivitas ilegal tersebut, serta menyita semua alat berat yang masih beroperasi di lapangan.
“Saya menyaksikan langsung operasi mereka di Kali Yakup, Warmumi, dan Wariori. Penegakan hukum harus segera dilakukan. Tangkap, adili, dan sita seluruh alat berat mereka, hangan tunggu sampai bencana datang dan merenggut nyawa kami,” jelasnya.
Diakuinya bahwa kondisi hutan di pegunungan Kali Wariori disebut sudah mengalami kerusakan parah akibat aktivitas tambang. Pepohonan ditebang dan tanah digusur tanpa memedulikan dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
“Sangat disayangkan hutan di gunung kali Wariori digusur habis oleh penambang dengan alat berat, jika tidak ditegaskan oleh pihak kepolisian maka hutan kami akan habis oleh penambang dan sampai sekarang aktivitas tambang masih tetap berjalan,” tutupnya.
Desakan masyarakat sipil dan pegiat lingkungan ini diharapkan menjadi perhatian serius aparat penegak hukum. Masyarakat Papua Barat kini menanti tindakan nyata dari Kapolda Papua Barat demi menyelamatkan lingkungan dan generasi masa depan. (***)