Barat Ancam Walk Out dari G20, Indonesia Tak Gentar?

Jurnalis: Alberto Salim
KABARBARU, INTERNASIONAL – Negara-negara Barat dilaporkan tengah bersiap untuk menggelar aksi walk-out terkoordinasi dalam pertemuan menteri keuangan G20, Kamis kemarin. Hal itu sebagai bentuk protes atas serangan Rusia ke Ukraina, yang terjadi sejak 24 Februari lalu.
Seperti yang diketahui, Negara-negara barat termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada, kompak meninggalkan ruangan, saat perwakilan Rusia berbicara di tengah-tengah pertemuan kedua jalur keuangan G-20 di Washington DC, Amerika, pada, Kamis (21/04/2022).
Dilaporkan Menteri Keuangan AS Janet Yellen tak akan menghadiri sesi G20 yang diikuti oleh pejabat Rusia. Hal sama juga akan dilakukan Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak. Sumber pejabat Prancis mengaku pejabat negara-negara G-7 akan meninggalkan kursi mereka ketika Rusia berbicara.
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov sendiri telah dipastikan hadir. G20 terdiri dari Amerika Serikat (AS), Afrika Selatan (Afsel), Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, China, Turki, Uni Eropa dan termasuk Indonesia. Tahun ini RI menjadi pemimpinnya dan diberi gelar presidensi G20.
Meski demikian, ia meminta Barat hati-hati. Pasalnya melemahnya pengaruh G-7 bisa membuat China berlaku dominan.
“Rusia dapat bersekutu dengan China. Saya pikir itu hasil yang baik dari perspektif Rusia dan benar-benar memberi mereka pengaruh lebih besar daripada yang mereka miliki di badan seperti G20,” kata Direktur Pusat Geoekonomi Dewan Atlantik dan mantan penasihat IMF, Josh Lipsky.
Sementara itu, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani mengaku tak heran, jika ketiga negara tersebut keluar dari forum. Kendati demikian, Sri Mulyani memastikan hal itu tidak lantas membuat keberlangsungan status acara G20 menjadi skeptis. Ia optimis bahwa perhelatan G20 nanti akan tetap berjalan sebagaimana ketetapan sebelumnya.