Soroti Wisuda Mewah di Kota Malang, Putri Aidillah: Pendidikan Harus Inklusif

Jurnalis: Rifan Anshory
Kabar Baru, Malang – Sejumlah orang tua siswa SDN Kauman I Kota Malang, Jawa Timur, mengeluhkan acara wisuda di lingkungan sekolah setempat yang dinilai terlalu mewah dan mahal.
Namun, mereka enggan bersuara lantaran takut anaknya mendapat cibiran atau perlakuan tidak nyaman di sekolah.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi D DPRD Kota Malang, Putri Aidillah, angkat bicara. Ia cukup prihatin apabila kegiatan wisuda menimbulkan beban psikologis dan finansial, terutama di lingkungan sekolah dasar (SD) negeri.
“Kegiatan wisuda yang berlebihan di jenjang SD seharusnya tidak menjadi tren. Sekolah harus lebih bijak dan peka terhadap kondisi sosial orang tua murid. Jangan sampai pendidikan justru jadi ajang pamer atau gengsi,” ujar Putri kepada kabarbaru.co, Senin (26/5).
Putri menekankan, lingkungan sekolah semestinya mengedepankan prinsip keadilan dan inklusivitas.
Terlebih jika orang tua merasa takut menyampaikan pendapat karena dampak pada anak, hal itu mengindikasikan masalah dalam iklim komunikasi sekolah.
“Kalau orang tua takut menyampaikan pendapat karena takut anaknya dicibir, itu menandakan ada krisis dalam budaya dialog kita. Ini harus jadi evaluasi serius,” lanjutnya.
Politisi Fraksi PKB itu juga meminta Dinas Pendidikan setempat turun tangan mengevaluasi seluruh kegiatan seremonial di sekolah-sekolah, agar tidak melenceng dari prinsip kesederhanaan dan gotong royong.
“Wisuda bukan bagian dari kurikulum wajib. Jika ingin dilaksanakan, harus ada batasan yang jelas agar tidak membebani dan tetap memberikan makna kebersamaan,” pungkasnya.
Sebelumnya, keluhan dari sejumlah orang tua siswa mencuat di media sosial dan grup percakapan.
Mereka menyayangkan biaya dan kemewahan acara wisuda di SDN Kauman I, namun memilih diam karena takut anak-anak mereka dikucilkan jika orang tua menyuarakan keberatan secara terbuka.