Ratusan Warga Demo PT Garam, Tuntut Kembalikan Tanah Leluhur

Jurnalis: Rifan Anshory
Kabar Baru, Sumenep – Konflik agraria yang telah lama membara di Kabupaten Sumenep, Madura, pecah dalam aksi demonstrasi besar-besaran pada Selasa (22/7).
Ratusan warga dari berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam Yayasan Tanah Leluhur (YTL) memadati kantor PT Garam (Persero) di Kalianget untuk menyuarakan kemarahan dan tuntutan mereka terhadap perusahaan BUMN tersebut.
Aksi diwarnai pembakaran ban bekas sebagai simbol kekecewaan mendalam masyarakat terhadap PT Garam, yang dinilai mengabaikan keadilan agraria dan hak masyarakat adat.
Massa yang sebagian besar terdiri dari petani garam lokal membawa spanduk bertuliskan “Tanah Leluhur Adalah Warisan, Bukan Barang Dagangan!”, menegaskan bahwa perjuangan ini menyangkut lebih dari sekadar konflik lahan.
“Kami sudah terlalu sabar. Tapi kesabaran kami kini sampai pada batasnya. PT Garam jangan menganggap kami tak mampu bersuara. Kami akan berdiri membela tanah warisan leluhur kami,” ucap Koordinator Aksi, Moh. Nasir, Selasa (22/7).
Nasir menduga manajemen PT Garam sengaja memperkeruh keadaan dengan membiarkan konflik berlarut-larut.
Ia menyayangkan absennya General Manager Legal dan Aset yang dinilai “bolos kerja” saat krisis tengah memuncak.
Karena itu, YTL membawa empat tuntutan terhadap PT Garam :
1. Hentikan Adu Domba Antarwarga.
Massa menilai PT Garam telah menciptakan konflik horizontal dengan strategi pecah-belah, yang hanya memperpanjang krisis sosial.
2. Kosongkan Lahan Blok 106 dan 107.
Lahan yang disengketakan dianggap sebagai tanah adat yang tidak memiliki kontrak hukum yang sah dengan PT Garam. Warga menuntut agar perusahaan segera menarik diri dari area tersebut.
3. Copot GM Legal dan GM Aset.
Kedua pejabat dinilai tidak profesional karena tidak pernah hadir di lapangan dan dianggap gagal menjalankan tugas menyelesaikan konflik.
4. Direktur Utama PT Garam Harus Turun Tangan.
Warga mendesak Direktur Utama PT Garam hadir langsung di lokasi untuk berdialog terbuka dengan masyarakat dan mencari solusi konkret.
YTL menegaskan, jika tuntutannya diabaikan, maka aksi akan menduduki kantor PT Garam secara permanen.
Pihaknya siap mendirikan tenda perjuangan di halaman kantor sebagai bentuk perlawanan rakyat terhadap ketidakadilan.
“Ini bukan hanya soal tanah. Ini tentang martabat, tentang warisan leluhur, dan tentang keberlangsungan hidup kami. Dan kami tidak akan mundur!” Ucap Moh. Nasir.
Penutup, pihaknya juga mendesak Menteri BUMN Erick Thohir untuk turun tangan langsung dalam menyelesaikan konflik yang telah berlangsung bertahun-tahun ini.