Polemik PKB dan PBNU, Pengamat: Sangat Berpengaruh pada Elektabilitas Cak Imin

Jurnalis: Haidar Ali
Kabar Baru, JAKARTA – Tahun politik yang kian dekat mengakibatkan eskalasi politik semakin memanas. Banyak nama tokoh muncul yang digadang-gadang akan maju di pilpres 2024 mendatang, termasuk ketua umum DPP PKB, A Muhaimin Iskandar.
Cak Imin (sapaan akrabnya) secara blak-blakan mengakui kesediaannya untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden (capres) pada pemilu 2024 mendatang.
Bahkan, Cak Imin mengklaim telah mendapatkan dukungan dari para Gus, Kiai, dan pesantren di Jawa timur.
Namun akhir-akhir ini hubungan PKB, Cak Imin dan PBNU tak se-harmonis dulu. Pasalnya, Gus Yahya, selaku ketua umum PBNU menegaskan NU tak boleh jadi alat politik PKB.
Muhaimin Iskandar menyatakan diri akan tetap maju di pilpres 2024 mendatang meskipun tak di dukung PBNU. Bahkan dirinya dengan tegas menyatakan ketua umum PBNU, Yahya Cholil Staquf tak punya pengaruh bagi PKB.
PBNU sendiri menganggap ketua umum PKB, Muhaimin Iskandar tak mempunyai etika komunikasi yang baik dan arogan.
“Saya terus terang merasa heran, kaget dengan Ketum PKB tiba-tiba kehilangan akhlak komunikasi. Kita melihat ada arogansi Muhaimin sebagai Ketum PKB dalam pernyataan tersebut, justru ini sangat tidak baik,” ujar Ketua PBNU Ishfah Abidal, Senin (2/5).
Pengamat Politik nasional dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai ketidakharmonisan tersebut dipengaruhi oleh faktor historis.
“Jika kita lihat perjalanan PKB memang tak lepas dari NU. Tapi di tengah perjalanannya terjadi konflik di internal PKB antara kubu Gus Dur dan kubu Cak Imin yang membuat Gus Dur lengser dari ketum PKB. Nah Gus Yahya itu orang yang dekat sekali dengan Gus Dur. Sedikit banyak secara personal dia kecewa pada cak Imin,” papar Ujang Komarudin kepada kabarbaru.co lewat sambungan telpon, (11/05/22).
Dirinya menilai ketidakharmonisan antara PKB dan PBNU berpengaruh terhadap elektabilitas dan suara Cak Imin.
“Jelas berpengaruh, sebab pemilih PKB mayoritas adalah warga NU,” ujar Ujang Komarudin.
“Apalagi hari ini PBNU mengakomodir seluruh partai politik, tak hanya PKB. Suara warga NU akan mengarah tak hanya pada PKB tapi pada partai lainnya,” sambungnya.
Menurut Ujang, Cak Imin masih punya kesempatan lewat dukungan kontingen PKB. Dengan kondisi demikian Ujang Komarudin menilai sulit bagi cak Imin untuk menjadi capres.
“Ya, PKB kan punya sekitar 8-10 persen kursi legislatif. Nah, kontingen itulah modal dia (cak Imin) nyapres. Meski demikian, harmoni PKB dengan PBNU begitu penting sebagai modal cak Imin nyapres,” tutur pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia ini.
“Kondisinya memang begitu. Bagi saya, kalo untuk capres sepertinya sulit sekali, tapi kalo calon wapres ya mungkin-mungkin saja. Cak Imin kan lihai dan gesit,” pungkasnya.