Melihat Lebih Dekat Pengabdian Masyarakat FTMM UNAIR di Sumenep

Jurnalis: Rifan Anshory
Kabar Baru, Sumenep – Sustainable Energy and Green Technology Applications (SEGTA) 2025 yang menjadi kegiatan internasional Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) UNAIR dalam mewujudkan capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals).
Tahun 2025, SEGTA kembali menjalankan misi community development (pengabdian masyarakat) di Kalianget dan Gili Iyang, Sumenep, Madura, (10/08).
Tidak tanggung-tanggung, kegiatan ini melibatkan dukungan peserta mahasiswa dan staf asing, dengan 91 peserta. SEGTA tahun ini memfokuskan 6 kegiatan pengmas di Sumenep.
Pertama, “Solar-Powered Hydroponics: A Solution for Enhancing Food Security and Reducing Reliance on Fossil Fuels”. Kedua, “Coconut Tree Planting to Preserve Oxygen Quality in Gili Iyang”. Berikutnya topik “Education Outreach: Empowering Students through Electric Mobility and Renewable Energy Education”. Lalu “Real-Time Air Quality Monitoring: Toward Green Sustainable Gili Iyang Island”, dan Drone Applications, Green Technology, and Policy for Supporting Sustainable Tourism. Terakhir, “Maintaining Solar Shelters to Ensure Renewable Energy Quality in Gili Iyang”.
Menurut Prof. Dr. Retna Apsari, M.Si. Wakil Dekan 3 Bidang Riset, Inovasi, Pengabdian Masyarakat, dan Kerjasama FTMM Universitas Airlangga, kegiatan di Kalianget berfokus pada Solar-Powered Hydroponics: A Solution for Enhancing Food Security and Reducing Reliance on Fossil Fuels.
Lokasinya ada di Green House Buah Melon yang dikelola Bumdes Setia Makmur, Desa Kalianget Barat, Kec. Kalianget, Kab. Sumenep.
Sementara 6 pengmas sisanya, berlangsung di Gili Iyang. Pada pengmas di Kalianget, FTMM menghadirkan narasumber Rizki Putra Prastio, S.Si., M.T. Dosen Dosen Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan FTMM UNAIR. Juga Dr. Tri Siwi Agustina, S.E., M.Si dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR.
Meski berbeda pada konsep hidroponik, menurut Rizki Putra Prastio, green house melon di Kalianget Barat bisa memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT). Karena pada proyek di Ngerong Pasuruan, IoT bisa memaksimalkan hasil tanaman. Seperti sayur bok choy dan lettuce. Termasuk memanfaatkan tenaga matahari yang ramah lingkungan. Namun, perlu proses pemetaaan wilayah dari udara dengan konsep aerial photography.
Tanam Pohon Kelapa di Green Island Gili Iyang
Selain itu, Tahta Amrillah, S.Si., M.Sc., Ph.D. Dosen Prodi Rekayasa Nanoteknologi FTMM, sekaligus koordinator pengmas “Coconut Tree Planting to Preserve Oxygen Quality in Gili Iyang”, menanam setidaknya 20 bibit pohon kelapa di Green Island Gili Iyang.
Green Island Gili Iyang merupakan lahan baru yang menjadi lokasi proyek pengembangan wisata hijau. Kelapa punya manfaat ekologis sebagai penahan angin dan abrasi, sekaligus manfaat ekonomis yang tinggi melalui berbagai produk turunannya.
Penanaman pohon kelapa berlangsung secara simbolis, dan melibatkan perwakilan mahasiswa asing.
Inovasi lain pada SEGTA adalah pemanfaatan biofertilizer, pupuk hayati berbasis mikroorganisme alami yang dari fermentasi limbah organik. Biofertilizer ini untuk mendukung pertumbuhan tanaman sekaligus meningkatkan kesuburan tanah secara alami, tanpa bahan kimia berbahaya.
Tim SEGTA juga memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang cara pembuatan dan aplikasi biofertilizer mandiri, sehingga mereka dapat menerapkannya di lahan pertanian mereka sendiri.
Sebagai tambahan informasi, kegiatan ini merupakan bentuk target pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya SDGs 13: Climate Action dan SDG 15: Life on Land. FTMM mendukung aksi nyata Gili Iyang sebagai wisata hijau.
Kualitas Kadar Oksigen Terbaru Gili Iyang
Pada pengmas “Real-Time Air Quality Monitoring: Toward Green Sustainable Gili Iyang Island”, tim comdev Dr. Agus Mukhlisin, S.T., M.T., menerapkan teknologi pemantauan kualitas udara secara real-time yang dapat mengukur kadar oksigen dan karbondioksida.
“Monitoring kadar oksigen sangat penting untuk mengetahui data real-time sehingga kadar oksigen di lingkungan Gili Iyang dapat terukur secara pasti. Dengan mengetahui kadar oksigen maka masyarakat dapat menyadari untuk menjaga lingkungan sehingga kadar oksigen bisa tetap terjaga tinggi,” jelas Agus.
Monitor kadar oksigen terpasang di Puskesmas Pembantu Bancamara Gili Iyang. Teknologi yang dipasang mampu menampilkan konsentrasi oksigen (%vol) dan karbon dioksida (ppm) secara langsung. Dari pantauan per Minggu (10/08) menunjukkan 20.89 % vol kadar oksigen.
Tentunya, kegiatan ini menjadi target capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals), khususnya poin SDG 13: Climate Action dan SDG 11: Sustainable Cities and Communities (Andri Hariyanto/laporan).