Kegiatan Pembinaan Pokdarwis 2025 Disbudpar Sepi Peserta, Acara Terkesan Hanya Formalitas Habiskan Anggaran

Jurnalis: Masudi

Kabar Baru,Bangkalan- Acara pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan destinasi wisata Kabupaten Bangkalan (pembinaan Pokdarwis 2025) yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bangkalan di Gedung Merdeka justru berlangsung hambar.

Selama tiga hari pelaksanaan, kegiatan ini tampak sepi, kursi yang disiapkan banyak kosong, dan hanya dihadiri segelintir peserta.

Padahal, kegiatan pembinaan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) diharapkan mampu menjadi wadah penting untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengelola potensi wisata daerah. Namun kenyataannya, acara berjalan tanpa antusiasme dan kurang menarik perhatian publik.

Dari pantauan di lokasi gedung merdeka, ruangan yang luas terlihat kosong di banyak bagian. Hanya ada beberapa kelompok kecil peserta yang mengikuti jalannya acara, sementara sebagian besar kursi dibiarkan tanpa penghuni. Suasana pun terkesan tidak bergairah.

Sejumlah pihak menilai, minimnya peserta merupakan akibat langsung dari lemahnya sosialisasi. Informasi terkait kegiatan ini tidak tersampaikan secara luas kepada masyarakat maupun komunitas pariwisata.

Selain itu, program ini dianggap tidak melalui kajian mendalam maupun perencanaan yang matang, sehingga hanya bersifat formalitas belaka.

“Kalau acara seperti ini tidak dipersiapkan dengan baik, hasilnya ya seperti ini. Peserta tidak tahu, masyarakat juga tidak paham, akhirnya kegiatan hanya menjadi seremonial yang menghabiskan anggaran,” ungkap Mozayyin

Kritik juga muncul terkait penggunaan anggaran. Kegiatan tiga hari dengan fasilitas gedung, perlengkapan, dan konsumsi tentu membutuhkan biaya tidak sedikit. Namun, hasil yang tampak di lapangan justru tidak sepadan.

Hal ini menimbulkan pertanyaan publik tentang efektivitas penggunaan dana, sekaligus keseriusan pemerintah daerah dalam mengembangkan sektor pariwisata.

Bangkalan sebenarnya memiliki banyak potensi wisata, mulai dari wisata religi, budaya, hingga alam. Namun tanpa strategi yang jelas, potensi itu sulit berkembang. Alih-alih fokus pada pemberdayaan nyata, kegiatan seremonial yang minim manfaat justru bisa membuat kepercayaan masyarakat terhadap program pemerintah semakin menurun.

Minimnya peserta pada acara ini menjadi cermin bahwa masih ada pekerjaan rumah besar bagi Disbudpar Bangkalan. Publik menunggu langkah konkret, bukan sekadar seremoni, agar pariwisata Bangkalan bisa benar-benar berkembang dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.