Gerakan Save Bone Bolango Tolak Diskriminasi, Paguyuban Suwawa Kawal Nepotisme

Jurnalis: Pengki Djoha
KABAR BARU, GORONTALO— Gerakan “Save Bone Bolango” tengah menjadi sorotan di media sosial setelah puluhan aktivis dan kaum muda menolak keras isu diskriminatif yang menyebut bahwa “orang luar Bone Bolango tidak bisa masuk.” Isu ini diduga disebarkan oleh oknum tertentu dengan motif yang tidak jelas, yang berpotensi menghambat investasi serta memecah belah solidaritas masyarakat.
Salah satu koordinator aksi digital menyatakan bahwa ada upaya sistematis untuk membatasi ruang gerak orang-orang yang ingin berkontribusi di Bone Bolango. “Kami melihat adanya narasi yang sengaja dibangun untuk menciptakan iklim eksklusif di daerah ini,” ujarnya.
Aksi vokal para aktivis mendapat dukungan penuh dari masyarakat, termasuk Ketua Paguyuban Suwawa, Fandi Biga. Ia mengapresiasi solidaritas para aktivis dan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengarahkan energi pada pengawasan tata kelola pemerintahan, khususnya dalam menanggulangi praktik nepotisme yang dianggap sebagai penyakit kronis birokrasi.
“Nepotisme merusak birokrasi dan menghambat kemajuan. Jika Bone Bolango ingin maju, semua jabatan dan proyek harus diberikan secara adil, transparan, dan bebas dari intervensi keluarga atau kerabat dekat,” tegas Fandi Biga.
Para aktivis dan Paguyuban Suwawa berkomitmen untuk terus berkolaborasi, baik di ruang digital maupun di lapangan, demi terwujudnya pemerintahan Bone Bolango yang bersih, adil, dan terbuka bagi semua lapisan masyarakat. Gerakan ini menjadi simbol penting perjuangan melawan diskriminasi dan praktik tidak adil di daerah tersebut.