Fenomena Parkir Liar di Karawang: Nafkah di Tengah Geliat Industri
Jurnalis: Deni Aping
Kabar Baru, Karawang – Deru kendaraan yang keluar-masuk kawasan pabrik di Karawang bukan hanya menandakan geliat industri, tetapi juga menjadi sumber penghidupan bagi sebagian warga.
Di balik riuh mesin dan lalu lintas buruh pabrik, sejumlah orang menggantungkan hidup dari profesi sebagai juru parkir liar.
Salah satunya Bokir, warga yang telah lama menekuni pekerjaan ini. Setiap malam hingga menjelang pagi, ia berdiri di tepi jalan mengatur kendaraan yang masuk, sembari berharap pengendara berkenan memberi uang parkir.
“Mulai jam delapan malam sampai jam empat pagi. Kalau sedang ramai bisa dapat dua ratus ribu, nanti dibagi dua sama teman,” ujarnya, Sabtu (6/9).
Bagi sebagian orang, nominal tersebut mungkin tidak besar. Namun, bagi Bokir dan rekannya, pendapatan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan harian. Bahkan dalam kondisi sepi sekalipun, mereka tetap mendapat penghasilan meski jauh lebih kecil.
“Kalau lagi sepi sekitar lima puluh ribu sampai seratus ribu rupiah, tetap dibagi dua. Kalau sepi banget ya cuma tiga puluh ribu,” katanya sambil tersenyum.
Profesi ini tentu bukan tanpa risiko. Selain harus berdiri berjam-jam, para juru parkir kerap menghadapi pengendara yang enggan membayar hingga potensi bentrok dengan juru parkir lain. Meski begitu, pekerjaan ini tetap dijalani karena sulitnya mencari pekerjaan formal.
Fenomena parkir liar di Jalan Tuparev, Karawang, menggambarkan dua sisi mata uang. Di satu sisi, ia menjadi solusi ekonomi bagi warga yang kesulitan mencari pekerjaan. Namun di sisi lain, praktik ini menimbulkan pertanyaan tentang tata kelola perparkiran, potensi kebocoran retribusi daerah, hingga maraknya pungutan liar.
“Selalu ada saja kendaraan, tapi paling ramai ya malam Minggu,” ungkap Bokir.
Bagi para juru parkir liar, setiap motor dan mobil yang datang adalah peluang rezeki. Sementara bagi pemerintah, setiap uang parkir yang tidak tercatat berarti potensi pendapatan asli daerah yang hilang.
Di antara tarik-menarik kepentingan itu, denyut kehidupan tetap berjalan: buruh pabrik bergegas mengejar jam kerja, sementara para juru parkir terus berusaha mengais rezeki dari lahan parkir yang tak menentu hasilnya. (Vall)
Berita Baru
Berita Utama
Serikat News
Suara Time
Daily Nusantara
Kabar Tren
Indonesia Vox
Portal Demokrasi
Lens IDN
Seedbacklink







