Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Dulu Menggugat, Kini Digugat: IPM Gorontalo Utara Terendah, Kepemimpinan Intelektual Thariq Modanggu Disorot

Sekretaris Jenderal Badan Eksekutif Mahasiswa UNG, Jikran Kasadi ( Dok : Pribadi).

Jurnalis:

Kabar Baru, Gorontalo Utara – Menurut data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, Gorontalo Utara menjadi satu-satunya wilayah di Provinsi Gorontalo yang masih terklasifikasi dalam kategori rendah pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dengan skor 68,83, daerah ini tidak hanya tertinggal di antara kabupaten dan kota di provinsinya, tetapi juga kalah dari semua daerah perbatasan langsung di provinsi tetangga: Kabupaten Buol (70,89) di Sulawesi Tengah dan Bolaang Mongondow Utara (71,66) di Sulawesi Utara. Bahkan, Kabupaten Gorontalo yang berada dalam provinsi yang sama telah mencapai 70,96.

Di tengah kondisi tersebut, perhatian publik kini beralih dengan tajam kepada Bupati Gorontalo Utara, Thariq Modanggu, yang dikenal luas sebagai mantan pengajar di IAIN Sultan Amai Gorontalo, sekaligus pencetus gerakan “Gorontalo Menggugat” yang dulu aktif dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan dalam pembangunan. Namun, saat ini, data IPM menunjukkan bahwa masalah ketidakadilan itu justru semakin parah di wilayah yang dipimpinnya.

Jasa Pembuatan Buku

Jikran Kasadi, Sekretaris Jenderal BEM-UNG, mengungkapkan kekecewaannya terhadap performa kepemimpinan Thariq Modanggu. Sebagai putra daerah asli Gorontalo Utara, ia menekankan bahwa ini bukan sekadar masalah statistik, melainkan kegagalan ideologis dari seorang pemimpin yang pernah menjual narasi perubahan.

“Ini menyakitkan, Sosok yang dulu menginspirasi masyarakat lewat ‘Gorontalo Menggugat’, kini harus menghadapi tuntutan dari rakyat sendiri karena gagal mewujudkan perubahan nyata. Angka IPM bukan hanya angka, namun itu adalah inti dari pembangunan manusia. Dan inti itu kini hancur di tangan seseorang yang semestinya lebih memahami arti ketertinggalan,” kata Jikran saat diwawancara, Selasa (29/7).

Lebih lanjut, Jikran menambahkan bahwa posisi Gorontalo Utara dalam grafik IPM di Sulawesi adalah bukti bahwa diskursus tidak bisa menggantikan aksi nyata. Ia berpendapat bahwa ketika daerah-daerah seperti Buol dan Bolmong Utara yang memiliki infrastruktur terbatas dapat maju pesat, Gorontalo Utara seolah stagnan dan tidak bergerak.

“Wilayah lain telah mulai membahas tentang digitalisasi pendidikan, layanan kesehatan berbasis komunitas, dan perbaikan kualitas guru. Namun di Gorontalo Utara, kita masih terjebak pada isu-isu mendasar: banyak anak yang belum menyelesaikan SMP, masalah gizi buruk masih ada, dan pendapatan warga desa sangat rendah. Keadaan ini bukan hanya lambat tetapi juga terhenti,” tegas Jikran.

Jikran juga mempertanyakan konsistensi Thariq Modanggu sebagai pemimpin yang mengklaim sebagai seorang intelektual. Ia menunjukkan bahwa setelah dua kali menjabat sebagai bupati, rakyat berhak melihat hasil konkret, bukan hanya mendengar jargon-jargon.

“Thariq sudah dua kali dilantik menjadi bupati. Ia memiliki waktu yang cukup untuk membuktikan bahwa seorang intelektual dapat memimpin dengan hasil yang jelas. Namun, kenyataannya justru berlawanan: kesenjangan semakin parah. Jika ia tidak mampu mengubah kondisi tersebut, maka ‘Gorontalo Menggugat’ akan dikenang hanya sebagai slogan kosong yang tidak mampu ditunaikan oleh pelakunya sendiri.”

Di sisi lain, Jikran juga menyoroti potensi besar Gorontalo Utara yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Lokasi geografis yang strategis dan berbatasan dengan dua provinsi seharusnya dapat menjadi kekuatan dalam hal ekonomi dan mobilitas sumber daya. Namun hingga saat ini, Gorontalo Utara masih dianggap sebagai “titik gelap” dalam pembangunan manusia di Sulawesi.

Kondisi ini menimbulkan satu pertanyaan besar: jika seorang pemimpin yang berasal dari latar belakang pendidikan dan gerakan tidak mampu mengeluarkan daerah dari keterpurukan, lalu kepada siapa rakyat bisa mengandalkan harapan mereka?

Dengan sisa waktu di akhir masa jabatannya, Thariq Modanggu menghadapi tantangan etika dan politik yang sangat sulit. Karena kali ini bukan rival politik yang menantangnya, melainkan masyarakat itu sendiri melalui angka, data, dan kenyataan hidup yang tetap konstan.

Jika dalam dua tahun ke depan tidak ada perubahan signifikan, sejarah akan mencatat bahwa “Gorontalo Menggugat” telah gugur di tangan pendirinya sendiri.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store