RSUD Smart Pamekasan Diduga Telantarkan Pasien Kritis Hingga Meninggal Dunia

Jurnalis: Rizqi Fauzi
Kabar Baru, Pamekasan – Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Slamet Martodirdjo Pamekasan menjadi sorotan. Seorang warga asal plak-pak mengungkapkan kekecewaannya terhadap penanganan pihak rumah sakit yang diduga lalai dalam menangani pasien kritis, bahkan hingga pasien tersebut meninggal dunia tanpa mendapatkan rujukan yang dibutuhkan.
Kejadian tersebut bermula pada Senin,(28/7/2025), sekitar pukul 18.00 WIB. Seorang pria mengantar saudara perempuannya ke RSUD dr. Slamet Martodirdjo untuk meminta rujukan ke salah satu rumah sakit di Surabaya. Ia menilai kondisi pasien sudah sangat serius dan rumah sakit setempat tidak mampu lagi memberikan penanganan yang memadai.
“Selama satu bulan terakhir, saudara saya sudah tiga kali keluar-masuk rumah sakit, tapi kondisinya tidak juga membaik. Anehnya, tiap kali dirawat, tidak ada diagnosa yang jelas. Hanya sebatas dugaan-dugaan saja,” ujarnya Lailur Rohman saudara kandung dari pasien kepada awak media (31/7).
Keesokan harinya, pada Selasa pagi (29/7/2025) sekitar pukul 05.30 WIB, pihak keluarga dipanggil untuk mengambil obat. Salah seorang perawat menyatakan bahwa pasien positif TBC dan langsung diberikan obat, padahal menurut keluarga, hasil laboratorium belum keluar dan sampel dahak belum pernah diambil.
Setengah jam kemudian, perawat kembali dan menyatakan bahwa obat TBC merah yang telah diminum tidak seharusnya dikonsumsi lebih dahulu.
“Perawatnya bilang, ‘Bu, obat yang tadi yang merah jangan diminum dulu ya.’ Saya jawab, ‘Sudah diminum, Pak.’ Dia cuma bilang, ‘Ya sudah nggak apa-apa, tapi jangan dikasih lagi ya,’” tambahnya.
Keluarga menyebut bahwa sepanjang hari Selasa itu, mereka berkali-kali menanyakan kehadiran dokter kepada perawat, namun tak satu pun dokter spesialis datang mengontrol pasien hingga malam hari, padahal kondisi pasien semakin memburuk.
Baru pada Rabu pagi (30/7/2025) pukul 07.00 WIB, seorang dokter spesialis datang. Dalam keadaan lemas dan sesak napas berat, pasien sempat menarik kerudung sang dokter untuk meminta rujukan. Dokter menyanggupi dan menyatakan akan segera mengurusnya.
Namun tragis, hanya berselang 20 menit kemudian, pasien menghembuskan napas terakhir.
“Saya tidak tahu apakah ini sesuai SOP atau tidak. Tapi yang jelas, hari Selasa itu tidak ada dokter yang memeriksa sama sekali, padahal saudara saya sudah dalam kondisi kritis,” tutupnya dengan penuh kekecewaan.
Ia juga menyayangkan betapa sulitnya mendapatkan rujukan ke rumah sakit lain, meskipun kondisi pasien sudah dalam keadaan darurat.