Asesmen di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

Editor: Bahiyyah Azzahra
Penulis: Nunung Suryana Jamin (Ketua Pusat Kajian Ibu dan Anak Pg Paud UNG)
Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, yaitu Bab 1, Pasal 1, Butir 14, Pendidikan Usia Dini didefinisikan sebagai bimbingan yang diperuntukkan anak sedari lahir hingga menginjak umur 6 tahun. Pembinaan ini dilaksanakan lewat diberikan rangsang pendidikan guna mendukung tumbuh kembang jiwa dan raga anak, dengan tujuan supaya anak mempunyai mental yang siap dan matang pada saat masuk tahap lanjutan. Guna menilai seberapa jauh anak mulai berkembang, diperlukan alat penilaian yang dilakukan secara berhubungan. Asesmen ialah tata cara mengumpulkan info dengan cara terstruktur yang menjadi dasar mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
Menjadi seorang anak memiliki hak guna mendapat pendidikan yang cocok dengan butuh dan kesanggupannya. Melalui pendidikan yang optimal, diinginkan anak bisa mengembangkan kemampuan yang dia punya, untuk itu nantinya bisa jadi anggota masyarakat yang diinginkan bagi bangsa ini.
Harapan untuk melahirkan generasi muda Indonesia yang berprestasi bisa diwujudkan lewat rangkaian pendidikan yang berkualitas. Keefektigfan pendidikan sebaiknya dimulai sejak anak-anak memasuki tingkat pendidikan dasar, karena ini merupakan fondasi kritis untuk perkembangan mereka di masa mendatang. Oleh karena itu, peran pendidikan pada tahap prasekolah sangat penting dan tidak boleh dihiraukan. Fase anak-anak merupakan periode yang cocok guna membentuk dasar pendidikan yang kuat, yang akan menjadi modal berharga bagi perkembangan mereka di tahap selanjutnya.
Meskipun demikian, pada kondisi sekarang masih ada instansi-instansi pendidikan anak usia dini yang belum sepenuhnya menyadari urgensi melaksanakan asesmen secara teratur. Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran, perlu diingat maksud alat penilaian ialah untuk melakukan pengukuran dan memberi diagnosa berhasil atau tidaknya program tumbuh kembang anak. Alat penilaian anak sebaiknya menjadi alat untuk pendidik dalam penyusunan hasil belajar anak untuk wali murid dari anak itu serta mengawasi tumbuh kembang anak, hingga informasi ini dapat dipakai guna melengkapi rencana proker-proker pendidikan khusunya belajar mengajar.
Asesmen merupakan rangkaian kejadian yang memiliki tujuan guna menghimpun data atau fakta terkait tumbuh kembang serta output belajar pada anak usia dini. Dan masih ada instansi pendidikan anak usia dini yang belum sepenuhnya menyadari urgensi melaksanakan asesmen secara rutin. Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran, yang mana maksud penilaian ialah untuk mengukur serta memberi diagnosa berhasil pada proker tumbuh kembang anak. Penilaian anak seyogyanya dijadikan alat untuk pendidik guna melakukan penyusunan laporan pada wali anak serta memberi pantauan tumbuh kembang anak, hingga informasi tersebut dapat dipakai guna memberi kesempurnaan rencana proker belajar mengajar.
Selain itu, Output daripada penilaian bisa dipakai sebagai peninjauan pada saat memberi ketetapan terkait anak, pendidikan, serta program pengembangannya. Oleh karena itu, asesmen perlu dilakukan dengan tujuan utama yaitu memberi rencana pengarahan dengan cara perseorangan atau mengelompokkan, berkomunikasi dengan keluarga, mengidentifikasi apakah terdapat anak yang memerlukan tanganan sendiri serta sebagai bahan peninjauan pada pengembangan proker (program kerja).
Dalam konteks ini, anak, pendidik serta orang tua bisa memberikan bantuan belajar yang sesuai agar anak dapat belajar secara optimal. Hasil karya anak, pengamatan guru, dan informasi dari orang tua menjadi penting untuk membuat laporan perkembangan belajar anak. Pelaporan merupakan aspek penting dalam program anak usia dini yang juga melibatkan orang tua agar mereka lebih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak.
Asesmen merupakan sebuah rangkaian mengamati, mencatat serta memfoto kinerja serta hasil tangan anak dan bagaimana mereka membuat sebuah karya. Tujuan penilaian bukanlah guna mengukur berhasil atau tidaknya sebuah proker, melainkan guna memahami tumbuh kembang dan kemajuan belajar anak. Dalam buku Harun Rasyid yang berjudul “Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini” menjabarkan bahwasanya penilaian pada anak usia dini serta taman kanak-kanak tidak ditujukan guna memberi pengukuran prestasi atau pencapaian kesuksesan skolastik. Sebaliknya, asesmen bertujuan guna melihat tingkatan kemajuan tumbuh kembang serta kecakapan anak pada bermacam-macam kelakuan, sikap, kinerja serta penampilan.
Ada tujuh tahapan utama yang perlu diketahui dalam proses asesmen pembelajaran, yaitu:
- Menyusun Rencana Asesmen atau Evaluasi Hasil Belajar
Dalam perencanaan asesmen atau evaluasi hasil belajar, enam langkah perlu diperhatikan, yakni: a) Merumuskan tujuan asesmen atau evaluasi, termasuk tujuan utama dari kegiatan tersebut untuk memastikan arahnya jelas. b) Menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai, seperti aspek kognitif, afektif, atau psikomotor. c) Memilih dan menentukan teknik tes atau non-tes yang akan digunakan. d) Menyusun instrumen penilaian, seperti daftar cek, rating scale, panduan wawancara, dan lain-lain. e) Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen atau evaluasi. f) Mereview tugas-tugas asesmen.
- Menghimpun Data
Guru dapat memilih teknik tes menggunakan tes atau teknik non-tes dengan melakukan pengamatan, wawancara, atau angket. Selama kegiatan ini, guru perlu memahami kondisi lingkungan fisik dan psikologis agar asesmen berlangsung dengan baik.
- Melakukan Verifikasi Data
Verifikasi data dilakukan untuk memisahkan data yang relevan dan memberikan gambaran yang jelas mengenai peserta didik.
- Mengolah dan Menganalisis Data
Langkah ini bertujuan memberikan makna pada data yang telah dikumpulkan. Guru dapat menggunakan teknik statistik dan/atau teknik non-statistik, tergantung pada jenis data yang dihadapi.
- Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan Menarik Kesimpulan
Langkah ini merupakan proses verbalisasi makna data yang telah diolah dan dianalisis, menghasilkan sejumlah kesimpulan yang mengacu pada tujuan awal.
- Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil Asesmen
Dengan menyimpan instrumen, termasuk catatan perbaikan instrumen, guru dapat menghemat waktu untuk keperluan di masa mendatang.
- Menindaklanjuti Hasil Evaluasi
Berdasarkan data yang telah diolah, guru atau evaluator dapat mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan sebagai tindak lanjut konkrit dari kegiatan penilaian. Hal ini memberikan manfaat melalui perubahan dan perbaikan yang diterapkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa output dari alat penilaian bisa dipakai sebagai dasar mempertimbangkan untuk menentukan ketetapan terkait anak, pendidikan, serta program pengembangan. Oleh karena itu, asesmen harus dilakukan dengan tujuan utama membuat rencana arahan dengan cara perorangan ataupun kelompok, berkomunikasi dengan keluarga, mengidentifikasi kemungkinan kebutuhan pengatasan khusus pada anak, serta sebagai bahan mempertimbangkan pengembangan rencana. Keterlibatan aktif orang tua juga sangat penting untuk optimalisasi hasil asesmen dari anak dan tindak lanjut dari hasil asesmen.
Selain itu, asesmen lebih cenderung memberi batasan dalam penggambaran kuantitatif atau angka mengenai proses belajar anak lebih baik, sementara pengecekan hasil belajar serta pemberian nilai lebih memiliki sifat kualitatif. Ketetapan pemberian nilai bukan saja bergantung dengan output ukuran, melainkan juga bisa dipengaruhi oleh output observasi serta wawancara.