UGM dan IWDN Gelar Kuliah Kebangsaan, Anis Matta Paparkan Peta Jalan Integrasi Dunia Islam
Jurnalis: Arif Muhammad
Kabar Baru, Yogyakarta — Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI, Anis Matta, memaparkan visi strategis mengenai posisi Indonesia di kancah global dalam Kuliah Kebangsaan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), Jumat (21/11/2025).
Mengusung tema “Peta Jalan Integrasi Indonesia dengan Dunia Islam”, forum yang digelar bekerja sama dengan IWDN ini menjadi arena bedah potensi geopolitik dan ekonomi Indonesia di tengah dinamika negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Dalam paparannya, Anis Matta menegaskan urgensi penuntasan peta jalan integrasi sebagai kerangka besar strategi kebangsaan. Ia mengurai empat “halaman geopolitik” yang wajib dipahami: posisi geografis strategis, keterhubungan budaya dan pemikiran Timur-Barat, komitmen moral terhadap Palestina, serta posisi Indonesia di persimpangan Global South dan Global West.
Potensi Ekonomi Rp 91 Triliun yang Terabaikan
Salah satu sorotan tajam Anis Matta tertuju pada sektor ekonomi. Ia menilai peluang ekonomi Indonesia di negara-negara OKI belum tergarap maksimal.
“Potensi pasarnya bisa mencapai Rp 91 triliun. Namun, kontribusinya baru sekitar sepuluh persen, meskipun mobilitas wisata antara Indonesia dan Arab Saudi cukup besar,” ungkap Anis.
Anis juga mengkritisi fenomena sirkulasi dana minyak Timur Tengah (petrodollars) yang justru kembali berputar ke Eropa karena kurangnya pengelolaan strategis di sesama negara Islam. Padahal, menurutnya, Indonesia, Turki, dan Arab Saudi adalah tiga negara dengan pendapatan terbesar dari dunia Islam yang tergabung dalam G20.
“Jika Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan lima persen setiap tahun, kita bisa menjadi yang terdepan di antara ketiganya,” optimisnya.
Isu Palestina dan Konsep ‘Kampung Haji’
Terkait isu kemanusiaan, Anis menilai konflik Palestina masih menjadi faktor dominan. Ia menyebut adanya pergeseran narasi perjuangan Palestina dari isu etnis dan kawasan menjadi isu kemanusiaan yang kini menjadi sorotan global. Mengingat prospek perdamaian yang dinilai masih terbatas, fokus utama Indonesia saat ini adalah memastikan keselamatan rakyat Palestina.
Selain itu, dalam sesi dialog, Anis menyinggung kembali konsep “Kampung Haji”. Gagasan ini dinilai relevan sebagai respons jangka panjang terhadap peningkatan jumlah jemaah dan kompleksitas pendanaan haji.
Untuk mencapai posisi sentral di dunia Islam, Anis menekankan perlunya Indonesia memperkuat landasan pemikiran dan SDM. “Perpaduan ilmu pengetahuan, seni, dan karakter adalah dasar model peradaban baru yang menyelaraskan agama, demokrasi, dan kemajuan ekonomi,” tegasnya.
Respons Akademisi
Acara ini mendapat sambutan hangat dari civitas akademika UGM. Dekan FIB UGM, Prof. Dr. Setiadi, menyatakan kegiatan ini sejalan dengan tradisi intelektual FIB sebagai arena dialog publik.
“Mahasiswa harus memanfaatkan masa kuliah sebagai fase terbaik untuk memberikan dampak nyata, baik lokal, nasional, hingga internasional,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden LEM FIB UGM, Azky Zidane Qoimul Haq, menekankan bahwa isu geopolitik bukan hanya ranah elit politik. “Indonesia memiliki potensi besar memainkan peran penting di dunia Islam berkat kedekatan budaya yang kuat,” kata Azky.
Senada dengan hal tersebut, Dewan Pakar IWDN, Prof. JM Muslimin, mengapresiasi pemikiran Anis Matta yang dinilainya mampu memadukan unsur budaya dan politik secara solid.
“Yogyakarta adalah ruang lahirnya banyak gagasan penting. Kegiatan ini semestinya menjadi titik terang yang mampu menarik perhatian luas,” tutup Muslimin.
Insight NTB
Berita Baru
Berita Utama
Serikat News
Suara Time
Daily Nusantara
Kabar Tren
IDN Vox
Portal Demokrasi
Lens IDN
Seedbacklink







