Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Rocky Gerung: Soeharto Bapak Infrastruktur Indonesia

Desain tanpa judul - 2025-11-04T185601.180
Pengamat Politik Universitas Indonesia, Rocky Gerung (Dok: Kabarbaru).

Jurnalis:

Kabar Baru, Jakarta – Pengamat politik Rocky Gerung memberikan penilaian tajam terkait sejarah pembangunan infrastruktur di Indonesia. Ia menyebut Presiden ke-2 RI, Soeharto, lebih layak menyandang gelar Bapak Infrastruktur ketimbang Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Rocky menyampaikan pandangan tersebut melalui unggahan di kanal YouTube pribadinya dan dikuti Kabarbaru pada Sabtu (22/11/2025). Ia menilai sejarah mencatat capaian Soeharto melampaui presiden mana pun dalam aspek pembangunan fisik.

Jasa Penerbitan Buku

“Tentu ada catatan jujur dari sejarah buat Presiden Soeharto sungguh melampaui semua predikat yang pernah diberikan pada semua mantan presiden dalam soal pembangunan,” ujar Rocky.

Ia menegaskan posisi Soeharto dalam peta pembangunan nasional sangat vital.

“Apalagi kalau cuma soal infrastruktur, bukan Jokowi yang jadi bapak infrastruktur, tapi Soeharto,” tegasnya.

Konversi Ekonomi ke Fasilitas Publik

Rocky menjelaskan bahwa Soeharto berhasil membawa ide-ide modernisasi sejak awal Orde Baru berdiri pada tahun 1967-1968.

Pemerintah saat itu sukses mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan memanfaatkannya untuk kepentingan publik.

Menurut Rocky, pemerintahan Soeharto mampu mengalihkan hasil industri ekstraktif menjadi infrastruktur yang berdampak langsung bagi rakyat.

“Hasilnya (ekonomi) menyebabkan ekstraktif industri berhasil dialihkan menjadi sekolah inpres, menjadi jalan, menjadi irigasi. Semua hal yang memungkinkan Indonesia pada waktu itu dihitung sebagai negara yang sukses,” jelas Rocky.

Sisi Gelap dan Kritik Mahasiswa

Meski memuji capaian fisik, Rocky tetap bersikap objektif terhadap catatan kelam rezim Orde Baru. Ia menyoroti bahwa model pembangunan Soeharto yang bertumpu pada Teori Rostow memicu resistensi keras dari kalangan intelektual muda.

Mahasiswa kala itu bergerak menandingi narasi sukses pemerintah dengan kritik tajam. Mereka menilai kapitalisme tumbuh subur di bawah kendali militer yang otoriter.

Hal ini terlihat jelas dalam Peristiwa Malari 1974 hingga Gerakan Mahasiswa 1977/1978.

“Kita tahu trilogi pembangunan pada waktu itu adalah stabilitas politik, pembangunan ekonomi, dan pemerataan,” pungkas Rocky menutup analisisnya.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store