Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Konfercab PCNU Sumenep, Antara Khidmah dan Godaan Kursi

Bendera Nahdlatul Ulama (Dok. Ist).

Editor:

Kabar Baru, Opini – Sebentar lagi PCNU Sumenep akan menggelar Konferensi Cabang (Konfercab). Di banyak tempat, konfercab sering hanya dipandang sebagai ajang rebutan kursi tanfidziyah.

Padahal, sejak awal berdirinya, NU tidak pernah lahir untuk memperjuangkan kursi. NU lahir untuk memperjuangkan rakyat.

Jasa Penerbitan Buku

Dalam Statuten 1926, para muassis menegaskan NU sebagai jam’iyah diniyah ijtima’iyah, sebuah himpunan yang menjaga agama sekaligus mengupayakan maslahat masyarakat.

NU dibesarkan bukan oleh para elit, tapi oleh keringat petani, nelayan, pedagang kecil, dan santri desa. Maka, Konfercab kali ini semestinya menjadi momentum untuk mengembalikan NU pada khittahnya: jam’iyah yang berpihak kepada kaum mustad’afin.

Luka Sosial yang Mendera Umat

Hari ini, umat di akar rumput menghadapi cobaan yang berat. Tanah warisan leluhur yang selama ini menjadi sumber kehidupan, satu per satu berubah wajah. Sawah digusur menjadi perumahan, tegalan dijual untuk industri, tanah subur dipangkas untuk proyek infrastruktur.

Bukan sekadar krisis pangan, yang lebih getir adalah terasingnya warga dari tanah leluhurnya sendiri. Petani yang dulu tuan atas sawahnya, kini menjadi buruh di tanah yang dulu diwarisi.

Dari masyarakat yang merdeka, rakyat desa dipaksa bergantung pada pemilik modal. Hilanglah martabat, runtuhlah kedaulatan.

Di sisi lain, pelayanan publik sering kali jauh dari semangat maslahat. Warga masih dipersulit birokrasi, sementara generasi muda desa terus bertambah tanpa ada lapangan kerja yang memadai. Mereka terhimpit antara pengangguran di kampung halaman dan nasib buruh migran di negeri orang.

NU dan Amanat Kemaslahatan

Di tengah kenyataan itu, NU tidak boleh hanya berdiam diri. NU bukan sekadar organisasi ritual, melainkan benteng perjuangan umat. NU adalah wadah khidmah, tempat ulama dan jamaah bergandeng tangan memperjuangkan maslahat umum.

Dalam soal tanah, NU wajib berpihak kepada petani. Tanah bukan sekadar komoditas ekonomi, melainkan amanah leluhur yang penuh barokah. Merampas tanah rakyat berarti merampas martabat umat.

Dalam soal pelayanan publik, NU mesti menjadi corong umat, menyuarakan keadilan, menolak kedzaliman birokrasi, dan menuntut pelayanan yang transparan serta amanah.

Dalam soal ekonomi rakyat, NU dituntut hadir di tengah sawah, pasar, dan warung kecil. Bukan dengan teori yang muluk, tetapi dengan ta’awun dan tandhim: menggerakkan koperasi, UMKM, dan jaringan dagang yang memberdayakan warga.

Dalam soal generasi muda, NU tidak boleh membiarkan mereka sekadar jadi pencari kerja. Anak muda Nahdliyin perlu ditempa menjadi mujahid ekonomi yang mencipta pekerjaan, berani berinovasi, dan tetap berpegang teguh pada nilai Aswaja.

Pengurus NU: Organisatoris yang Membumi

Karena itu, penting ditegaskan: pengurus NU bukan sekadar gelar. Menjadi fungsionaris adalah amanah, bukan panggung elitis. Pengurus NU dituntut organisatoris yang membumi, paham tandhim (manajemen), teruji dalam khidmah, dan dekat dengan umat.

NU tidak butuh pengurus yang pengalaman organisasinya dangkal, hanya muncul ketika konfercab tiba. Juga bukan yang sibuk menara gading, jauh dari sawah, tambak, dan pesantren. NU butuh pengurus yang istiqamah, yang siap sowan ke kiai, mendengar aspirasi petani, bergaul dengan santri, dan menyatu dengan rakyat jelata.

Konfercab Sebagai Ijma’ Gerakan

Konfercab PCNU Sumenep bukan sekadar forum pemilihan. Ia adalah ijma’ gerakan, tempat syuriyah dan tanfidziyah duduk bersama memutuskan arah perjuangan umat. Di forum inilah semestinya lahir agenda nyata:

1. Menjaga tanah leluhur agar tetap menjadi milik rakyat,
2. Mengadvokasi pelayanan publik agar lebih maslahat,
3. Menguatkan ekonomi kerakyatan dengan ta’awun dan inovasi,
4. Memberdayakan generasi muda Nahdliyin menjadi pelaku, bukan sekadar penonton.

Dengan begitu, konfercab bukan hanya memilih pengurus, tetapi juga meneguhkan jalan NU sebagai gerakan umat.

Penutup: NU Kembali ke Jalan Rakyat

NU lahir dari rakyat, dan NU hanya akan kuat bila kembali menyatu dengan rakyat. Konfercab kali ini adalah kesempatan emas untuk menegaskan NU bukan sekadar jam’iyah keagamaan, tetapi gerakan rakyat yang berkhidmah.

Kalau konfercab hanya berhenti pada politik kursi, maka NU akan kehilangan ruh. Tetapi bila konfercab dijalankan sebagai konsolidasi gerakan, NU akan kembali menjadi cahaya bagi umat: membela kaum mustad’afin, menjaga tanah penuh barokah, memperjuangkan keadilan pelayanan, dan menyiapkan generasi muda sebagai mujahid ekonomi.

Inilah NU sebagaimana diamanatkan para muassis: jam’iyah yang berpegang teguh pada Aswaja, berkhidmah dengan ikhlas, dan istiqamah membela umat hingga akhir zaman.

*Penulis adalah Ahbab Syarkoni, pemerhati NU garis bawah

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store