Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Rumanona Jadi Ruang Aman Bagi Remaja Perempuan Papua Bahas Menstruasi

Rumanona menyambangi SMP Negeri 9 Kabupaten Sorong, Distrik Salawati, Kabupaten Sorong Pada Sabtu (19/7/2025).

Jurnalis:

Kabar Baru, Kabupaten Sorong – Remaja perempuan di Papua masih menghadapi banyak stigma dan minim edukasi tentang kesehatan reproduksi, termasuk menstruasi. Melihat kondisi itu, komunitas anak muda Papua bernama Rumanona hadir dengan misi menciptakan ruang aman dan pemberdayaan bagi para siswi, seperti yang dilakukan pada kegiatan edukatif di SMP Negeri 9 Kabupaten Sorong, Distrik Salawati, Kabupaten Sorong, Sabtu (19/7/2025).

Komunitas ini diprakarsai oleh Jeanette Angelique Marie, alumni Shine School Sorong yang juga Ketua The Gold Blooded Project di Jakarta. Rumanona merupakan cabang dari organisasi tersebut yang kini dikembangkan di Papua Barat Daya dengan pendekatan lokal.

Jasa Pembuatan Buku

“Rumanona itu rumahnya para nona. ‘Ruma’ artinya rumah, dan ‘nona’ adalah sebutan bagi remaja perempuan di timur Indonesia. Kami ingin menciptakan ruang yang aman, nyaman, dan terbuka bagi para siswi untuk bertanya, bercerita, dan merasa didengar,” jelas Jeanette kepada kabarbaru.com, Minggu (20/7/2025).

Jeanette Angelique Marie
Jeanette Angelique Marie saat memperkenalkan Komunitas Rumanona

Menurutnya, Rumamona ini lebih dari sekedar edukasi, gerakan ini juga merupakan bentuk pemberdayaan anak-anak Papua.

“Semua tim rumamona adalah anak-anak papua, ini bukan sekedar kegiatan edukatif tapi juga pelatihan kepemimpinan. Mereka belajar bagaimana memimpin, bekerja dalam tim, mengorganisir kegiatan dan jadi penggerak perubahan di tanah mereka sendiri. Gerakan ini benar-benar lahir dari dan untuk orang Papua termaksud saya sendiri, karena saya lahir dan besar di sini,” ungkapnya.

 

Dengan tema besar “Kenali Tubuhmu, Sayangi Dirimu”, kegiatan dimulai dengan perkenalan dan pemaparan tujuan kehadiran Rumanona di sekolah. Selanjutnya, para siswi diajak menyimak sesi pembuka bertajuk “Mitos atau Fakta”, yang membongkar berbagai stigma salah kaprah tentang menstruasi.

“Banyak anak-anak yang masih percaya mitos lama. Kita ingin mereka tahu fakta-fakta ilmiah tentang tubuh mereka sendiri,” ungkap Jeanette.

Materi edukasi kemudian disampaikan secara bertahap, dimulai dari pembahasan perubahan tubuh saat pubertas, diikuti penjelasan oleh dr. Pauline Windawati dari Angel Clinic Sorong mengenai sistem reproduksi perempuan, proses menstruasi, siklus bulanan, serta tips menjaga kebersihan dan kesehatan selama menstruasi.

“Kita jelaskan pentingnya mengganti pembalut minimal tiga kali sehari, menjaga kebersihan area intim, dan mengonsumsi makanan sehat seperti zat besi dan magnesium. Kita juga edukasi mereka untuk menghindari junk food dan kafein saat menstruasi,” jelas Jeanette.

Pemaparan juga mencakup kapan harus mengunjungi dokter, termasuk mengenali tanda-tanda gangguan yang tidak normal selama haid. Jika peserta memiliki keluhan pribadi, mereka bisa langsung berkonsultasi dengan dokter di lokasi.

“Di setiap acara, kita selalu bawa dokter. Di SMP Negeri 9 ini misalnya, dr. Pauline langsung bisa menjawab keluhan-keluhan yang disampaikan secara pribadi oleh siswi,” kata Jeanette.

Rangkaian edukasi ini juga diselingi dengan kuis interaktif, game ringan, serta demonstrasi cara memakai dan membuang pembalut dengan benar. Di akhir sesi, dilakukan Q&A terbuka bersama dokter. Menurut Jeanette, sesi ini justru menjadi bagian paling penting dan menarik dari seluruh acara.

“Sesi Q&A ini paling seru. Banyak hal yang selama ini mereka bingung atau malu bertanya, akhirnya bisa diklarifikasi secara ilmiah oleh dokter langsung. Anak-anak jadi makin nyaman membicarakan menstruasi,” katanya.

Kegiatan ditutup dengan pembagian lebih dari 1.000 pembalut yang disponsori oleh Laurier dan Wenmay Widjaja, serta 100 paket bingkisan dari Angel Clinic Sorong. Setelah sesi foto bersama, suasana yang awalnya canggung justru berubah jadi penuh antusias dan kepercayaan diri.

“Awalnya mereka malu-malu saat tahu kita datang untuk bicara soal menstruasi. Tapi setelah acara selesai, kita lihat sendiri mereka sudah lebih terbuka dan nyaman. Itu salah satu indikator bahwa kita sedang ada di jalur yang tepat,” pungkas Jeanette.

Kepala SMP Negeri 9 Kabupaten Sorong, Desmina Hutajulu, mengapresiasi kegiatan ini. Ia menyebut bahwa keterlibatan aktif anak-anak muda Papua sebagai fasilitator juga memberi inspirasi tersendiri.

“Kami bangga anak-anak muda Papua bisa berdiri di depan dan membicarakan hal-hal penting seperti ini. Mereka jadi contoh nyata bahwa anak muda bisa jadi pelopor perubahan di komunitas mereka sendiri,” ujar Desmina.

Rumanona sebelumnya juga telah menyelenggarakan kegiatan serupa di Shine School Sorong dan berencana menjangkau sekolah-sekolah negeri lain di wilayah pedalaman Kabupaten Sorong dengan pendekatan berbasis budaya lokal.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store