Begini Cara Body Communication Resonance (BCR) Membantu Kita Hidup Lebih Utuh

Jurnalis: Rizqi Fauzi
Kabar Baru, Jakarta – Di tengah ritme hidup yang serba cepat dan penuh tekanan, tak sedikit orang merasakan kelelahan fisik maupun emosional tanpa tahu pasti penyebabnya. Tubuh terasa penat, pikiran penuh, dan hati terasa kosong. Berangkat dari kegelisahan ini, hadir sebuah pendekatan holistik bernama Body Communication Resonance (BCR) yang menawarkan jalan untuk kembali menyatu dengan tubuh dan berdamai dengan diri.
BCR bukan sekadar metode penyembuhan fisik, tetapi ajakan untuk kembali hadir secara utuh mendengarkan tubuh, menyentuhnya dengan penghargaan, serta melepaskan beban emosional yang kerap tersembunyi di balik kesibukan harian. Terapi ini dikenal melalui pendekatan yang lembut dan reflektif, mengajak individu menyadari bahwa tubuh menyimpan memori, emosi, hingga potensi yang sering kali terlupakan.
“Banyak orang hidup dalam tubuhnya, tetapi tidak benar-benar hadir di dalamnya,” ujar dr. Dhavid Avandijaya Wartono, Founder BCR. “BCR mengajak kita untuk mendengarkan apa yang tubuh coba katakan lewat napas yang terengah, ketegangan di leher, hingga letih yang tidak kunjung reda.” Lanjutnya.
Melalui sentuhan sadar, kehadiran penuh, dan pertanyaan reflektif, sesi BCR membuka ruang aman bagi tubuh untuk melepas ketegangan yang selama ini dianggap biasa. Hasilnya pun dirasakan nyata oleh banyak peserta. Tak sedikit yang melaporkan tidur lebih nyenyak, napas terasa lega, hingga berani menangis untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun menahan luka batin.
Tak hanya bermanfaat bagi individu, BCR juga memiliki dampak besar dalam hubungan keluarga. Dengan kehadiran yang lebih tenang dan sadar, orang tua dapat menjadi pendengar yang lebih lembut dan empatik. Anak-anak pun merasa lebih aman dan bebas mengekspresikan diri. Hal ini memperkuat dinamika keluarga yang sehat dan penuh kasih.
Dalam konteks pendidikan dan pengasuhan, BCR juga membantu pendidik dan orang tua mengelola stres serta membangun ruang belajar yang aman dan suportif. Ketika orang dewasa hadir dengan ketenangan, anak akan belajar tentang penerimaan dan keberanian menjadi diri sendiri.
“BCR bukan hanya soal menyembuhkan tubuh, tetapi membangun kembali hubungan yang harmonis antara tubuh, pikiran, dan jiwa,” tambah fasilitator BCR. “Ini adalah perjalanan pulang ke rumah sejati: tubuh kita sendiri.” jelasnya.
Kini, sesi dan kelas BCR tersedia dalam format online maupun offline, dipandu oleh fasilitator bersertifikat. Peserta akan diajak mempraktikkan cara sederhana untuk kembali hadir, mendengarkan tubuh, dan memulihkan keseimbangan diri secara alami.
Di tengah kesibukan yang menguras energi, BCR mengingatkan kita bahwa tubuh adalah rumah yang tak pernah pergi, namun sering terabaikan. Mungkin sudah waktunya untuk pulang dengan tenang, sadar, dan penuh kasih.