Menggali Makna Tersembunyi di Balik Sejarah Rumah WR. Supratman

Jurnalis: Hanum Aprilia
Kabar Baru, Opini – Surabaya, adalah sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, memiliki peran penting bukan hanya sebagai pusat perdagangan maupun industri, tetapi juga memiliki kekayaan sejarah dan budaya yang sangat banyak.
Di Tengah kehidupan modern ini, masih banyak bangunan cagar budaya yang masih dilestarikan, khususnya di kawasan kota Surabaya Utara. Salah satu yang menonjol adalah Museum WR Supratman, yang telah dibuka untuk umum pada tanggal 10 November 2018.
Museum ini bisa menjadi salah satu destinasi penting bagi pengunjung yang ingin mendalami sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Meskipun keindahan dan keunikan bangunan ini terlihat jelas, sebenarnya banyak nilai historis yang terkandung di dalamnya masih belum terungkap secara luas. Hal ini membuat kita merasa kurang memahami apa yang sebenarnya terjadi di pada saat kejadian di masa lalu tersebut.
Oleh karena itu, dengan adanya rumah WR. Supratman ini, dapat mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai sejarah yang ada di Museum WR Supratman, agar generasi mendatang dapat menghargai dan memahami warisan budaya yang berharga ini.
Museum W.R. Supratman, yang kini berstatus sebagai cagar budaya, terletak di Jl. Mangga No. 21 Surabaya. W.R. Supratman menghabiskan waktu hingga akhir hayatnya di tempat ini. Sebelumnya bagunan ini adalah rumah milik kakak nya dan kemudian WR. Supratman datang kesana saat kondisi kesehatan nya memburuk.
Selain karena sakit ia juga mencari perlindungan dari kejaran pemerintahan Hindia Belanda. Bangunan bersejarah ini sudah ada sejak era pemerintahan kolonial Belanda, saat dijadikan sebagai rumah dinas, dan menjadi saksi bisu kehidupan sang komponis yang tinggal di sana dari tahun 1937 hingga wafatnya pada tahun 1938.
Dalam pengelolaannya, museum ini mendapatkan perhatian yang serius dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Surabaya, yang memastikan semua aspek, mulai dari struktur bangunan hingga koleksi yang ada, semua dirawat dengan sebaik mugkin.
Pengunjung tidak perlu khawatir, karena juga akan mendapatkan fasilitas lainnya seperti toilet dan mushola yang ada di belakang museum tersebut.
Upaya ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan menarik bagi para pengunjung yang datang menikmati sejarah dan warisan budaya (Fadhil, 2020).
Bangunan cagar budaya seperti Museum WR Supratman bukan hanya sekadar warisan fisik, melainkan juga merupakan cerminan sejarah Surabaya yang kaya. Pengunjung akan disajikan berbagai macam keindahan di luar maupun di dalam nya.
Di balik pigora yang ada di setiap sudut ruangan museum WR. Supratman, menyimpan banyak kisah yang dapat diungkap, mulai dari peristiwa penting hingga kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa lalu.
Dengan memahami nilai sejarah yang tersembunyi, kita tidak hanya menghargai keindahan arsitekturnya, tetapi juga merasakan hubungan emosional dengan sejarah yang membentuk identitas kota ini.
Menurut wawancara yang telah dilakukan dengan penjaga museum, mayoritas pengunjung berasal dari kelompok kalangan pelajar dan mahasiswa, yang menunjukkan betapa pentingnya peran museum dalam pendidikan dan pembentukan karakter generasi muda.
Kunjungan ke museum memberikan kesempatan bagi mereka untuk belajar tentang sejarah, seni, dan budaya secara langsung, menciptakan pengalaman yang lebih menyenangkan dan mendalam dibandingkan hanya sekadar membaca buku di dalam kelas maupun di rumah.
Dengan mengunjungi museum, pelajar dan mahasiswa dapat diajak untuk mengenal dan melihat warisan budaya bangsa secara langsung.
Mereka dapat melihat koleksi berharga yang ada, yang pada akhirnya akan meningkatkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya Indonesia Di era globalisasi ini, hal tersebut sangat penting dalam membangun identitas nasional yang kuat.
Kita akan diberikan pemandu di dalam museum tersebut, jika ada hal yang ingin ditanyakan mengenai Sejarah yang terjadi di masa lalu, kita dapat bertanya sepuasnya, dan pemandu akan menjelaskan secara detail bagaimana keadaan yang terjadi pada kala itu.
Museum ini didirikan untuk mengenang WR Supratman, tokoh nasional dan pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya, museum ini menjadi simbol penting dalam upaya melestarikan warisan budaya dan sejarah Indonesia.
Museum ini kini dibuka untuk umum setiap hari Selasa – Minggu dan penggunjung dapat mengunjungi museum ini pada pukul 08.00 – 15.00. Sebelum masuk ke dalam museum, Pengunjung akan melakukan alur pendaftaran sebagai berikut:
buka website https://tiketwisata.surabaya.go.id pada chrome, setelah itu ikuti alur sebagai berikut:
- pertama halaman website akan muncul seperti gambar di bawah ini
- pilih salah satu destinasi wisata yang akan kamu kunjungi, hari, dan tanggal nanti nya
- pastikan semua terisi, dan tampilan seperti pada nomer 3
- isi semua data diri pada formulir seperti yang tertera di website yang telah di sediakan
- klik “pesan tiket” untuk mengirimkan tiket pada email yang telah terdaftar
- anda akan menerima email seperti pada gambar 6
- buka, dan lakukan pembayaran senilai lima ribu rupiah melalui qris
- setelah melakukan semua, pengunjung bisa masuk ke dalam, dan mengisi daftar hadir pada buku yang sudah di sediakan.
Lagu Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan yang diciptakan oleh WR. Supratman. WR. Supratman membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk menyelesaikannya. Ia mulai menulis lagu ini pada tahun 1926 dan berhasil memerdengarkannya kepada publik pada tahun 1928.
Awalnya, Indonesia Raya ditulis dalam tiga kuplet atau stanza, namun setelah melalui berbagai penyesuaian dan penyempurnaan, lagu ini dikenal luas dalam bentuk satu stanza.
Penyesuaian ini bertujuan agar lagu tersebut lebih mudah diingat dan dinyanyikan oleh masyarakat, sehingga dapat menjadi seruan bagi seluruh rakyat untuk bersatu dalam meraih kemerdekaan.
Namun, perjalanan lagu ini tidak selalu mulus. Setelah pertama kali diperdengarkan, Indonesia Raya sempat dilarang untuk dinyanyikan oleh pihak penjajah. Hal ini menunjukkan betapa menakutkan nya kondisi politik pada saat itu.
Bahkan, siapa pun yang memiliki pamflet atau lembaran kertas berisi notasi lagu ini dapat menghadapi risiko penangkapan, sebuah situasi yang membuat WR. Supratman merasa hidupnya tertekan, sering diawasi, dan tidak bebas.
Larangan ini justru memperkuat semangat WR. Supratman dan para pendukungnya untuk terus memperjuangkan lagu yang menjadi simbol aspirasi rakyat. Meskipun dalam situasi sulit, Indonesia Raya tetap menjadi suara harapan bagi bangsa yang menginginkan kebebasan dan persatuan.
Lagu ini tidak hanya menjadi identitas nasional, tetapi juga mengandung pesan moral yang kuat tentang pentingnya semangat juang dan kebangkitan bangsa.
Dengan demikian, Indonesia Raya bukan hanya sekadar lagu, tetapi juga representasi dari harapan dan identitas bangsa Indonesia.
Lagu ini mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dan perjuangan dalam mencapai kemerdekaan, serta menjadi simbol yang menggerakkan semangat nasionalisme di hati setiap warga negara.
*Penulis adalah Erma Novita Sari, Mahasiswi STKIP Bina Insan Mandiri Surabaya