Prabowo Juluki Don si Kancil, Dasco Selesaikan Masalah Dalam Kesunyian!

Jurnalis: Listiani Safitri

Kabar Baru, Jakarta – Suasana akrab dan khidmat menyelimuti Padepokan Garuda Yaksa di Hambalang. Presiden sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mengumpulkan seluruh jajaran eksekutif dan legislatif partainya dalam taklimat penting, memberikan instruksi sekaligus pesan filosofis.

Di tengah pertemuan yang dipenuhi kader berseragam safari putih, sebuah momen unik mencuri perhatian. Prabowo secara khusus menyapa orang kepercayaannya, Ketua Harian DPP Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad.

Prabowo tidak menggunakan sapaan formal, melainkan menjulukinya dengan sebutan “Don” dan “Si Kancil,” panggilan yang populer di kalangan internal partai.

“Wakil Ketua DPR RI soalnya nih, Don,” ujar Prabowo, membuka sapaannya kepada Dasco.

Prabowo lantas menjelaskan bahwa julukan itu mencerminkan pengakuan publik atas kelihaian dan pengaruh Dasco di kancah politik.

“Rakyat memberi namanya don, profesor, doktor, insinyur, Don Sufmi Ahmad Dasco alias Si Kancil,” tambahnya, disambut senyum oleh Dasco.

Amanah Jabatan dan Warisan Kebaikan

Di balik keakraban itu, Prabowo segera beralih ke agenda utama: menyampaikan pesan mendalam yang sarat nilai filosofis.

Ia mengingatkan para kader bahwa jabatan dan kekuasaan adalah amanah yang wajib digunakan untuk meninggalkan warisan kebaikan bagi bangsa dan negara.

Prabowo menggunakan peribahasa kuno untuk menekankan pentingnya nama baik dan legacy.

“Gajah meninggal meninggalkan gading. Harimau meninggal, mati, meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan nama,” tegas Prabowo di hadapan para kader.

Intruksi Khusus Sukseskan Program Makan Gratis

Prabowo langsung mengaitkan filosofi tersebut dengan tugas nyata kader Gerindra.

Ia menekankan agar seluruh anggota partai tidak pernah lelah bekerja untuk rakyat dan secara aktif menyukseskan program-program prioritas pemerintah.

Salah satu program yang ia soroti secara spesifik adalah Makan Bergizi Gratis (MBG).

Bagi Prabowo, warisan terbaik yang bisa ditinggalkan seorang pemimpin bukanlah kekayaan atau kekuasaan, melainkan jejak kebermanfaatan yang masyarakat rasakan langsung, terutama generasi mendatang.

“Lebih baik kita dikenang karena membela rakyat. Lebih baik dikenang membawa Indonesia sejahtera, dikenang memberi makan semua anak-anak dan ibu hamil seluruh Indonesia,” pungkasnya.