Panen Miliaran Rupiah: Rahasia Petani Sukses dengan Benih Unggul dan Teknologi

Jurnalis: Deni Aping
Kabar Baru, Jakarta – Benih unggul menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan serta kemajuan sektor pertanian di Indonesia.
Hal ini dibuktikan oleh Ahmad Lani, seorang petani bawang merah asal Cirebon, Jawa Barat, yang berhasil mencetak produktivitas tinggi berkat kombinasi benih unggul dan teknologi pertanian modern.
Mewarisi ilmu bertani dari kedua orang tuanya, Ahmad sempat bercita-cita melanjutkan pendidikan di jurusan pertanian. Namun, keterbatasan ekonomi memaksanya mengubur impian tersebut.
Meski demikian, semangatnya tidak padam. Kini, ia mampu mengelola lahan pertanian dengan sangat produktif bahkan memanen bawang merah hingga 18 ton per hektare, jauh melampaui rata-rata nasional yang hanya sekitar 10 ton per hektare.
Menurut Ahmad, keberhasilan tersebut tidak lepas dari pemilihan benih berkualitas dan pemanfaatan teknologi.
“Kunci sukses petani itu ada pada benih unggul dan teknologi. Kalau pakai benih unggul, hasilnya bisa meningkat secara signifikan, jauh lebih tinggi dibandingkan benih biasa,” ujarnya. Senin (12/5)
Ahmad telah mengadopsi metode penanaman bawang merah menggunakan biji atau True Shallot Seed (TSS), teknologi yang beberapa tahun terakhir mulai diperkenalkan secara luas kepada petani Indonesia.
Inovasi ini terbukti efektif meningkatkan produktivitas tanaman. Beberapa varietas unggulan seperti Sanren, Lokananta, dan Merdeka F1 bahkan mampu menghasilkan panen hingga 18 ton per hektare.
Selain mendongkrak hasil panen, benih unggul juga berperan penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional, terutama di tengah tantangan perubahan iklim dan keterbatasan lahan. Benih jenis ini terbukti lebih tahan terhadap kondisi ekstrem, serta lebih resisten terhadap hama dan penyakit.
“Petani harus terus berinovasi. Bertani itu membanggakan karena kita menjadi sumber pangan bagi banyak orang,” tambah Ahmad.
Cerita sukses lainnya datang dari Nur Azitah Azman, petani cabai asal Banyuwangi, Jawa Timur, yang akrab disapa Maman. Ia memulai kariernya di dunia pertanian sejak usia 19 tahun. Berkat penerapan teknologi pertanian modern, ia mampu mengembangkan usahanya secara signifikan—dari awalnya hanya 5.000 meter persegi menjadi 50.000 meter persegi lahan pertanian.
Menurut Maman, selain teknologi dan benih, kemampuan membaca pasar dan adanya pendampingan dari pemerintah serta sektor swasta juga menjadi faktor penentu kesuksesan.
“Sekarang ini petani harus melek teknologi. Dulu saya juga tidak langsung paham, tapi terus belajar. Apalagi sering dibimbing oleh tim dari Cap Panah Merah. Saya jadi tahu cara tanam yang efisien dan hasil panennya makin bagus. Saya pernah meraih keuntungan hingga Rp2 miliar dari menanam cabai di lahan seluas 1,5 hektare,” jelasnya.
Cap Panah Merah adalah sebutan petani untuk PT East West Seed Indonesia (EWINDO), perusahaan benih sayuran unggul yang berbasis di Purwakarta, Jawa Barat. Selama lebih dari 35 tahun, EWINDO telah menghadirkan lebih dari 400 varietas benih sayuran unggul seperti bayam, kangkung, cabai, tomat, timun, terong, bawang merah, kacang panjang, labu, semangka, dan melon.
Akses mudah terhadap benih unggul berkualitas juga memungkinkan petani Indonesia bersaing di tingkat global. Pasalnya, produk EWINDO telah tersertifikasi oleh International Seed Testing Association (ISTA), lembaga internasional yang menetapkan standar mutu benih dalam perdagangan dunia.
“Kalau ingin sukses di dunia pertanian, kita harus kerja sama. Dukungan dari pemerintah, sektor swasta, dan komunitas petani sangat penting. Dengan pelatihan dan pendampingan, saya jadi lebih paham pertanian yang baik dan benar,” tutup Maman.