Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Nyaris Tewas di Jembatan Lamadong-guamonial, Aktivis Mahasiswa Buol Kecam Pemerintah Daerah

Jurnalis:

Kabar Baru, Buol — Sejak 1998 hingga 2025, Jembatan Lamadong-Guamonial yang menghubungkan dua desa vital di Kabupaten Buol kecamatan Momunu masih berdiri dengan luka-luka menganga. Bukan hanya kayu lapuk, bukan hanya besi berkarat, tapi luka paling dalam adalah pada kepercayaan rakyat terhadap pemerintah yang hanya piawai berjanji namun lumpuh dalam aksi.

Sudah terlalu banyak warga yang jadi korban. Sudah terlalu lama jembatan ini hanya jadi pemanis laporan seremonial. Bahkan saya sendiri sebagai anak daerah, pernah hampir kehilangan nyawa di atas papan lapuk itu. Kala itu, saya tengah mengurus berkas pemenuhan administrasi kuliah sebuah perjuangan demi pendidikan dan masa depan. Namun, tepat di atas papan aus, motor saya tersangkut besi penahan balok. Tubuh saya terhempas dan dada menghantam keras bagian speedometer motor. Ungkap Jamal

Jasa Pembuatan Buku

Saat itu, dunia saya seketika menjadi hitam. Penglihatan saya gelap, napas saya seperti berhenti. Saya nyaris mati di atas jembatan yang seharusnya dilalui dengan aman oleh setiap warga. Untungnya, seorang warga yang kebetulan berada di sekitar langsung membantu saya dengan memompa tubuh saya agar sistem pernapasan saya kembali normal. Sungguh, pengalaman nyaris mati itu bukan hanya sebuah trauma pribadi, tapi potret betapa kejamnya kelambanan pemerintah. tandasnya

Pertanyaannya, di mana hati nurani pejabat kita? Sudah berulang kali suara rakyat diteriakkan. Sudah tak terhitung janji-janji manis yang disampaikan baik oleh Dinas PUPR Buol, Pemerintah Daerah, hingga pemerintah provinsi. Tapi hasilnya nihil. Yang terus eksis hanyalah retorika belaka, seperti balon udara yang mengembang di langit namun kosong di dalamnya.

Perlu diketahui, Jembatan Lamadong bukan hanya sekadar penghubung fisik. Ia adalah urat nadi kehidupan antara Desa Lamadong dan Guamonial, juga akses utama menuju Desa Pomayagon kampung halaman saya sendiri. Jembatan ini dilintasi setiap hari oleh petani, pelajar, ibu hamil, hingga anak-anak yang menempuh pendidikan. Lalu apakah nyawa mereka hanya layak dipertaruhkan pada kayu tua dan besi yang menganga?

Bahkan perbaikan yang dilakukan akhir Juni 2025 pun bukan proyek resmi pemerintah, melainkan swadaya masyarakat. Ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah. Bagaimana mungkin masyarakat yang sudah membayar pajak justru harus merogoh kocek pribadi demi keselamatan yang semestinya menjadi tanggung jawab negara?

Ditambah lagi, anggaran senilai Rp5 miliar disebut-sebut diperlukan untuk perbaikan total jembatan. Tapi itu hanya angka dalam pernyataan media, tanpa aksi konkret. Kita tidak butuh angka di koran, kita butuh langkah nyata di lapangan. Kita butuh jembatan yang benar-benar bisa dilewati tanpa rasa takut, tanpa taruhan nyawa.

Saya tidak sedang membangun narasi murahan. Ini adalah bentuk kemarahan yang sah. Bila dalam waktu dekat tidak ada keseriusan dari pemerintah daerah maupun provinsi, maka saya nyatakan secara terbuka: saya akan turun langsung, bersama masyarakat, mengadvokasi bahkan menangani persoalan ini dengan tangan sendiri. Ini bukan gertakan. Ini adalah komitmen.

Saya tidak akan membiarkan siapapun, terutama anak-anak kecil, merasakan trauma yang saya alami. Tidak boleh ada lagi warga Buol yang mati sia-sia hanya karena sebuah jembatan. Jembatan bukan hanya infrastruktur. Di atasnya terletak nyawa, cita-cita, dan harapan kami. Maka pemerintah, jangan tunggu korban berikutnya baru bertindak. Tegasnya

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store