Hanya Undangan | Puisi-puisi Ari Wibowo
Editor: Ahmad Arsyad
angin bertasbih pada keadaan, tak pernah bisu untuk mematri di setiap kibaran jam.
lantas kau hanya haha hihi
tanpa ada torehan
tapi ini sajak candu saja pada sang dara silau
Yogyakarta, 7 Juli 2022
Secangkir teh menyeruput secangkir wajahmu
menghisap secangkir bibirmu dalam bayangan yang menyala.
tapi tidak, sajak ini bukan nafsu,tapi hanya saja lukisan angin dan udara
suara pelayan memanggil mencari orang yang memesannya,
secangkir es teh tetap ku seruput sambil termenung mengalun senyummu.
Yogyakarta, 7 Juli 2022
Awal hanya merayu syahdu, sabda tak mengandung makna mau bagaimana
Kami butuh cena yang nyata pada pelataran tuturan manisnya
Menjadi mabuk di tarian jam.
Lantas kami yang harus bagaimana atau kau yang harus bagaimana?
Tetaplah menikmati menjalani alur perjalanan, bersyukur saja masih bersinar walaupun tak semua.
Malam ramai di saat sanubari berkicauan burung tak ada yang menerpa di saat kegelapan
Malam penuh bingkisan rasa, menggerecoki, ngigau, sendirian apakah aku tak pantas, di gerogoti buah bunga melati semerbak sang nurani.
Hanya bisa berhasrat satu nahkoda di kirimkan oleh sang tuhan bidadari kayangan dan itu hanyalah impian mimpi syahdu.
Yogyakarta, 7 Juli 2022
*) Penulis Adalah Ari Wibowo, Penyair Muda Teater Document UWMY, Pengurus FKMSB Jogja, juga merupakan Ketua LDK Universitas Widya Mataram Yogyakarta.
*) Tulisan Puisi ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co