Bangga Kencana Jadi Gerakan Nasional Membangun Keluarga Sehat dan Berkualitas

Jurnalis: Deni Aping
Kabar Baru, Bogor – Dalam upaya memperkuat Program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana) sebagai gerakan nasional mewujudkan keluarga Indonesia yang sehat, tangguh, dan berkualitas, Anggota Komisi IX DPR RI drh. Achmad Ru’yat, M.Si menggandeng Kemendukbangga RI dan BKKBN Provinsi Jawa Barat menggelar Sosialisasi Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja di Jawa Barat, yang berlangsung di SMK Keperawatan Annisa, Desa Purwasari, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Sabtu (18/10).
Program Bangga Kencana kini tidak hanya menekankan pengendalian populasi, tetapi juga menitikberatkan pada pembangunan keluarga yang sejahtera, berdaya, dan berkualitas.
Kegiatan ini dihadiri oleh Anggota Komisi IX DPR RI drh. Achmad Ru’yat, M.Si, Deputi Bidang KBKR Kemendukbangga RI dr. Drs. Wahidin, M.Kes, Tenaga Asistensi Penurunan Stunting Kabupaten Bogor Munandar Ahmad, S.E., serta Pranata Humas Ahli Pertama Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Bambang Dwi Nugroho, S.Ds.
Turut hadir dr. Yudi Iskandar, MARS, Kepala SMK Keperawatan Annisa, selaku tuan rumah kegiatan.
Dalam sambutannya, dr. Yudi Iskandar menyampaikan apresiasi atas kepercayaan pemerintah menjadikan sekolahnya sebagai lokasi pelaksanaan sosialisasi nasional tersebut.
“Kami berterima kasih karena kegiatan penting ini bisa dilaksanakan di SMK Keperawatan Annisa. Kami siap mendukung program pemerintah dalam mewujudkan keluarga sehat, berkualitas, dan berdaya,” ujarnya.
Paradigma Baru: “Berencana Itu Keren”
Dalam kesempatan itu, drh. Achmad Ru’yat, M.Si menegaskan bahwa lembaga kependudukan kini telah bertransformasi menjadi Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga).
“Dulu kita mengenal slogan Dua Anak Cukup, kini semangatnya berubah menjadi Berencana Itu Keren. Fokusnya bukan hanya mengatur kelahiran, tetapi membangun keluarga harmonis, sejahtera, dan berkualitas,” jelasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya ketersediaan alat kontrasepsi (Alkon) dalam menjaga keseimbangan demografi nasional.
“Pernah ada usulan anggaran Alkon menjadi nol, tapi saya menolak. Tanpa Alkon, risiko kehamilan tidak terencana meningkat. Ini penting untuk menjaga keseimbangan populasi,” tegasnya.
Dalam sesi interaktif, peserta mendapat penjelasan tentang kesehatan reproduksi, mulai dari fungsi hormon, siklus menstruasi, hingga proses ovulasi dan laktasi.
Achmad Ru’yat menambahkan bahwa penguatan ketahanan keluarga menjadi kunci pencegahan berbagai persoalan sosial seperti KDRT, perceraian, dan konflik rumah tangga.
“Keluarga tangguh akan melahirkan generasi yang sehat dan berkarakter,” ujarnya.
Kependudukan Jadi Tantangan Global
Deputi Bidang KBKR Kemendukbangga RI dr. Drs. Wahidin, M.Kes menuturkan, isu kependudukan kini menjadi tantangan global yang harus dihadapi dengan strategi dan intervensi yang tepat.
“India kini menjadi negara dengan populasi terbesar di dunia, sementara Indonesia berada di posisi keempat. Di Jawa Barat sendiri, jumlah penduduk hampir mencapai 50 juta jiwa. Ini menuntut perencanaan dan kebijakan yang matang,” jelasnya.
Wahidin menambahkan bahwa Kemendukbangga kini memiliki mandat lebih luas, termasuk penguatan siklus kehidupan keluarga sejak pra-nikah. Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah Elsimil (Elektronik Siap Nikah Siap Hamil), aplikasi digital untuk membantu calon pengantin menilai kesiapan fisik, mental, dan finansial sebelum menikah.
Terkait penurunan stunting, Wahidin mengingatkan bahwa meski angka kasus di Jawa Barat terus menurun, masih banyak ditemukan stunting pascakelahiran akibat kurangnya pemahaman gizi.
“Banyak anak lahir sehat, namun menjadi stunting dalam setahun karena asupan gizi yang tidak memadai. Kami mendorong orang tua, terutama ibu bekerja, untuk memperhatikan gizi seimbang, termasuk konsumsi protein hewani seperti ikan,” ujarnya.
Peran Lingkungan dan Keterlibatan Ayah
Sementara itu, Pranata Humas Ahli Pertama BKKBN Provinsi Jawa Barat Bambang Dwi Nugroho, S.Ds. mengingatkan pentingnya lingkungan pergaulan terhadap pembentukan karakter generasi muda.
“Kalau kita berteman dengan orang pintar, kita ikut pintar. Tapi kalau bergaul dengan yang tidak bijak, kita bisa terseret ke hal yang salah,” katanya.
Ia menekankan pentingnya pendidikan moral sejak dini. “Kita bisa belajar dari Jepang yang menanamkan etika dan moral lebih dulu sebelum ilmu pengetahuan,” tambahnya.
Adapun Munandar Ahmad, S.E., Tenaga Asistensi Penurunan Stunting Kabupaten Bogor, menegaskan pentingnya kesiapan pra-nikah dan pemenuhan gizi ibu hamil sebagai langkah awal pencegahan stunting.
“Pencegahan stunting dimulai sejak 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Calon ibu harus siap secara fisik, mental, dan finansial,” ujarnya.
Munandar juga memperkenalkan program GATI (Gerakan Ayah Terlibat) yang mendorong peran aktif ayah dalam pengasuhan anak.
“Dengan keterlibatan ayah dan ibu secara seimbang, kualitas keluarga meningkat dan angka stunting bisa terus ditekan,” pungkasnya.
Melalui kegiatan sosialisasi ini, diharapkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perencanaan keluarga, kesehatan reproduksi, dan gizi seimbang semakin meningkat.
Program Bangga Kencana kini menjadi lebih dari sekadar pengendalian populasi tetapi merupakan gerakan nasional membangun keluarga Indonesia yang sehat, kuat, dan bahagia. (*)