80 Tahun Indonesia Merdeka, HMI Harus Cetak Ribuan Pemimpin Bangsa

Jurnalis: Hanum Aprilia
Kabar Baru, Riau – Memasuki delapan dekade kemerdekaan Indonesia, Anggota Dewan Pakar Majelis Nasional (MN) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Drs. H. Manimbang Kahariady menegaskan perlunya melahirkan kepemimpinan transformatif berbasis Lima Insan Cita sebagai arah pembaruan bangsa.
Hal ini disampaikannya dalam acara Silaturahmi dan Dialog Interaktif bertajuk Refleksi 80 Tahun Kemerdekaan RI: Mewujudkan Kepemimpinan Transformatif Berbasis Lima Insan Cita yang diselenggarakan MW KAHMI Kepulauan Riau di Tanjungpinang.
Manimbang menegaskan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang tidak hanya piawai dalam politik praktis, tetapi juga memiliki fondasi keilmuan, kreativitas, integritas, nilai keislaman, dan tanggung jawab sejarah.
“Lima Insan Cita adalah warisan HMI yang harus menjadi pedoman KAHMI dalam mencetak pemimpin bangsa ke depan,” ujarnya.
Pertama, Insan Akademis: Pendidikan dan SDM Unggul
Menurutnya, berdasarkan data terbaru menunjukkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia 2024 naik menjadi 75,02. Peningkatan ini menegaskan pentingnya kualitas pendidikan dalam melahirkan pemimpin berwawasan luas.
Manimbang mencontohkan figur seperti Prof. Nurcholish Madjid dan Prof. Dawam Rahardjo yang dikenal sebagai intelektual kritis sekaligus alumni HMI.
“Pendidikan bermutu adalah investasi jangka panjang untuk kepemimpinan nasional,” katanya.
Kedua, Insan Pencipta: Inovasi dan Kekuatan Riset
Indonesia kini menempati peringkat ke-54 dari 133 negara dalam Global Innovation Index 2024, naik signifikan dari tahun sebelumnya.
“Kepemimpinan harus mendorong riset, inovasi, dan perlindungan kekayaan intelektual,” tegas Manimbang, mengutip contoh Jusuf Kalla yang dikenal sebagai pengusaha sekaligus inovator kebijakan.
Ketiga Insan Pengabdi: Integritas dan Pelayanan Publik
Meski skor Indeks Persepsi Korupsi (CPI) Indonesia membaik menjadi 37 pada 2024, peringkat global masih di posisi ke-99.
“Pemimpin yang mengabdi adalah yang memegang teguh integritas, bukan sekadar mengejar jabatan,” ujar Manimbang, menyebut tokoh seperti Akbar Tanjung dan Mahfud MD yang konsisten melayani publik melalui jalur politik dan hukum.
Keempat, Insan Bernafaskan Islam: Etika dan Keadilan Sosial
Dengan 87 persen penduduk Indonesia beragama Islam, kepemimpinan perlu mengintegrasikan nilai kejujuran, keadilan, dan rahmatan lil alamin dalam pembangunan, termasuk di era ekonomi digital.
“Teknologi harus tumbuh dengan etika, bukan sekadar mengejar profit,” kata Manimbang.
Kelima, Insan Bertanggung Jawab: Visi Jangka Panjang
Bonus demografi dan ekonomi digital yang diperkirakan menembus US$130 miliar pada 2025 menjadi peluang besar, namun memerlukan kepemimpinan berorientasi masa depan.
“Pemimpin bertanggung jawab memastikan pertumbuhan ekonomi sekaligus inklusi sosial, khususnya melalui digitalisasi UMKM,” ujarnya.
Manimbang pun berpesan agar KAHMI mengambil peran aktif membina kader dan alumni untuk menghadirkan pemimpin bangsa yang siap menjawab tantangan global.
“Delapan puluh tahun kemerdekaan bukan hanya momentum refleksi, tetapi panggilan untuk melahirkan kepemimpinan transformatif yang berakar pada nilai dan ilmu,” tandasnya.
Sementara itu Ketua Umum Majelis Wilayah KAHMI, Kepri Dr, Suryadi, menyampaikan sangat menghargai pertemuan silaturrahmi dalam rangka bisa menghasilkan, pemikiran kontributif, untuk memajukan bangsa.
“Silaturahmi ini bukan sekadar pertemuan, tetapi ruang untuk merumuskan gagasan strategis bagi Indonesia. KAHMI perlu terus membangun forum pemikiran agar alumni HMI dapat berperan nyata dalam kemajuan bangsa.” tegasnya.