Revolusi Teknologi: Antara Kemajuan dan Kekhawatiran Degradasi Moral

Editor: Ahmad Arsyad
Kabar Baru, Opini – Revolusi teknologi yang telah mengubah lanskap dunia dalam beberapa dekade terakhir telah membawa kemajuan luar biasa dalam hampir setiap aspek kehidupan manusia.
Namun, sambil merayakan pencapaian-pencapaian ini, kita tidak boleh mengabaikan kekhawatiran terkait potensi degradasi moral yang mungkin muncul akibat perubahan radikal ini.
Di satu sisi, perkembangan teknologi telah memberikan kita akses ke pengetahuan yang tak terbatas melalui internet. Kita dapat berkomunikasi dengan siapa saja di seluruh dunia dalam hitungan detik, dan berbagi ide, budaya, dan inovasi.
Teknologi telah mempercepat progres ilmiah, memungkinkan penyembuhan penyakit yang sebelumnya tidak terbayangkan, dan bahkan membuka jalan bagi eksplorasi yang tak terbatas. Ini adalah bukti nyata kemajuan luar biasa yang telah kita alami.
Namun, di sisi lain, ada kekhawatiran serius terkait perubahan sosial dan moral yang disebabkan oleh revolusi teknologi. Misalnya, dampak media sosial terhadap kesehatan mental kita telah menjadi perhatian serius, dengan peningkatan depresi, kecemasan, dan perasaan isolasi sosial.
Kita juga menyaksikan peningkatan berita palsu dan penyebaran hoaks yang dapat mengancam demokrasi dan kepercayaan masyarakat terhadap informasi yang benar.
Selain itu, teknologi juga telah membawa perubahan dalam etika dan moralitas. Penggunaan kecerdasan buatan dalam aplikasi militer dan keamanan, misalnya, menimbulkan pertanyaan etis tentang penggunaan kekuatan ini dalam konflik internasional.
Lalu ada juga kekhawatiran tentang privasi individu yang semakin terancam oleh pengumpulan data yang tak terbatas dan pengawasan yang semakin canggih.
Sehingga, yang perlu diingat adalah bahwa teknologi itu sendiri tidak bermoral. Bagaimana kita menggunakannya dan bagaimana kita mengatur dan merespons perkembangan teknologi akan menentukan dampak moralnya.
Penting untuk menjalin keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai moral yang kita pegang. Hal ini memerlukan pengembangan regulasi yang bijaksana, kesadaran akan dampak teknologi terhadap kesehatan mental dan sosial kita, serta pendidikan yang mempromosikan etika digital.
Dalam menghadapi revolusi teknologi ini, kita sebagai masyarakat harus aktif berpartisipasi dalam perdebatan tentang cara mengarahkan serta mengatur perkembangan teknologi agar mendukung nilai-nilai moral yang kita pegang.
Dengan cara ini, kita dapat meraih manfaat dari kemajuan teknologi tanpa mengabaikan dampak potensialnya terhadap degradasi moral.
Kemudian ada pandangan dari tiga perspektif ilmuan yang relevan terkait dengan revolusi teknologi, kemajuan, dan kekhawatiran degradasi moral:
Perspektif Etika Teknologi
Immanuel Kant (Perspektif Deontologis): Kant mengembangkan teori moral deontologis, yang menekankan pentingnya tindakan yang benar berdasarkan kewajiban moral, bukan hasil akhir.
Pandangan ini relevan dalam mempertimbangkan etika penggunaan teknologi, di mana tindakan-tindakan harus dipertimbangkan dalam konteks prinsip moral universal.
Perspektif Psikologi Sosial
Sherry Turkle (Perspektif Interaksi Manusia-Teknologi): Turkle menyoroti perubahan dalam interaksi manusia akibat penggunaan teknologi, khususnya media sosial.
Ia mencatat bagaimana penggunaan yang berlebihan dapat mengarah pada isolasi sosial dan dampak kesehatan mental.
Perspektif Sosiologi
Manuel Castells (Perspektif Sosial Digital): Castells memahami efek internet dan teknologi digital pada masyarakat kontemporer. Karyanya menyoroti perubahan dalam komunikasi, pekerjaan, dan politik yang disebabkan oleh teknologi.
Dari beberapa wawasan ini dapat memudahkan kita dalam memahami implikasi etis, psikologis, dan sosial dari revolusi teknologi, hal ini dapat membantu kita menjelajahi dampak teknologi dengan lebih baik dari berbagai perspektif.
* Penulis adalah Sulaiman Subya,
Mahasiswa IAIN Madura