Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Kaidah Kebahasaan dalam Perseteruan Farhat Abbas dan Denny Sumargo: Sebuah Analisis Linguistik

Image from Youtube, uploaded by Intens Investigasi .

Editor:

Kabar Baru, Opini – Perseteruan antara dua tokoh publik, Farhat Abbas dan Denny Sumargo, telah menjadi sorotan utama di media sosial dan berbagai platform publik. Yang menarik dari perseteruan ini bukan hanya isu yang dibahas, tetapi juga cara keduanya menggunakan bahasa untuk menyampaikan argumen masing-masing. Dalam artikel ini, kita akan menganalisis kaidah kebahasaan yang digunakan oleh Farhat Abbas dan Denny Sumargo selama perseteruan mereka untuk memahami bagaimana bahasa dapat mempengaruhi persepsi publik dan kekuatan argumen.

Farhat Abbas seorang pengacara dari Agus Salim, dan Denny Sumargo seorang fasilitator dalam penggalangan dana donasi Agus, mulai bertikai setelah sebuah komentar yang dianggap provokatif oleh salah satu pihak. Konten yang mereka hasilkan dan cara mereka mengungkapkan pendapat mereka menjadi laboratorium sempurna untuk menganalisis penggunaan bahasa dalam konflik publik modern.

Jasa Penerbitan Buku

Analisis Kaidah Kebahasaan

Penggunaan Bahasa Baku vs Non-Baku

Dalam perseteruan ini, terlihat jelas bagaimana kaidah kebahasaan yang baku sering diabaikan. Penggunaan kata-kata seperti “lo”, “gue”, dan “nggak” menunjukkan penggunaan bahasa non-baku yang dominan dalam komunikasi mereka. Padahal, dalam konteks formal dan hukum, seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang baku sesuai dengan kaidah kebahasaan.

Aspek Pragmatik dan Sosiolinguistik

Ungkapan “aku Makassar, kau Bugis” yang digunakan dalam perseteruan ini menunjukkan penggunaan identitas etnis sebagai alat provokasi. Hal ini bertentangan dengan kaidah kebahasaan yang menekankan penggunaan bahasa sebagai alat pemersatu, bukan pemecah belah. Penggunaan frasa “cabut pedangmu” dan “kau ada burung kan?” merupakan bentuk majas yang mengandung unsur tantangan dan provokasi.

Penggunaan Retorika dan Argumen

Retorika Persuasif:

Denny Sumargo dikenal dengan gaya bicaranya yang meyakinkan dan penuh semangat. Dalam perseteruan ini, ia menggunakan teknik retorika klasik seperti pengulangan untuk menekankan poin-poin penting, misalnya “Bukti, bukti, bukti!” yang menunjukkan bahwa ia menginginkan kerangka berpikir yang lebih analitis dari khalayaknya. Penggunaan retorika ini menunjukkan bagaimana Denny berusaha membangun karakter tegas dan kredibel yang terbuka untuk diskusi yang didasarkan pada fakta.

Argumentasi Logis vs. Emosional:

Farhat Abbas, sebaliknya, sering menggunakan argumentasi emosional yang dapat menyentuh hati audiensnya. Dia menggunakan narasi untuk menjelaskan pengalamannya dan menarik kesimpulan yang lebih bersifat filosofis atau moral. Misalnya, dengan mengatakan “Ini bukan soal perdebatan, ini adalah soal kemanusiaan,” ia mengusung argumen yang lebih besar dari sekadar pertarungan antar individu.

Analisis Sintaksis dan Semantik

Kalimat Deklaratif vs. Interrogatif:

Denny sering menggunakan kalimat deklaratif yang kuat untuk menyatakan fakta atau pendapat yang sudah diyakininya. Kalimat seperti “Kamu salah!” atau “Fakta ini tidak bisa dibantah!” Mengindikasikan tekad dan keyakinan yang tinggi.

Sebaliknya, Farhat sering menggunakan kalimat interrogatif untuk mengajukan pertanyaan yang bisa membuat audiens berpikir lebih dalam. Pertanyaan seperti “Apa yang sebenarnya kita coba capai di sini?” mendorong audiens untuk merenungkan sifat sebenarnya dari perseteruan ini.

Pilihan Kata dan Makna:

Keduanya memanfaatkan pilihan kata untuk mengarahkan makna. Denny sering menggunakan kata-kata yang spesifik dan konkret untuk menegaskan poinnya, misalnya “Anda telah melanggar etika berdebat!” sementara Farhat lebih mengandalkan kata-kata yang lebih abstrak atau simbolis seperti “Keadilan,” “Kebenaran,” atau “Kepentingan publik” untuk memberikan narasi yang lebih luas kepada perseteruan.

Implikasi dan Etika Bahasa

Implikatur dan Presuposisi:

Perseteruan ini juga menunjukkan bagaimana implikatur dan presuposisi digunakan untuk memberikan lapisan tambahan kepada komunikasi. Denny mungkin membuat implikasi bahwa lawan bicaranya tidak memiliki bukti yang cukup dengan cara mempertanyakan kebenaran pernyataannya. Sebaliknya, Farhat mungkin menggunakan presuposisi untuk menciptakan narasi yang sudah diterima sebagai benar, seperti “Dengan apa yang telah terjadi, kita semua tahu bahwa…” yang memberikan kesan bahwa apa yang ia katakan adalah hal yang umum diyakini atau sudah terbukti.

Implikasi Hukum

Penggunaan bahasa yang mengandung unsur SARA telah berujung pada laporan polisi dengan tuduhan pelanggaran UU Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Ini menunjukkan bagaimana penggunaan bahasa yang tidak tepat dapat memiliki konsekuensi hukum.

Etika Bahasa dan Etiket:

Dalam konteks etika bahasa, keduanya menunjukkan pendekatan yang berbeda. Farhat sering dikritik karena nada yang keras dan terkadang ofensif, yang bisa dianggap langsung melanggar etika dalam berkomunikasi. Denny, di sisi lain, meskipun membawa argumen yang serius, sering kali menunjukkan rasa hormat yang lebih besar terhadap lawan bicara, menggunakan kalimat-kalimat yang lebih diplomatis.

Perseteruan antara Farhat Abbas dan Denny Sumargo bukan hanya bahan hiburan publik, tetapi juga sebuah studi kasus yang menarik mengenai penggunaan bahasa dalam konflik modern. Dari analisis ini, kita melihat bagaimana gaya komunikasi individu dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap konflik tersebut. Denny dengan retorika yang kuat dan penuh semangat, serta Farhat dengan pendekatan yang lebih introspektif dan filosofis, menunjukkan dua sisi yang berbeda dari penggunaan bahasa untuk mencapai tujuan komunikasi.

Dalam dunia di mana perang kata-kata bisa memiliki dampak yang sama besarnya dengan perang fisik, memahami kaidah-kaidah kebahasaan ini menjadi esensial. Tidak hanya untuk menganalisis perseteruan publik, tetapi juga untuk menciptakan komunikasi yang lebih efektif, terutama dalam konteks diskursus publik dan politik. Bahasa, dengan segala kekuatan dan nuansanya, tetap menjadi alat utama dalam membentuk opini dan perubahan sosial.

Penulis

Nama : Dina Marliana Anggraeni

Nomor : 083873958590

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store