Perang Adalah Takdir Manusia

Editor: Ahmad Arsyad
Kabar Baru, Opini- Perang berdampak sangat besar pada manusia dan lingkungan, mulai dari dampak kerugian nyawa, penghancuran fisik, dan perubahan sosial dan politik yang signifikan. Perang besar yang di alami oleh umat manusia, adalah Perang Dunia I dan II dan berakhir korban jiwa hingga ratusan juta jiwa meniggal dunia. Akibat perang yang di alami oleh manusia, meninggalkan perubahan besar bagi peradaban manusia selanjutnya. Salah satu dari dampak perang dunia, mengubah dunia secara drastis. Perubahan besar dalam geopolitik, hukum internasional, terbentuknya PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) dan moncernya ekonomi dunia yang memacu kesejahteraan taraf hidup manusia.
Sejak manusia mamulai peradaban di muka bumi, bagian alami dari sifat manusia adalah memiliki keinginan makan, kepentingan bertahan dari ancaman atau serangan merupakan bagian dari perilaku manusia. Filsuf bernama Sartre menyatakan, bahwa tindakan berperang adalah pilihan bebas manusia sendiri. Otak manusia sudah menyimpulkan bahwa perang sendiri adalah bagian dari manusia. Gagasan tersebut serupa dengan sisi biologi di mana perang muncul karena insting terutama dalam keadaan terancam. Sedangkan pandangan Marxisme, manusia cenderung terlibat dalam konflik ekonomi, kelas hingga agama yang pada akhirnya dapat memicu konflik sosial dan perang revolusioner. Artinya perang tidak akan benar-benar habis karena terikat dengan kelompok, identitas, kelas, agama, budaya dan politik. Karena hal inilah mereka bersedia berperang demi menjaga atau memperluas identitas.
Perang yang menjadi identitas manusia, didalam agama pun ada yang dihalalkan. Agama Islam, memandang sebagai konsep jihad. Namun, penting untuk dicatat bahwa konsep jihad dalam Islam tidak hanya merujuk pada perang fisik, tetapi juga merujuk pada perjuangan spiritual atau perjuangan melawan kejahatan dan ketidakadilan. Dalam Al-Quran, perang atau jihad fisik diperbolehkan dalam situasi tertentu, seperti dalam pertahanan diri atau melawan penindasan dan ketidakadilan. Di Kekristenan, konsep perang bervariasi tergantung pada denominasi dan interpretasi kitab suci. Beberapa kelompok Kristen mengacu pada “Just War Theory” (Teori Perang Adil) untuk membenarkan perang dalam kondisi tertentu, dengan syarat-syarat seperti penggunaan kekerasan yang proporsional dan tujuan yang benar (misalnya, pertahanan diri atau melindungi orang yang lemah).
Meski perang idealnya adalah mempertahankan diri (self defense), namun perang sering kali dijadikan untuk memobilisasi dalam perebutan wilayah, hegemoni dan invasi ke wilayah lain. Ada unsur sifat manusia yang mendorong sikap agresif dan konfrontasional dalam situasi tertentu untuk berkonflik dalam perang. Manusia secara alami ingin melindungi diri dapat menyebabkan reaksi terhadap ancaman dan serangan, yang akhirnya dapat memicu perang. Apalagi tentang pemahaman terhadap gangguan ideologi, agama atau rasa nasionalisme dapat memotivasi pada untuk berperang.
Sejatinya manusia memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman dalam mencegah perang. Dalam upaya untuk mencegah perang dan mempromosikan perdamaian, bisa dengan berdialog, peningkatan ekonomi, meningglkan sektarianisme dan saling menghormati identitas wilayah. Upaya ini untuk menguatkan nilai-nilai perdamaian, diplomasi, kerja sama internasional, dan resolusi konflik damai adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah dan mengurangi perang. Di Indonesia jika terjadi konflik. Maka, menyelesaikan konflik dengan berdialog dan saling bertukar serta memahami budaya daerah-daerah setempat.
Akhirnya meski perang adalah jalan yang halal, kita semestinya mengetahui dan menyadari akan kerugian yang ditimbulkan dari peperangan tersebut. Perang tidak hanya menghamcurkan fisik tetapi dampak dari peperangan bisa berakibat kehancuran peradaban dan kepunahan manusia. Paling baik untuk dicermati dalam menghadapi zaman saat ini, adalah berperang melawan kebodohan dan melawah pemanasan global sebagai ancaman nyata bagi umat manusia. Paling baik untuk dicermati dalam menghadapi zaman saat ini, adalah berperang melawan kebodohan dan memerangi dampak pemanasan global sebagai ancaman nyata bagi umat manusia. Karena inilah perang paling nyata yang akan dihadapi oleh umat manusia.