Menjawab Misteri Serangan Presiden Putin ke Ukraina

Editor: Ahmad Arsyad
KABARBARU, OPINI- Banyak perbedaan pandangan para analis dan juga assesment lembaga intelijen mengenai langkah Putin menyerbu Ukraina secara keseluruhan. CIA saja sampai saat ini terus mengumpulkan data dan menganalisa seluruh percakapan terkait Putin di lingkar terdekatnya.
Ada pendapat dia sedang mengalami gangguan saraf sehingga sudah tidak lagi rasional. Atau juga karena kelamaan social distancing menjadi stres dan gak update. Dia juga dinilai hanya dilingkari klik terdekatnya dalam menerima bisikan. Para ahli kebijakan sdh tdk didengar. Apa benar? Tentu perlu diuji dgn analisa lainnya.
Penilaian saya mengambil beberapa sumber serangan ke Ukraina sudah terencana lama dan akarnya sudah 30 tahun yang lalu semenjak bubarnya Uni Soviet. Negara menjadi terbagi namun Putin dan Genk berhasil membentuk Federasi Rusia. Bekas Soviet dihantam Colour Revolution yg mengusung kebebasan menentukan nasib sendiri untuk mejadi negara (Self Determenation).
Meski terkeping-keping, bangsa Rusia tetap mempunyai perasaan bahwa mereka adalah bangsa besar. Harus kembali menjadi besar pada suatu saat. Bagi para tokoh Rusia termasuk Putin, Colour Revolution bukan tanpa maksud tapi ada muatan pelebaran pengaruh kekuasaan US di Eropa Timur sebagai negara Adi Kuasa. Benar saja banyak eks Soviet yg bergabung NATO termasuk Ukraina.
Seorang pemikir Politik Rusia bernama Sergei Karaganov membuat konsep untuk kebesaran Rusia dan counter pada colour revolution yang kemudian dinamakan dengan Doktrin Karaganov. Dalam Doktrin Karaganov Rusia harus melindungi bangsa Rusia yg berada di negara tetangga seperti di Ukraina. Oleh sebab itu Rusia harus mengembalikan seluruh wilayah bekas Uni Soviet. Cara yg dilakukan hanya dengan jalan perang. Cepat atau lambat Rusia akan berperang dengan US dan sekutunya yang mengepung Rusia dengan menempatkan senjata nuklir di negara bekas Uni Soviet.
Doktrin strategis Karaganov harus ditopang strategi peperangan apa yg akan dilakukan Rusia dalam mengambil alih bekas Uni Soviet. Jenderal bernama Valleri Gerasimov membuat konsepnya yg kemudian dinamakan dengan Doktrin Gerasimov. Doktrin Gerasimov mengusung strategi Hybrid War (Perang Campuran) antara perang konvensional dan unkonvensional.
Jika Clauswitz melihat perang adalah hasil dari kebuntuan politik maka dalam Doktrin Gerasimov bisa juga politik hasil dari kebuntuan perang. Perang dan damai juga bercampur hal itu diambil dari Leo Tolstoy: War and Peace. Perang bukan hanya pertempuran senjata konvensional tapi juga politik ekonomi, budaya, biologis, elektronik, siber, dan narasi. Nah bila melihat Doktrin Karaganov dan Doktrin Gerasimov maka saya meliat serangan Putin ke Ukraina sudah lama direncanakan dan sekaranglah saatnya. Dia mengambil langkah “Preemptive Strike”.
*) Penulis adalah Surya Fermana, Pemerhati Intelijen dan Geopolitik Internasional.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co