Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Mengenal Sosok Haji Muzakki, Pengusaha Rokok Lokal Madura

ilustrasi seorang pria sedang merokok (Foto: Shutterstock).

Jurnalis:

Kabar Baru, Madura – Nama Haji Muzakki mungkin tidak selalu muncul di headline media nasional, tetapi di Pamekasan dan sekitarnya, sosoknya menjadi bagian dari denyut kehidupan sosial yang nyata.

Ia dikenal sebagai pemilik PR Cahaya Pro, perusahaan rokok lokal yang berakar di Desa Akkor, Palengaan, Pamekasan. Namun, lebih dari sekadar pemilik industri yang berurusan dengan produksi dan distribusi tembakau, ia adalah figur yang berusaha menjahit kembali hubungan antara dunia usaha dan masyarakat.

Jasa Pembuatan Buku

Kiprahnya menempatkan dirinya bukan hanya sebagai pebisnis, tetapi juga sebagai pribadi yang peka terhadap kebutuhan komunitas tempat ia tumbuh.

Dalam ingatan masyarakat, salah satu momen yang paling menonjol adalah ketika PR Cahaya Pro pada tahun 2022 menyalurkan paket sembako kepada warga miskin, janda, dan anak yatim.

Paket sederhana berisi beras, minyak goreng, dan telur itu dibagikan di Kelurahan Kolpajung. Sekilas mungkin tampak sepele, sekadar bantuan sosial yang lazim dilakukan banyak pihak.

Namun, jika ditilik lebih dalam, langkah itu memberi pesan yang kuat: perusahaan ini tidak menutup mata terhadap realitas sosial di sekitarnya. Haji Muzakki, melalui Cahaya Pro, mengajarkan bahwa keberadaan sebuah usaha tidak boleh tercerabut dari denyut nadi masyarakat kecil yang sering kali terlupakan.

Ia hadir bukan dalam balutan pencitraan mewah, melainkan dalam bentuk kepedulian yang menyentuh langsung kebutuhan sehari-hari orang-orang yang berada di lapis bawah.

Dua tahun setelahnya, pada 2025, peran itu berlanjut dengan cara yang berbeda. Kali ini bukan sembako, melainkan bonus berupa sepatu dan uang tunai yang diberikan kepada para atlet dan pelatih peraih medali dalam ajang Porprov Jawa Timur.

Sebanyak 171 atlet, 65 peraih medali, 14 pelatih peraih emas, hingga puluhan pemain muda U-13 dan U-15 Suratin menerima apresiasi itu. Jumlah yang tidak sedikit, menunjukkan bahwa komitmen tersebut bukan sekadar simbolis.

Ia menaruh perhatian pada dunia olahraga, bidang yang sering kali menjadi anak tiri dalam prioritas anggaran pemerintah daerah.

Dukungan ini menegaskan sebuah pemahaman sederhana tetapi bernilai tinggi: bahwa prestasi anak muda tidak boleh dibiarkan berdiri sendirian, melainkan perlu ditopang dengan dukungan nyata agar gairah mereka tidak padam di tengah keterbatasan.

Tentu, langkah-langkah semacam itu tidak lantas menghapus kontroversi yang selalu menyelimuti industri rokok. Sebagai produk yang kerap dikaitkan dengan masalah kesehatan, rokok menimbulkan dilema moral.

Di satu sisi, ia menghidupi ribuan tenaga kerja, petani tembakau, dan keluarga di Madura; di sisi lain, ia juga menjadi bagian dari perdebatan panjang tentang dampaknya bagi kesehatan masyarakat. Dalam dilema inilah sosok seperti Haji Muzakki berjalan.

Apa yang ia lakukan melalui bantuan sosial dan dukungan olahraga bisa dibaca sebagai upaya mencari keseimbangan: bahwa di balik bisnis yang penuh kontroversi, ada ruang untuk berbuat sesuatu yang konstruktif bagi komunitas.

Namun, penting dicatat bahwa kontribusi sosial itu tidak selalu harus dimaknai sebagai strategi membungkam kritik. Justru sebaliknya, ia bisa menjadi jalan untuk membuka ruang dialog antara industri dan masyarakat.

Apakah langkah-langkah filantropis seperti sembako atau bonus atlet cukup? Tentu tidak. Masyarakat masih bisa menuntut lebih, misalnya agar perusahaan memperluas kontribusi ke bidang pendidikan, kesehatan, atau pemberdayaan ekonomi produktif.

Tetapi langkah-langkah awal itu tetap memiliki arti. Mereka bukan jawaban final, melainkan pintu pembuka untuk menghadirkan keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan kebutuhan sosial.

Di sisi lain, gaya kepedulian Haji Muzakki tampak membumi. Ia tidak hadir sebagai figur karismatik dengan pidato megah, tetapi lebih sebagai pengusaha yang membiarkan tindakannya berbicara. Ini mencerminkan kearifan lokal Madura yang menempatkan solidaritas dan gotong royong sebagai pilar kehidupan.

Apa yang ia lakukan bersama PR Cahaya Pro tidak lahir dari konsep manajemen modern yang serba terukur dalam laporan CSR, melainkan dari kesadaran kultural bahwa suksesnya seseorang selalu terkait dengan keberlangsungan orang lain di sekitarnya.

Filantropi dalam versi ini bukanlah jargon, melainkan ekspresi otentik dari nilai kebersamaan.

Meskipun demikian, apresiasi publik terhadap sosok seperti Haji Muzakki tidak boleh jatuh ke dalam jebakan puja-puji berlebihan. Ia tetap seorang pengusaha dengan segala keterbatasan dan kepentingan bisnisnya.

Menempatkan dirinya sebagai pahlawan tanpa cela hanya akan melahirkan mitos yang tidak sehat. Yang lebih penting adalah melihat perannya secara proporsional: ia hadir dengan inisiatif sosial yang patut diapresiasi, sekaligus tetap perlu diajak berdiskusi tentang bagaimana kontribusi itu bisa diarahkan ke bentuk yang lebih berkelanjutan.

Dengan cara ini, publik tidak kehilangan sikap kritis, sementara sang tokoh pun tetap mendapat ruang untuk berkembang.

Menariknya, sosok Haji Muzakki juga memberi pelajaran lain yang lebih universal. Dalam dunia yang kian terjebak dalam logika kapitalisme global, di mana perusahaan besar sering kali terlihat dingin dan jauh dari masyarakat, figur pengusaha lokal seperti dirinya menghadirkan wajah lain dari bisnis.

Ia menunjukkan bahwa bisnis bisa tetap berpijak pada nilai kemanusiaan, bahwa keuntungan tidak harus mengorbankan kepedulian, dan bahwa keberhasilan usaha bisa sejalan dengan komitmen sosial.

Mungkin inilah pesan terpenting yang bisa ditarik dari jejak langkahnya: bahwa keberlanjutan sebuah perusahaan tidak hanya diukur dari neraca keuangan, tetapi juga dari seberapa dalam ia mengakar di hati masyarakat.

Pada akhirnya, figur Haji Muzakki akan terus dikenang bukan hanya karena PR Cahaya Pro bertahan di tengah persaingan industri rokok, tetapi juga karena ia menorehkan catatan sosial yang meninggalkan jejak.

Jejak itu tidak spektakuler, tidak pula revolusioner, tetapi nyata dan konsisten. Ia mengajarkan bahwa kepedulian sosial bukanlah pilihan tambahan, melainkan bagian inheren dari keberadaan sebuah usaha.

Jika jejak semacam ini bisa ditiru oleh lebih banyak pengusaha lokal, mungkin wajah pembangunan daerah akan tampak lebih manusiawi, lebih dekat dengan rakyat kecil, dan lebih berpihak pada nilai kebersamaan.

Esai tentang dirinya bukanlah undangan untuk memuja, melainkan ajakan untuk belajar. Belajar bagaimana seorang pengusaha bisa memainkan peran ganda: sebagai aktor ekonomi sekaligus agen sosial.

Belajar bagaimana bisnis bisa disandingkan dengan kepedulian. Belajar bagaimana keberhasilan individu bisa bertransformasi menjadi kebermanfaatan kolektif. Di sinilah letak arti penting sosok Haji Muzakki.

Ia bukan sekadar pemilik PR Cahaya Pro, melainkan bagian dari narasi yang lebih besar tentang bagaimana dunia usaha lokal menegosiasikan perannya di tengah masyarakat.

Dan dari Madura, jejak itu berangkat, mengalir, dan meninggalkan pelajaran berharga bagi siapa saja yang ingin menyaksikan bahwa bisnis, bila dijalankan dengan hati, selalu bisa menemukan jalannya menuju kemanusiaan.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store