Bidang Ketenagakerjaan Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PB PMII) Meresmikan LPK Untuk Mendorong SDM Unggul

Jurnalis: Bagaskara Dwy Pamungkas

Kabarbaru, Jakarta, 12 November 2025– Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Bidang Ketenaga Kerjaan sukses menyelenggarakan launching Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) dan dialog publik bertajuk “Tantangan Kerja Masa Depan: Kompetensi” , sebagai upaya strategis menjawab dinamika pasar tenaga kerja di era Revolusi Industri 4.0.

Kegiatan ini diselenggarakan di bawah inisiasi Akademi Sahabat Indonesia Punya Kita (AKSI NYATA) dan sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Kegiatan ini menegaskan bahwa kesuksesan di dunia kerja masa depan memerlukan perpaduan antara kompetensi yang terstandar dan jejaring sosial (relasi) yang kuat, di mana keduanya harus berjalan beriringan. LPK diharapkan menjadi jembatan utama untuk mencetak generasi muda yang unggul dan siap bersaing secara global.

Pandangan Strategis dari Berbagai Pihak
Sesi dialog publik menampilkan sejumlah narasumber yang memaparkan strategi penguatan SDM Indonesia: Zainul Munasichin (Komisi IX DPR RI): Menegaskan komitmen DPR dalam memperkuat kebijakan berbasis kompetensi dan menjadikan LPK sebagai mitra strategis pencetak tenaga kerja berkualitas. Ia menyoroti kesenjangan besar antara tingginya permintaan tenaga kerja, misalnya hingga 600 ribu orang per tahun dari Jepang, dengan rendahnya penyerapan tenaga kerja Indonesia yang hanya sekitar 30 ribu orang. Masalah utama bukan kurangnya lapangan kerja, tetapi ketidaksesuaian kompetensi tenaga kerja dengan kebutuhan industri.

Henriko Tobing (Kementerian Ketenagakerjaan): Menekankan pentingnya strategi link and match antara LPK dan dunia industri agar ekosistem pelatihan relevan dengan kebutuhan pasar. Pemerintah memprioritaskan sektor ketahanan pangan, ketahanan energi hijau, dan hilirisasi industri , didukung dengan program unggulan seperti platform SIAPkerja dan pelatihan berbasis kompetensi.

Abdul Rouf (Kementerian Agama): Menyatakan bahwa kader PMII memiliki potensi besar karena dikenal pintar, cerdas, dan kritis , namun sering terkendala akses pelatihan berbasis teknologi digital. Ia menggarisbawahi perlunya LPK sebagai wadah untuk mengembangkan hands-on skills di bidang yang paling dibutuhkan di masa depan, seperti Data Analyst, Digital Marketing, dan AI Engineer.

M. Ikhsan Saruna (Lembaga Akreditasi LPK): Menekankan bahwa akreditasi adalah instrumen penting untuk menjaga keseimbangan mutu pelatihan dan memastikan lulusan memiliki hard skill maupun soft skill yang profesional. Strategi LA-LPK meliputi pembaruan kurikulum berbasis kebutuhan pasar dan penguatan sinergi dengan lembaga sertifikasi profesi.

Wulan Sari AS (Ketua KOPRI PB PMII): Mengangkat isu kesetaraan gender, menyoroti peran strategis perempuan sebagai pelaku utama pembangunan. Ia menegaskan perlunya akses setara terhadap pelatihan, sertifikasi, dan jaringan profesional, agar kader perempuan PMII menjadi generasi yang cerdas, mandiri, dan berani mengambil peran.

Komitmen Kolaborasi LPK Sakura Medika Indonesia
Dalam sambutannya, Muhammad Erfin Beddu, perwakilan dari LPK Sakura Medika Indonesia, menyampaikan komitmen kuat untuk menjadi mitra strategis PB PMII. Salah satu bentuk konkret kolaborasi yang ditawarkan adalah pelatihan bahasa Jepang dan program pemagangan ke Jepang.

Kolaborasi ini tidak hanya berfokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pada transfer nilai, yaitu pembelajaran etos kerja masyarakat Jepang yang dikenal dengan kedisiplinan, semangat tanggung jawab, ketekunan, dan komitmen tinggi terhadap mutu pekerjaan. Tujuannya adalah mencetak tenaga kerja yang terampil secara teknis, memiliki karakter kuat, dan mampu bersaing di tingkat internasional.

Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi PB PMII dalam menciptakan sinergi antara organisasi kepemudaan, lembaga pelatihan, dan pemerintah, demi terwujudnya SDM Indonesia yang unggul, berdaya saing, dan berintegritas tinggi.