Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Banjir Sumatera 2025 Dosa Ekologis Perspektif Islam dan Sains Kritis

WhatsApp Image 2025-12-18 at 17.27.14
Hadi Ramdan.

Editor:

Kabar Baru, Opini – Sumatera kembali berduka di penghujung tahun 2025. Banjir bandang yang menghantam berbagai wilayah mulai dari Sumatera Barat, Sumatera Utara, hingga Aceh bukan lagi sekadar genangan air lewat. Ini adalah terjangan maut yang membawa material lumpur, bebatuan, dan duka mendalam bagi ribuan keluarga.

Sebagai mahasiswa PAI yang mendalami Studi Integrasi Islam dan Sains, saya melihat bencana ini bukan sekadar “ujian kesabaran”. Data lapangan menunjukkan adanya ketidaksinkronan antara cara kita beragama dan cara kita menjaga alam. Inilah fakta pahit mengapa banjir Sumatera 2025 adalah peringatan keras bagi kita semua.

Angka yang Berbicara: Bukan Sekadar Musibah Tahunan

Jasa Penerbitan Buku

Hingga 17 Desember 2025, data BNPB mencatat angka yang sangat memilukan: 1.053 orang meninggal dunia dan lebih dari 200 orang masih dinyatakan hilang. Sebanyak 166.920 jiwa terpaksa mengungsi karena 121.500 rumah hancur diterjang bah.

Secara sains, BMKG mengonfirmasi adanya curah hujan ekstrem yang jatuh dalam durasi singkat akibat anomali iklim. Namun, Islam mengajarkan bahwa nyawa satu manusia lebih berharga dari dunia dan seisinya (Hifdzun Nafs). Jika ribuan nyawa melayang akibat bencana yang dipicu kerusakan lingkungan, bukankah ini tanda bahwa ada yang salah dengan cara kita mengelola bumi Allah?

“Dosa Ekologis” dan Tafsir Nyata QS. Ar-Rum Ayat 41

Sains tidak berdiri sendiri. Analisis dari Global Forest Watch menunjukkan bahwa di beberapa DAS (Daerah Aliran Sungai) kritis di Sumatera, tutupan hutan telah hilang hingga 66% dalam satu dekade terakhir.

Inilah wujud nyata dari QS. Ar-Rum: 41: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia…”. Hilangnya “rem alami” berupa akar pohon di hulu Sumatera membuat air hujan langsung meluncur menjadi banjir bandang. Secara integratif, deforestasi adalah dosa ekologis sebuah pelanggaran terhadap mandat Tuhan yang berujung pada malapetaka saintifik.

Melawan Sunnatullah: Saat Gravitasi Bertemu Ketamakan

Dalam Islam, ada hukum Sunnatullah (hukum alam yang pasti). Secara sains, jika kemiringan lereng pegunungan Sumatera dikupas untuk lahan monokultur tanpa perhitungan drainase, maka hukum gravitasi akan membawa air dan tanah ke bawah dengan daya hancur tinggi.

Kita tidak bisa terus-menerus merusak hulu, lalu saat banjir datang, kita hanya berdoa meminta keselamatan. Integrasi Islam dan Sains menuntut kita untuk memahami bahwa doa tanpa ikhtiar menjaga ekosistem adalah kesia-siaan. Menjaga keseimbangan (Mizan) alam adalah bagian dari ibadah.

Meninjau Kembali Makna “Khalifah” di Tengah Krisis

Banyak dari kita salah mengartikan peran sebagai Khalifah (pengelola) di bumi sebagai izin untuk mengeksploitasi alam Sumatera demi keuntungan materi sesaat. Padahal, tugas utama Khalifah adalah menjadi penjaga (guardian).

Pembangunan yang mengabaikan AMDAL dan menutup pori-pori tanah dengan beton adalah bukti kegagalan kita dalam memegang amanah tersebut. Secara agama, kita berdosa karena mengabaikan keselamatan sesama; secara sains, kita ceroboh karena mengabaikan daya dukung lingkungan.

Solusi: “Tobat Ekologis” Bukan Sekadar Istighfar di Lisan

Sebagai mahasiswa PAI, saya menawarkan solusi yang mengintegrasikan kedua ranah ini:

  • Secara Spiritual: Membangun kesadaran di mimbar-mimbar agama bahwa merusak lingkungan adalah kemaksiatan serius.
  • Secara Saintifik: Mendukung restorasi hutan masif, penggunaan teknologi AI-Early Warning System, dan pembangunan konsep Sponge City di wilayah perkotaan Sumatera.

Banjir Sumatera 2025 adalah pengingat bahwa iman tanpa pemahaman sains akan membuat kita ceroboh, sementara sains tanpa panduan iman hanya akan melahirkan keserakahan. Mari berhenti menyalahkan hujan, dan mulai memulihkan alam.

Tentang Penulis: Hadi Ramdan adalah mahasiswa program Magister (S2) Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam 45 Bekasi. Fokus dalam studi Integrasi Islam dan Sains, penulis aktif mengkaji isu-isu ekologi dan teologi lingkungan. Melalui tulisan ini, ia berharap dapat mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya mitigasi bencana berbasis nilai-nilai spiritual dan data saintifik.

Penulis : Hadi Ramdan, Pascasarjana Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam 45 Bekasi

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store