Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

As’ad Said Ali Soroti Tragedi Kanjuruhan: Negara Harus Hadir Kelola Fanatisme Suporter

KH. As'ad Said Ali, Mantan Wakil Kepala BIN (Foto: Dok/Ist) .

Jurnalis:

Kabar Baru, Jakarta- beberapa waktu lalu Tim Independen Pencari Fakta (TGIF) Tragedi Kanjuruhan yang dibentuk oleh Menkopolhukam telah memberikan hasil temuan mereka terkait kerusuhan di Stadion Kanjuruhan kepada Presiden Joko Widodo pada Jumat, 14 Oktober 2022.

Dimana dalam temuannya Menkopolhukam memberikan catatan khusus untuk PSSI, Aparat Keamanan serta Penyelenggara Panitia Lokal bertanggungjawab atas peristiwa tersebut yang telah mengakibatkan 132 korban meninggal.

Jasa Backlink & Press Release

Atas peristiwa tersebut, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan menyampaikan permohonan maaf atas  terjadinya Tragedi Kanjuruhan. Ia juga mengakui tragedi ini menjadi tanggung jawabnya maupun federasi.

Permintaan maaf diucapkan Iriawan saat membuka keterangan soal dibentuknya Tim Task Force Transformasi sepakbola Indonesia, di Jakarta beberapa waktu silam.

Selain itu peristiwa tersebut mendapatkan sorotan dari berbagai kalangan, salah satunya KH. As’ad Said Ali yang merupakan Mantan Wakil Kepala BIN saat ditemui awak media (Senin, 17 Oktober 2022).

Menurut Penulis buku Perjalanan Intelijen Santri mengatakan perlu mengurai permasalahan ini dari hulu ke hilirnya, dimana bila merujuk pada kronologi, kejadian ini berawal dari  kesalahan prosedur Panitia Pelaksana yang mencetak tiket stadion melebihi kapasitas.

Selain itu faktor kekalahan Arema dari Persebaya yang menyulut amarah Suporter tuan Rumah. Karena Arema dan Persebaya merupakan rivalitas lama dalam kancah persepakbolaan nasional. Ungkap As’ad.

As’ad Said Ali mengatakan upaya panpel dalam mengatasi bentrok, sebetulnya sudah di mitigasi dengan melarang suporter Persebaya untuk tidak hadir. Namun faktor lain yang menjadi pemicunya kurang di antisipasi, sehingga perlu ada catatan dari seluruh elemen sepakbola untuk mengelola fanatisme para suporter ini agar kejadian serupa tidak kembali terulang.

“Saya jadi ingat peristiwa  beberapa tahun silam, tepatnya pada awal 2014. Ketika melakukan perjalanan malam dari Lamongan ke Surabaya, setelah mengikuti Pelantikan Pengurus PCNU Lamongan. Dimana saya terjebak sekitar 2 jam, karena bertepatan dengan pertandingan sepakbola, karena terjadinya bentrokan antar suporter di luar stadion.” Ungkap As’ad.

Mantan Wakil Kepala BIN ini juga menuturkan bila kita flashback pada masa lalu ada istilah terkenal  “ bonek – bondo nekat “ julukan bagi pendukung team sepakbola dari Jawa Timur yg bertanding di Jakarta.  Dimana Semangat “pantang menyerah” arek arek Jawa Timur itulah yang melahirkan palagan 10 Nopember 1945 yang dikenal sebagai “ Hari Pahlawan “. Perang yang berlangsung hanya 9 hari itu merenggut korban 11 ribu warga Surabaya dan sekitarnya.

Sehingga perlu adanya peran serta negara dalam mengelola fanatisme suporter ini. Dimana Semangat pantang menyerah suporter pada dasarnya  bisa menuai hasil positif, sebaliknya bisa negatif , tergantung bagaimana menyalurkannya.

Jiwa patriotisme yang bergelora kuat adalah modal utama menjadi bangsa yang perkasa dan tentu saja perlu dibarengi sikap arif bijaksana. Karena apabila fanatisme ini diarahkan ke hal yang negatif bisa menjadi ancaman serius untuk keamanan negara, jangan sampai hanya urusan sepakbola. Keutuhan bangsa terkena dampaknya. Tutup As’ad.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store