Edukasi Petani Krapakan: Pencegahan Leptospirosis dan Pengendalian Tikus Sawah dengan Bom Asap

Jurnalis: Isyana Hanani
Kabarbaru, Bantul, 28 Agustus 2025 – Penyuluhan kesehatan mengenai leptospirosis digelar di kediaman Kepala Dukuh Krapakan, Kalurahan Caturharjo, Kapanewon Pandak, Bantul, sebagai respons atas tingginya risiko penularan dan adanya kasus warga yang meninggal di Padukuhan Krapakan. Kegiatan kolaboratif ini menghadirkan Puskesmas Pandak II, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul, serta mahasiswa KKN UAD Unit VI.A.1, dan diikuti 30 petani dari Krapakan dan Dampulan.
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis akibat bakteri Leptospira yang menular melalui air atau tanah yang terkontaminasi urin hewan, terutama tikus. Gejalanya bisa muncul setelah masa inkubasi 4–19 hari dan bila tidak tertangani dapat berkembang menjadi komplikasi serius pada ginjal dan hati. Puskesmas menekankan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS): memakai sepatu bot atau sarung tangan saat di sawah, mencuci tangan dan kaki setelah kontak air irigasi, menjaga kebersihan saluran air, serta menutup rapat makanan dan tempat sampah.
Menurut laporan Dinas Kesehatan Bantul yang dikutip dari Tirto, tercatat 181 kasus leptospirosis dengan 4 warga meninggal dunia di wilayah ini. Kepala Bidang P2P Dinkes Bantul, Samsu Aryanto, menyatakan bahwa meningkatnya populasi hewan pengerat memang menjadi risiko penularan leptospirosis. Beberapa kasus juga ditemukan terjadi akibat luka di kaki yang memungkinkan bakteri masuk ke tubuh melalui kontak dengan air tercemar.
Dalam sesi khusus, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian memaparkan teknis pengurangan populasi tikus sawah menggunakan bom asap sebagai salah satu metode efektif pengendalian hama. Petani kemudian mempraktikkan langsung pembuatan dan penggunaan bom asap di area persawahan, sehingga selepas kegiatan mereka memiliki keterampilan mandiri untuk menekan vektor penyakit sekaligus melindungi produktivitas lahan.
Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan berdampak ganda: meningkatkan literasi kesehatan petani sekaligus memperkuat praktik lapangan untuk mengendalikan tikus. Ke depan, Puskesmas Pandak II menjadwalkan pemantauan rutin dan deteksi dini gejala leptospirosis; sementara warga diimbau konsisten menerapkan PHBS dan menggunakan alat pelindung diri saat berkegiatan di area berisiko.
Berita Baru
Berita Utama
Serikat News
Suara Time
Daily Nusantara
Kabar Tren
Indonesia Vox
Portal Demokrasi
Lens IDN
Seedbacklink







