Prodi PPKn Lebih Menyenangkan! UPI Latih Guru Gunakan GimKit dan GLA Digital

Jurnalis: Deni Aping
Kabar Baru, Purwakarta – Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, terus menunjukkan komitmennya dalam penguatan literasi lingkungan dan karakter bangsa.
Melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), UPI menggelar pelatihan bertajuk “Model Pembelajaran Proyek Green Living Values Activities (GLA) Berbasis Digital dalam Pendidikan Pancasila”, yang diselenggarakan selama dua hari, 7–8 Agustus 2025, di Aula SMPN 1 Purwakarta.
Sebanyak 60 guru PPKn tingkat SMP dari berbagai sekolah di Kabupaten Purwakarta mengikuti kegiatan ini, berdasarkan Surat Tugas resmi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta.
Pelatihan dibuka secara resmi oleh Kepala SMPN 1 Purwakarta, H. Patoni, S.Pd., M.Pd., M.M., dan dihadiri oleh Ketua MGMP PPKn SMP Kabupaten Purwakarta, Yudha Permana, S.Pd.. Sementara sebagai narasumber hadir tiga akademisi UPI yang kompeten di bidangnya, yakni Prof. Dr. Kokom Komalasari, M.Pd., Dr. Iim Siti Masyitoh, M.Pd., dan Dede Iswandi, M.Pd.
Dalam sambutannya, H. Patoni menyampaikan apresiasi atas inisiatif UPI yang telah berperan aktif meningkatkan kapasitas guru, khususnya melalui pendekatan pembelajaran yang kontekstual, inovatif, dan selaras dengan kebutuhan abad ke-21.
“SMPN 1 Purwakarta dikenal dengan lima program unggulannya, yaitu Kelas IT, Bilingual, Juara, Mabit, dan Tahfidz. Model pembelajaran GLA ini sangat sejalan dengan filosofi Tatanen di Bale Atikan (TdBA), yang menjadi ciri khas pendidikan karakter di Purwakarta,” ujar Patoni.
Ia berharap pelatihan ini menjadi momentum penting untuk memperkaya pengetahuan dan keterampilan pedagogis guru dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna, berdampak, dan membentuk karakter siswa.
Sementara itu, Prof. Dr. Kokom Komalasari dalam paparannya menjelaskan bahwa green living values merupakan seperangkat nilai yang mendorong gaya hidup berkelanjutan dan ramah lingkungan. Nilai-nilai ini dapat diintegrasikan secara efektif dalam pembelajaran Pancasila melalui pendekatan deep learning.
“Ecological citizenship atau kewarganegaraan ekologis adalah wujud konkret dari pembelajaran nilai-nilai tersebut. Guru harus mampu menanamkan kesadaran lingkungan kepada siswa sebagai bagian dari tanggung jawab kebangsaan,” jelasnya.
Senada, Dr. Iim Siti Masyitoh, M.Pd., menekankan bahwa asesmen dalam pembelajaran seharusnya tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga menghargai proses berpikir siswa.
“Evaluasi ideal adalah yang mendorong siswa berpikir kritis, reflektif, dan kontekstual. Ini akan memperkuat karakter serta mendorong transformasi sikap peserta didik,” ungkapnya.
Dalam sesi pelatihan berikutnya, Dede Iswandi, M.Pd., menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran PPKn. Menurutnya, teknologi informasi dan komunikasi (ICT) bukan hanya alat bantu, tetapi juga jembatan untuk menghadirkan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan.
“Jika guru kreatif memanfaatkan teknologi, keterlibatan dan rasa senang siswa akan meningkat. Banyak aplikasi menarik, seperti GimKit, Canva, Wordwall dan lain-lain yang bisa digunakan untuk membuat kelas PPKn lebih hidup dan dekat dengan dunia mereka,” tuturnya.
Ketua MGMP PPKn SMP Kabupaten Purwakarta, Yudha Permana, S.Pd., menyambut baik pelatihan ini. Menurutnya, pendekatan GLA sangat relevan dengan tantangan pembelajaran saat ini dan mampu memperkuat karakter siswa secara holistik.
“Model ini sangat inspiratif dan aplikatif. Kami berharap guru-guru bisa langsung menerapkannya di sekolah masing-masing,” ujarnya.
Pelatihan ini mendapatkan sambutan antusias dari para peserta. Menurut H. Patoni, antusiasme para guru mencerminkan adanya kebutuhan yang besar terhadap model pembelajaran inovatif yang mampu membentuk kesadaran ekologis dan memperkuat nilai-nilai Pancasila.
“Kami berharap model GLA berbasis digital ini bisa diimplementasikan secara berkelanjutan di sekolah-sekolah. Ini adalah bagian dari revolusi pembelajaran PPKn yang lebih kontekstual, menyenangkan, dan bermakna,” pungkasnya.