Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Forum Grup Diskusi Nasional: Merumuskan Kebijakan Anti-Bullying untuk Sekolah yang Aman dan Nyaman

Forum Grup Diskusi Nasional oleh Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Kristen Indonesia. (Foto: Dokumentasi Panitia FGD).

Jurnalis:

Kabar Baru, Jakarta — Isu bullying di lingkungan pendidikan masih menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan Indonesia. Menyikapi hal ini, Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Kristen Indonesia (UKI) menyelenggarakan Forum Grup Diskusi (FGD) Nasional secara daring, mengusung tema “Kebijakan Anti-Bullying: Menciptakan Ruang Belajar yang Aman dan Nyaman bagi Semua Siswa.”

Kegiatan yang berlangsung melalui Zoom ini menghadirkan narasumber dari kalangan praktisi pendidikan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap isu bullying, yaitu FX Oktaf Laudensius, S.Si., M.M. (Kepala Sekolah SD Marsudirini Yogyakarta) dan Maria Maya Mayesta Sareng, S.Pd. (Kepala Sekolah SD Santa Theresia Jakarta). Turut hadir pula Dr. Dra. Erni Murniarti, S.H., M.Pd. selaku Ketua Pusat Studi sekaligus penyelenggara kegiatan, dan Desi Sianipar, M.Th., D.Th. sebagai Wakil Direktur Program Pascasarjana UKI.

Jasa Pembuatan Buku

Mewujudkan Sekolah Bebas Bullying: Dari Intervensi ke Pencegahan

Dalam sambutannya, Ibu Desi Sianipar menekankan bahwa bullying adalah masalah serius yang belum menunjukkan tren penurunan. Ia menyebutkan pentingnya kolaborasi antara pendidik, sekolah, dan orang tua dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif. FGD ini diharapkan menjadi ruang tukar gagasan dan lahirnya kebijakan berbasis praktik baik yang dapat diadopsi secara nasional.

Dokumentasi foto Forum Grup Diskusi Nasional via Zoom. (Foto: Dokumentasi Panitia FGD)

Bapak FX Oktaf dalam paparannya mengusung tema “Menuju Zero Bullying melalui Teacher as A Coach”. Ia menekankan bahwa guru harus memiliki peran sebagai pelatih dan pendamping, bukan hanya pengajar. SD Marsudirini Yogyakarta telah membentuk Tim Pencegahan Tindak Kekerasan (TPPK), menyusun SOP anti-bullying, dan bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma untuk menangani kasus perundungan secara profesional.

“Coaching bukan sekadar teknik, tapi pendekatan untuk membangun kemerdekaan berpikir dan belajar siswa. Ini selaras dengan konsep merdeka belajar dari Kemendikbudristek,” ujar FX Oktaf. Ia juga memperkenalkan prinsip Dukungan Psikologis Awal (DPA): Lihat, Dengar, dan Hubungkan sebagai pendekatan responsif terhadap kasus bullying.

Sementara itu, Ibu Maria Maya membawakan tema “Membangun Budaya Positif Sekolah: dari Intervensi Menuju Pencegahan Bullying”. Ia menyoroti pentingnya pendekatan proaktif dalam membangun budaya sekolah yang aman dan inklusif. Di bawah Protokol Safeguarding yang diterapkan secara menyeluruh, SD Santa Theresia Jakarta mengedepankan pencegahan, pelaporan, dan pemulihan korban bullying dengan melibatkan psikolog, tenaga medis, hingga aparat hukum.

“Kami menghindari reaksi yang hanya berfokus pada pelaku dan korban. Pencegahan melalui edukasi dan sistem pendampingan adalah kunci,” tegasnya.

Keterlibatan Orang Tua dan Strategi Integratif

Sesi diskusi interaktif membahas tantangan nyata yang dihadapi sekolah. Salah satu isu yang diangkat adalah cyber bullying di luar lingkungan sekolah, yang kini marak melalui platform seperti WhatsApp. Para narasumber sepakat bahwa komunikasi terbuka dengan orang tua dan literasi digital adalah senjata utama dalam menghadapi ancaman ini.

Pak Oktaf juga menekankan pentingnya peran orang tua melalui program Parents as a Coach, yang sudah mulai diterapkan sejak 2023. Ia juga menyebut perlunya keterlibatan ayah dalam pendidikan anak, salah satunya melalui kebijakan wajib hadir saat pengambilan rapor.

Sementara Ibu Maya menggarisbawahi pentingnya guru piket sebagai pengawas aktif di lingkungan sekolah serta sistem tiket sebagai alat kendali perilaku siswa.

Bergerak Bersama Menuju Lingkungan Belajar Bebas Bullying

FGD ini menegaskan bahwa pencegahan bullying tidak bisa ditangani secara sektoral. Diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan semua pihak — guru, siswa, orang tua, dan kebijakan sekolah yang tegas namun humanis. Konsistensi, edukasi, dan budaya positif menjadi tiga pilar utama dalam menciptakan ruang belajar yang aman dan nyaman.

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store