Islam Wasattiyah Dan Harapan Moderasi Beragama Di Indonesia

Editor: Ahmad Arsyad
Kabar Baru, Jakarta – Islam moderat menjadi salah satu isu penting yang kerap kali mewarnai perkembangan proses beragama di Indonesia. Dengan tujuan memberikan solusi terkait beberapa penyimpangan yang seringkali terjadi serta sebagai upaya deradikalisasi pemahaman Islam.
Pasalnya aspek yang berhubungan dengan radikalisme juga berkembang sangat cepat di Indonesia. Bahkan beberapa ormas islam yang ada di Indonesia mulai dari MUI, NU dan Muhammadiyah, terlibat langsung dalam proses akselerasi pentingnya wacana Islam moderat di Indonesia.
Aspek ini juga dilatarbelakangi sebagai respon dari tindak ekstrimisme dan terorisme atas nama Islam yang terjadi di berbagai negara, khususnya yang seringkali terjadi termasuk Indonesia.
Dalam konteks Indonesia, berbicara mengenai tidak terorisme dan radikalisme ini sebagian peristiwa ini terjadi setalah momentum rezim Orde Baru tumbang.
Masa reformasi sejak 1998 dengan harapan demokrasi yang memberikan kebebasan bagi semua element khususnya ormas keagamaan untuk menyuarakan ide dan kepentingannya.
Akan tetapi meski indikasi tersebut muncul sejak era Orde Baru, tapi kebangkitan agama secara global dan jaringan Islam transnasional yang telah terbentuk ekstrimisme yang berlebihan ini semakin kuat identitasnya ketika masa reformasi.
Kelahiran Laskar Jihad, Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), tentu merupakan bukti kuat dari kebebasan yang dijanjikan masa reformasi. Salah satu bukti akses ekstrimisme dan radikalisme ini dapat ditemukan dari bahasa keagamaan yang berkonotasi kekerasan dan militeristik.
Dengan semua peristiwa yang terjadi inilah maka sudah sepatutnya ada solusi penting untuk menyelesaikan beberapa problem tersebut. sebab akan ada beberapa dampak negative yang bisa saja muncul bersamaan dengan bahaya bagi semua pemeluk beragama di Indonesia.
Inilah alasan mengapa wacana mengenai Islam Wasattiyah sebagai perwujudan dari pemikiran tokoh muslim moderat perlu diperhitungkan dalam memberikan solusi kepada seluruh element keagamaan di Indonesia.
Konsep Islam Wasattiyah
Untuk memehami lebih lanjut mengenai islam Wasattiyah maka ada beberapa ulasan penting sebelumnya yang perlu dipahami. Wasattiyah seringkali dikaitkan dengan cara beragama yang Moderat. Moderat sendiri berasal dari bahasa Inggris yakni moderate.
Sebagai kata sifat (adjective), moderate bermakna average in amount; not radical or excessively right or left wing. Sedangkan, sebagai kata kerja (verb), moderate berarti make less extreme, intense, rigorous, or violent.
Secara etimologi, moderate bermakna memiliki posisi khas yakni di tengah-tengah; tidak berada pada posisi ekstrim kiri atau kanan, atau bisa diartikan tidak memihak. Bisa juga diartikan sebagai pilihan yang tidak berlebih-lebihan, kemudian tidak ekstrim, hingga tidak memiliki kecenderungan dalam melakukan aspek kekerasan.
Dengan akumulasi diatas maka Islam moderat diterjemahkan sebagai konsep Islam yang berada di tengah, tidak ekstrim, tidak berlebih-lebihan, dan menghindari melakukan kekerasan dalam beragama.
Artinya islam dengan konsep wasattiyahnya mampu berdiri tegak dalam menghadapi beberapa ancaman dari garis kiri atau garis kanan, inilah nantinya sebagai bentuk harapan kepada semua pemeluk agama agar mampu tetap rukun dan berdampingan secara damai tanpa ada kecenderungan ekstrimisme.
Secara hakihat tentunya Model keberislaman seperti ini sesungguhnya telah sesuai dengan apa disampaikan Yusuf Qaradhawi mengenai apa saja karakter Islam.
Menurutnya Islam merupakan agama Rabbaniyyah (bersumber dari Tuhan dan terjaga otentisitasnya), kemudian insaniyyah (sesuai dengan fitrah dan demi kepentingan manusia), lalu wasathiyyah (moderat-mengambil jalan tengah), hingga waqiiyyah (kontekstual). Akumulasi tersebut nampaknya perlu didalami secara lebih detail oleh semua pemeluk agama islam.
Akan tetapi semua wacana tersebut belum sepenuhnya mampu dipahami oleh beberapa pihak. Bahkan dianggap sebagai salah satu ancaman oleh beberapa oknum. Hal ini wajar sebab wacana moderasi tersebut kerap kali disalah artikan atau bahkan sistem komunikasi dan penyampaiannya belum tuntas.
Tanggung jawab untuk meneruskan persoalan solusi ini tentu berada ditangan pendakwah islam dengan pengaruh cukup besar dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam aspek beragama di negara Indonesia dengan paham pancasila.
Wacana Islam Wasattiyah Di Indonesia
Berbicara mengenai wacana moderasi islam di Indonesia maka aspek tersebut bukanlah hal mudah dan tentunya bisa diaplikasikan dengan cepat, apalagi Indonesia memiliki gejolak politik cukup sengit.
Bahkan menurut Masdar Hilmy, karena berlangsung sengitnya perebutan makna (highly contested concept), maka moderatisme jika dilempar ke public maka tidak bisa dipaksakan prpses pemaknaannya. Sebab bisa saja pemaknaan moderatisme sangat bermacam-macam, tergantung subyek dan dalam latar belakang dari sudut pandang berbeda-beda.
Menurut Masdar Himly ada beberapa alasan penting mengapa wacana Islam moderat ini ditolak oleh sebagian pihak. Pertama, Islam moderat dianggap sebagai ketidakjelasan dalam beragama.
Secara teologis, Islam moderat adalah Islam yang mengusung konsep jalan tengah; tidak condong kepada Barat dan tidak pula condong Timur, sehingga bisa pihak kontra menganggap bahwa konsep ini cenderung berbasis liberalisme.
Kedua, wacana Islam moderat dianggap sebagai proses keberagamaan yang cenderung lemah. Sehingga Kelompok pengusung Islam moderat dianggap bukan kelompok Islam dengan semangat juang tinggi.
Ketiga, moderatisme dipandang lebih condong mengarah pada tradisi khas Barat yang dianggap tidak mempunyai sumber dan akar tradisi islam kuat. Bagi mereka tradisi Barat menjejalkan moderatisme untuk merusak soliditas Islam itu sendiri.
Aspek inilah yang membuat perkembangan dan wacana islam moderat masih ada dipermukaan dan belum bisa diaplikasikan secara maksimal oleh beberapa pemuka agama.
Salah satu contoh wacana tersebut belum bisa diaplikasikan terjadi terhadap penolakan tentang Islam Nusantara.
Sebagi salah satu konsep yang diusung Nahdlatul Ulama (NU) ini tentu diangap sangat kuat nuansa politiknya daripada keagamaan. Konsep ini muncul sebagai respons atas kesuksesan kelompok-kelompok yang dianggap sebagai Islam transnasional.
Persaingan memperebutkan pengaruh atas publik Islam di Indonesia ini kemudian memunculkan konsep Islam Nusantara. Selain itu kajian terhadap moderatisme Islam di Indonesia kontemporer masih terpaku pada dua konsep utama yang ditelurkan dua ormas Islam terbesarnya, NU dan Muhammadiyah.
Islam Wasattiyah Harus Berkembang Dari Sekedar Wacana
Dengan maraknya ekstrimisme keagamaan yang berkembang luas di indoenasia maka Islam Wasatiyah sebagai salah satu wacana dilempar ke kalangan umat Islam Indonesia dengan semua perdebatan pro dan kontranya.
Produk tersebut muncul dengan beberapa hasil diskusi besar, misalnya dari kalangan Nahdliyin, muncul Islam Nusantara dari hasil Muktamar tahun 2015. Begitu juga dengan Hasil Muktamar Muhammadiyah di tahun yang sama dengan hasil Islam Berkemajuan sebagai aplikasi Islam Moderat.
Sebagai wacana keagamaan maka Islam Wasatiyah dipahami sesuai dengan \ latar belakang dan kecenderungan masing-masing kelompok. Dua wacana dari pihak ormas baik NU dan Muhammadiuay tentu bisa menjadi lebih baik dan membawa angin segar bagi perkembangan keberagaman bersosial dalam umat islam di indonesia.
Namun, untuk menangkal ekstrimisme, dibutuhkan kerja keras yang lebih baik lahi, khusunya mengangkat wacana islam wasattiyah tersebut dari hanya wacana semata.
Penulis adalah: Adwin Hakim Waliulhaq, Mahasiswa Doktor Studi Islam Uin Sunan Ampel Surabaya