Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Ketua Biro Dakwah dan Akademisi Angkat Suara Terkait Tudingan Sesat Terhadap JMI

Kabarbaru.co
Logo Jam'iyyatul Islamiyah (JMI) (Foto: Dokumen/Istimewa).

Jurnalis:

Kabar Baru, Pontianak Dinamika persaingan antar kandidat dan para pendukung menjelang KONFERWIL NU Kalbar kian hangat. Bahkan, belakangan, perhelatan guna menentukan kursi nomor satu di tubuh PWNU Kalbar ini turut menyeret-nyeret nama Organisasi Jam`iyyatul Islamiyah (JmI) yang dituding sebagai aliran sesat, menyimpang dari aqidah dan pemikiran Ahlussunnah wal Jamaah. Hal ini dikarenakan, salah satu kandidat yaitu Dr.Syarif, MA, disinyalir pernah menjadi bagian dari organisasi JmI.

Melihat liarnya berbagai pemberiaan negatif tentang Jam`iyyatul Islamiyyah (JmI), ketua Biro Dakwah DPD JmI Kalbar pun ikut angkat bicara. Hal itu dilakukan agar isu-isu negatif yang menimpa jam`iyyah ini tidak dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu yang tidak bertanggung jawab.

Ustadz Baihaqi, MA, selaku ketua biro Dakwah DPD JmI Kalbar menuturkan bahwa organisasi Jam`iyyatul Islamiyyah (JmI) bukanlah organisasi terlarang, berbeda dengan Jama`ah Islamiyah (JI). JmI itu ketua umumnya adalah Prof.Dr.H.Imam Suprayogo, Rektor UIN Maliki Malang periode 1997-2013, yang saat ini dipercaya menjadi Ketua Yayasan Universtas Hasyim As`ari (Unhasy) Tebu Ireng Jombang. Sebagai lembaga yang berada di “jantung” NU dan menjadi warisan langsung dari mbah Hasyim (pendiri NU), tentu Unhasy tidak akan mungkin mempercayakan lembaganya diketuai oleh orang yang dianggap memiliki aqidah menyimpang dari ajaran Islam dan manhaj Ahlussunnah wal jamaah.

“Organisasi JmI merupakan organisasi dakwah murni, yang mengkaji Qur`an dan sunnah, mengajak umat untuk senantiasa mengikut Allah dan rasul-Nya, tidak ada satu amalan pun yang menyimpang dengan ajaran kaum Nahdhiyyin, kaum JmI shalat shubuhnya juga Qunut, bahkan tahlilan juga, jadi tidak ada yang berbeda,” kata mantan aktivis PMII ini, yang juga kerap mengisi materi Aswaja pada kaderisasi PMII di Kalbar.

Pria yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa doktoral bidang Dirasah Islamiyah di Program pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya ini mempertegas, bahwa isu-isu negatif terkait ajaran JmI yang tersebar pada beberapa media online selama ini banyak disebabkan adanya miskonsepsi dan kesalahpahaman. Kaum JmI pernah diisukan bahwa mereka melakukan ibadah haji ke Kerinci, tidak ke Mekkah. Baihaqi menjelaskan bahwa isu itu tidak benar, apa yang dilakukan jamaah Jamiyatul Islamiyah di Kerinci hanya ziarah kubur kepada ulama mereka dan merayakan hari raya Idul Adha di sana. Jadi, semacam haul lah. Pada era 90 an, para anak muda JMI memang pernah membuat perkumpulan namanya “Himpunan Anak Jam`iyyatul Islamiyah” yang kemudian disingkat HAJI.

“Nah, dari sinilah muncul isu bahwa jamaah JmI naik HAJI ke Kerinci. Jadi sekali lagi isu itu tidak benar, buktinya saat ini saya sedang berada di tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji,” ujar pria yang juga sebagai kader muda NU ini.

Dari penelusuran di berbagai media, isu-isu negatif terkait ajaran JMI ini pernah diklarifikasi langsung oleh KH.Ma`ruf Amin, yang saat itu menjadi Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI). Saat dimintai sambutannya dalam acara peresmian Masjid Baitul Ikhlas Islamiyah, Pekanbaru (5/1/2015).

“Dahulu JMI pernah diisukan dengan yang tidak baik. Tapi saya melihat di sini, banyak guru besar dan pakar ahli agama di universitas negeri. Jadi saya pikir, isu itu perlu diklarifikasi lagi. Kiai Ma’ruf menjelaskan, jika perbedaan antara ormas dan gerakan Islam hanya sebatas furuk saja, maka sebenarnya hal itu tidak perlu dibesar-besarkan. Perbedaan yang tidak diperbolehkan adalah hal-hal strategis yang menyangkut aqidah,”tuturnya.

Di tempat terpisah, Ketua Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir IAIN Pontianak, Buhori, juga memberikan penjelasan. Dalam pengamatannya, selama berinteraksi dengan tokoh-tokoh JmI Kalbar dan beberapa kali menghadiri acara pengajian yang digelar oleh JmI, dia tidak menemukan pemahaman yang menyimpang dan bertentangan dengan pemahaman Ahlus sunnah wal Jama`ah.

“Bahkan, terlihat dalam beberapa kali pengajian yang digelar, juga dihadiri oleh pengurus MUI yang ada di Kalbar, dan hingga saat ini, MUI Kalbar tidak ada yang mempermasalahkannya,”jelas Buhori.

Dosen muda yang juga tercatat sebagai pengurus LBMNU Kota Pontianak ini menyampaikan bahwa dalam pengamatannya, materi kajian JmI lebih menitikberatkan pada kajian memperbaiki diri, dan adab bersosial, hablum minallah dan hablum minannas, dengan tetap berpedoman kitabullah dan sunnati rasulillah.

“Dalam pemaknaan ayat-ayat al-Qur`an, tidak terlepas dari kaedah penafsiran yang ada, sekalipun memang terkadang ditemui pendekatan dengan corak `irfani dengan nalar isyari, yakni model pemaknaan atas teks yang bukan hanya terpaku pada makna lahir, tetapi juga pada makna batin,” ucapnya.

Pemuda yang kerap menjadi pemateri Aswaja dan Dalil-dalil Amaliyah NU di Kalbar ini menambahkan, bahwa genealogi nalar sufustik dalam tafsir al-Qur`an, seperti pendekatan yang digunakan di JmI, banyak ditemui dalam karya-karya para para mufassir, termasuk dalam Tafsir Faidh al-Rahman karya KH.Sholeh Darat, salah satu guru dari Hadrotus Syekh KH. Hasyim Asy`ari.

“Oleh sebab itu, polemik tentang tuduhan terhadap organisasi Jam`iyyatul Islamiyah sebagai aliran yang menyimpang, yang dikaitkan dengan kandidat tertentu, lebih banyak persifat politis dan tendensius. Klaim menyimpang tanpa adanya tabayyun dan dibarengi data-data yang valid, tentu merupakan klaim serampangan yang tidak ilmiah dan bahkan tidak mencerminkan karakter kaum nahdhiyyin. Klaim penyesatan terhadap organisasi tertentu, tentu tidak hanya menyakiti seorang tokoh terkait saja, namun juga akan melukai ratusan bahkan ribuan dari jamaah organisasi tersebut. Oleh karnanya, sebaiknya setiap orang harus lebih bijak dalam memberikan statemen atau ungkapan tertentu,”ujarnya.

Meminjam istilah yang disampaikan oleh Gus Nadirsyah Hosen, Rais Syuriyah PCI Nahdlatul Ulama Australia; “Di balik ucapan mengkafirkan dan menyesatkan orang lain itu sebenarnya tersembunyi perasaan bahwa saya lebih baik dari dia; saya lebih islami, lebih suci, dan lebih benar serta akan masuk surga ketimbang dia. Persoalannya darimana kita tahu bahwa amalan ibadah kita “yang banyak sekali itu” pasti diterima Allah dan dosa mereka “yang begitu banyak itu” tidak akan Allah ampuni?

Tambahnya, Ia kembali mengingatkan agar seluruh warga NU, terlebih para elit yang berkepentingan agar selalu dapat mencontoh para muassis NU dalam bertindak dan bersikap, serta tidak melupakan prinsip dasar dalam ASWAJA; selalu bersifat tawasuth wal-I`tidal (moderat dan lurus), tasamuh (toleran), dan Tawazun (keseimbangan).

“Ciri utama dari manhaj Ahlus sunnah wal Jama`ah, seperti yang dijelaskan oleh Syekh Abdul Qahir al-Baghdadi adalah tidak saling mengkafirkan dan tidak mudah menyesatkan. Ketika ditemukan perbedaan pandangan, maka perbedaan itu tidak sampai menjerumuskan pada hilangnya persaudaraan dan klaim pengkafiran,”pungkasnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store