Relawan Prabowo Ingatkan KPU RI Pentingnya Perlindungan Security Digital
Jurnalis: Nurhaliza Ramadhani
Kabar Baru, Jakarta – Ketua Reboan Don Jasn mengingatkan pentingnya perlindungan security digital atau keamanan digital menjelang Pemilu 2024.
Hal itu terungkap dalam kegiatan Doa & Diskusi Reboan yang ke 101 digelar oleh Tim Reboan BRP, di Gedung Ratu Prabu 1, Jakarta Selatan,
pada Rabu 19 Juli 2023.
Dalam acara tersebut selain diskusi terdapat Kopi, Sukun dan rabu memilki makna tersendiri. Kopi dan sukun menghantarkan para penikmatnya pada sejarah Ideologi Indonesia.
Kita tahu sukun bagian dari sejarah lahirnya Pancasila oleh Soekarno tahun 1934-1938, dari pengasingan, perenungan dan diskusi dengan masyakarat Ende dan Cita-cita tentang Keadilan Sosial dari bagian utama Pancasila.
Reboan/Rabu adalah hari lahir Calon Presiden Parabowo Subianto yang Insya Allah akan di restui rakyat Indonesia sebagai Presiden 2024-2029.
“Ketua Umum BRP Eko Djalmo Asmadi dalam sambutan di acara doa dan diskusi Reboan BRP Menyampaikan point kemenangan pemilihan Presiden 2024 adalah tetap menjaga kekompakan relawan disetiap simpul dan tetap satu kordinasi dari arahan Capres Prabowo,” katanya.
Bondan Widiawan Wakil Ketua Dewan Pembina Asosiasi Forensik Digital Indonesia mengatakan ancaman siber di Indonesia selama beberapa tahun terakhir terus meningkat.
Untuk itu, aktivitas menjaga privasi dan data pribadi sangat penting guna menghindari hal yang tidak diinginkan. Karena sudah terjadi 230 juta serangan siber ke Indonesia dengan jenis serangan terbesar yaitu berupa Malware.
Menurutnya terdapat ada dua hal yang dapat dilakukan untuk menangkal ancaman siber, yaitu secara aktivitas dan teknis. Pertama, dari segi aktivitas di mana pengguna Internet lebih kritis menerima informasi.
Salah satunya membekali diri dengan pengetahuan keamanan yang cukup, baik melalui literasi, diskusi, atau media yang kredibel
“Kedua, kita harus waspada, bahwa apa yang kita lakukan melalui internet dapat dilihat dari seluruh dunia. Alangkah lebih baik jika kita menggunakan fitur keamanan tambahan contohnya seperti 2-step verification,” ujarnya.
Serangan siber berulang terjadi. Data pribadi warga jadi salah satu sasaran peretas. Untuk menghadapi situasi ini, pengembangan teknologi saja tidak cukup, tetapi dibutuhkan pula penguatan manajemen sumber daya manusianya.
Lebih dari itu, kesadaran publik terhadap bahaya peretasan juga penting terus ditingkatkan.
“Semua harus dimulai dari penguatan literasi digital bagi setiap pengguna internet. Khusus untuk menangkal serangan siber di instansi-instansi, penguatan sumber daya manusia jadi kunci utama. Pengembangan teknologi saja tidak cukup karena itu baru menyumbang 30 persen dalam menjawab tantangan besar keamanan siber. Sisanya, 70 persen adalah manusia dan manajemennya” tutupnya.