Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Quo Vadis Gerbang Salam: Membaca Kembali Toleransi di Pamekasan

Moh. Heri, Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Pamekasan Yogyakarta 2021-2023 (Foto : Dok. Kabar Baru).

Editor:

Kabar Baru, Opini – Baru-baru ini publik diramaikan oleh aksi penolakan ustadz kondang Hanan Attaqi, ini bukan kali pertama terjadi di pulau Madura, sebelumnya aksi yang serupa pernah terjadi di kabupaten Sumenep. Jadi penolakan ini sudah terbiasa menimpa pendakwah kondang ini.

Akan tetapi ini seharusnya tidak terjadi di kota Pamekasan yang taglinenya “Kota Gerbang Salam” yang mana, ini menjadi kesepakatan para kiai dan ulama pada saat itu untuk menjaga moralitas anak muda agar tidak dinudai oleh perbuatan yang melanggar norma agama, norma hukum, norma kesusilaan dan norma kesopana seperti prostitusi, minuman keras, dan peristiwa lainnya yang membahayakan nyawa.

Jasa Penerbitan Buku

Oleh karena itu, menurut hemat penulis perlu pendalaman pemahaman istilah toleransi saat ini, sebab kita dari dulu memaknai toleransi hanya sekedar pada kerukunan antar umat bergama, bukan antar agama dan internal agama (sesama islam atau sesama kristen dll). Sehingga kita saling intip-mengintip antara islam yang satu dengan yang lainnya, yang sebetulnya dalam islam itu sendiri dilarang.

Dalam konteks ini, menjadi penting untuk membaca kembali konsep toleransi, terutama bagi tokoh masyarakat maupun anak muda yang memainkan peran penting dalam membentuk keyakinan dan nilai-nilai pengikut mereka.

Makna Toleransi

Secara bahasa toleransi berarti menerima pandangan dan keyakinan yang beragam, tanpa diskriminasi atau kekerasan. Ini adalah pondasi awal menjadi masyarakat damai dan harmonis. Dalam konteks agama, toleransi berarti mengakui dan menghormati keyakinan orang lain, meskipun berbeda dengan keyakinan kita sendiri. Ini tidak berarti bahwa seseorang harus meninggalkan keyakinan mereka sendiri, tetapi lebih pada kesediaan untuk berpartisipasi dalam dialog dan kerjasama konstruktif dengan orang lain.

Bagi tokoh masyarakat maupun anak muda, toleransi adalah ciri penting yang harus ditanamkan dalam ajaran dan praktik mereka. Mereka memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan damai dan harmoni di antara pengikut mereka, dan untuk memperingatkan setiap bentuk diskriminasi atau prejudis. Dengan demikian tokoh masyarakat maupun anak muda di Pamekasan dapat menjadi contoh bagaimana perbedaan agama dan keyakinan dapat ditemukan solusinya, dan bagaimana individu dapat hidup bersama dalam masyarakat pluralistik.

Namun, ini lebih mudah dikatakan dari pada dilakukan, karena ajaran agama sering mengalami tantangan besar dalam mempromosikan toleransi. Misalnya, banyak ajaran agama mengandung elemen intoleransi, dan sulit untuk memperdamaikan ajaran-ajaran ini dengan ideal masyarakat toleran. Selain itu, mungkin ada individu dalam komunitas agama yang kurang terbuka terhadap perubahan, dan tidak mau menerima keragaman. Oleh karena itu penting kita memahami perkataan Pramoedya Ananta Toer dalam buku Bumi Manusianya “Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan”.

Pentingnya Islam Inklusif

Seperti yang dijelaskan oleh penulis diatas, bahwa Pamekasan adalah “kota gerbang salam”, yang artinya nilai-nilai keislaman selalu dijungjung tinggi dan diperjuangkan. Akan tetapi akhir-akhir ini kita mengalami delima dengan adanya penolakan pendakwah Islam itu sendiri. Oleh karena itu pemahaman “Islam Inklusif” sangat penting untuk menghadirkan rasa toleransi dan keadilan sosial. Karena ini salah satu pandangan yang memfokuskan pada aspek-aspek positif dari agama, seperti keramahan, kebaikan hati, dan pemahaman terhadap keanekaragaman.

Pemahaman pemikiran Islam inklusif, agama harus memainkan peran penting dalam mempromosikan kerukunan antar umat beragama. Islam inklusif menekankan bahwa agama harus diinterpretasikan dengan cara yang mempromosikan harmoni dan kerjasama antar-umat beragama.

Dalam pandangan Islam inklusif, semua orang harus diakui sebagai individu yang sama-sama berharga. Hal ini bertentangan dengan pandangan diskriminatif yang membedakan antara orang-orang berdasarkan ras, gender, dan pemahaman pandangan. Sebaliknya, Islam inklusif menekankan bahwa semua orang harus diberikan hak yang sama tanpa memandang latar belakang mereka.

Dengan demikian, tokoh masyarakat maupun anak muda penting untuk merefleksikan kembali sejarah munculnya gerbang salam, agar tidak terdegradasi oleh ancaman yang membahayakan masyarakat Pameksan khususnya anak muda atau terjebak dalam islam radikalisme dan islam libralisme. Oleh karena itu, marilah kita semua mempromosikan dan menerapkan islam inklusif dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari kita untuk membantu membangun masyarakat yang lebih baik bagi semua orang.

*) Penulis adalahMoh. Heri, Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Pamekasan Yogyakarta 2021-2023.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store