Mengungkap Fakta Menarik di Balik Mitos Sawit Lewat Seminar di UIN Jakarta
Jurnalis: Veronika Dian Anggarapeni
Kabarbaru, Jakarta – Peringatan Hari Pangan Sedunia 2024 diwarnai oleh seminar bedah buku Mitos Vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global Edisi Keempat.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berkolaborasi dengan Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) serta Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar acara ini di Aula Madya UIN Syarif Hidayatullah.
Acara ini dihadiri berbagai pemangku kepentingan, termasuk Dr. Tungkot Sipayung dari PASPI dan Achmad Maulizal dari BPDPKS.
Rizki Adi Puspita Sari, Ketua Program Studi Agribisnis mengatakan tentang pemahaman tentang industri minyak sawit sangat penting sebagai kontributor signifikan terhadap produksi pangan global, meski berbagai tantangan tetap ada.
Dr. La Ode Sumarlin, Wakil Dekan Bidang Akademik, menekankan Industri kelapa sawit menawarkan peluang besar untuk masa depan.
Prof. Ali Munhanif, Wakil Rektor III, juga turut menyampaikan bahwa mahasiswa perlu aktif menjelajahi pasar minyak sawit global.
Achmad Maulizal menambahkan bahwa produk turunan kelapa sawit, seperti biodiesel, berkontribusi pada ketahanan energi nasional.
Arahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan peningkatan pengembangan biodiesel dari sawit hingga 50%.
Potensi tanaman sawit sangat luas, mencakup kebutuhan pangan, estetika, hingga medis.
Dr. Tungkot Sipayung mencatat Indonesia mengalami penurunan dalam komoditas perkebunan yang menjadikan produsen utama minyak sawit global.
Ia mengutip dari Henry Kissinger yang menyatakan penguasaan pangan dan
minyak berarti penguasaan atas manusia dan bangsa.
Pada sesi pemaparan, Dr. Iskandar Andi Nuhung menyoroti kontribusi industri sawit terhadap ekonomi, termasuk penciptaan lapangan pekerjaan.
“Industri ini tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga membantu mengurangi ketimpangan sosial,” ujarnya.
Prof. Siti Rochaeni menekankan pentingnya kesejahteraan petani sawit, dengan menambahkan Sertifikat ISPO harus menjadi fokus pada petani sawit.
“Sertifikasi ISPO harus menjadi fokus agar petani sawit mendapatkan pengakuan dan dukungan yang lebih baik.” Lanjut Siti.
Sementara itu, Prof. Lily Surraya menanggapi isu lingkungan dengan banyak mitos tentang sawit.
Kegiatan ini menjadi langkah penting dalam mengedukasi masyarakat tentang kontribusi positif industri kelapa sawit.
“Kami berharap seminar ini dapat membuka pikiran banyak orang mengenai potensi sawit,” tutup Rizki.