Cinta Tak Selamanya Indah

Jurnalis: Wafil M
KABARBARU, OPINI – Menyatunya suatu hubungan ciptaan tuhan dalam jagat raya merupakan suatu keharmonisan, yang pastinya suatu keharmonisan akan melahirkan suatu kebahagiaan. Siapa sih yang sukar terhadap kebahagian? pastinya juga tak ada yang sukar. Kebanyakan orang mendapat suatu kebahagiaan dengan suatu tindakan yang berhasil dicapai, Terutama dalam cinta.
Cinta merupakan suatu perasaan yang baik bagi semua makhluk yang masih hidup, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) suka sekali, kasih sekali dan ingin sekali. Ketika seseorang sudah mempunyai rasa terhadap orang lain maka gairahnya semakin bertambah untuk memiliki. Jadi, semua orang dengan adanya rasa cinta kemungkinan besar akan bersama, Seperti yang di katakan oleh salah satu kaum pluralis yaitu Empedokles bahwa “cinta adalah suatu sebab yang menyatukan segala sesuatu.”
Banyak orang sekarang sangat mengagungkan cinta, karena mereka yakin dengan cinta akan lebih dinamis atau lebih berkembang dari sebelumnya. Cinta menjanjikan suatu perubahan cepat ke setiap personal entah itu positif atau positif.
Selain menjanjikan suatu perubahan, cinta dengan tidak langsung di sadari juga mendoktrin subjek atau pelaku untuk menjadi lugu, seperti yang dikatakan Jean-Paul Sartre bahwa cinta merupakan suatu penindasan yang halus dan dengan cinta orang terjebak dalam dunia orang lain. Ketika orang yang mencintai sudah masuk pada dunia orang yang dicintai, maka akan ada salah satu personal menjadi benda objek yang harus patuh pada sebuah tindakan.
Setiap masing-masing orang tidak luput dengan pendirianya yang kuat supaya tidak terperangkap pada dunia keterjebakan dan kecerobohan. Bagi saya, orang yang mempunyai pendirian tidak akan selamanya dia tetap konsisten terhadap pendiriannya. Seperti yang di kisahkan dalam karya buku Sulaiman (Bung Maman) dari hasil bualannya. Cinta Yang Jatuh Hati Yang Patah. Seorang Tuan Putri yang giat menulis perjalanan cintanya dengan seorang laiki-laki yang dicintai, namun tidak sesuai dengan ekspektasi sehingga berakhir sialan dan hasil tulisannya disuruh baca pada seekor anjing.
Manusia yang berfikir pastinya tau terhadap tindakan yang dilakukan seorang tuan putri merupakan suatu kecerobohan, di sebabkan dengan cintanya yang yang sialan itu. Mungkin itu suatu bukti bahwa cinta bukan hanya melahirkan suatu keharmonisan, melainkan cinta membuat suatu ketololan.
Ketololan dari cinta bukan diketahui setelah berakhirnya asmara, tidak lain pada setiap perjalanannya. Banyak sekali sifat ketololan yang jarang diketahui, Mungkin mereka yang menjalani menganggap itu suatu keromantisan, tapi pandangan saya itu suatu ketololan. Bukan berarti saya tidak pernah jatuh cinta, saya juga pernah berada pada ketololan cinta hanya saja belum menyadari.
- Penulis adalah Rizkiyullah, asal Pasean Pamekasan Madura. Sekarang menempuh sarjana di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
- Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co