Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Ancaman Polarisasi Menuju Pilpres 2024

Pemilu 2024
Penulis: Muhammad Sutisna (Co Founder Forum Intelektual Muda).

Editor:

Kabar Baru, Opini Pemilu 2024 hawanya semakin terasa, walau masih akan dimulai dua tahun lagi. Tapi para tokoh yang memiliki potensi sebagai kandidat mulai pasang kuda-kuda. Namun yang perlu menjadi catatan bagi masa depan bangsa kita adalah terkait menguatnya polarisasi dalam pemilu ke pemilu menjadi hal yang sangat menakutkan bagi keutuhan Republik hari ini.

Tentu memori kita masih ingat, betapa mencekamnya Pilkada DKI  2017 dan Pilpres 2019 silam. Dimana mudah sekali dalam membaca preferensi pilihan  seseorang berdasarkan tiga faktor yakni: ekspresi politik, latar belakang, dan afiliasinya. Yang pada akhirnya dari preferensi tersebut menghasilkan dua kutub politik. Seperti pada pilkada 2017, orang yang memiliki afiliasi dengan kelompok nasionalis akan memilih Ahok, dan orang yang cenderung afiliasinya dekat dengan kelompok populis keagamaan akan memilih Anies.

Polarisasi dua kutub tersebut bukan hanya terhenti pada pilkada 2017 saja, tapi berlanjut ke Pilpres 2019.  Gawatnya masing masing dua kutub yang berseteru itu, sama sama memberikan labeling. Contohnya pada Pilpres 2019, pendukung Jokowi diberi label sebagai Cebong, dan pendukung Prabowo sebagai Kadrun.

Lalu setelah Pilpres 2019, Polarisasi tesebut masih terasa sampai sekarang dampaknya. Walau tidak terlalu signifikan, karena masih sebatas bising di media sosial. Tapi menurut saya, polarisasi itu diperlukan hentikan. Jangan sampai kembali meletup pada Pemilu 2024 nanti. Tentunya diperlukan kerja kerja kebangsaan yang extra bagi kita semua sebagai elemen bangsa untuk lebih mengedepankan  persatuan daripada harus kembali terjebak pada pola yang sama pada pemilu pemilu sebelumnya. Karena menguatnya politik identitas, tidak menghasilkan substansi politik untuk meningkatkan kualitas demokrasi kita.

Karena dalam melihat situasi global hari ini yang kian dinamis. Harapan bagi seluruh bangsa kita adalah Pemilu 2024 nanti bisa menghasilkan pemimpin yang lebih baik lagi. Meneruskan agenda-agenda pemerintah sebelumnya yang sudah berjalan baik, dan memperbaiki yang belum dianggap baik. Karena itulah pentingnya kesinambungan.

Sejatinya bangsa kita yang terdiri dari macam suku, agama dan budaya bisa terus saling bersinergi. Dan tak kan mudah goyah, hanya karena urusan berbeda pandangan politik.

Lalu bagaimana upaya lain yang mesti dilakukan agar polarisasi tersebut bisa dihentikan secepatnya. Tentunya sangat mudah, bila hal itu juga dibangun oleh para tokoh bangsa hari ini yang betul betul mewakafkan dirinya untuk persatuan bukan mementingkan kepentingan kelompoknya saja.

Momentum ini juga penting diambil bagi para ketua umum Partai Politik untuk lebih bisa memberikan pendidikan politik kepada rakyat agar tidak mudah terprovokasi oleh rayuan rayuan yang bisa memecah belah bangsa. Dimana pada pemilu sebelumnya, peran ketua partai kurang terlihat signifikan. Karena hanya sebagai pemberi stempel. Tetapi kali ini peran ketua partai, harus lebih sering muncul dipermukaan. Bila perlu turun hingga ke gelanggang terdepan. Memastikan dan merasakan suasana kebatinan rakyat serta keinginan rakyat.

Bila kerja kerja kebangsaan tersebut sudah berjalan maksimal dari berbagai macam elemen. Ancaman Polarisasi tersebut akan mulai luntur dengan sendirinya. Dan bangsa kita akan selamat dari ancaman disintegrasi.

 

*) Penulis adalah Muhammad Sutisna (Co Founder Forum Intelektual Muda)

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store