Berita

 Network

 Partner

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store

Hikmah Perang Uhud dalam Manifesto Umat Islam Menyambut Bulan Syawal

Bulan Syawal
Penulis: Barkian Nanda S, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Editor:

Kabar Baru, Opini- Bulan Syawal merupakan bulan dimana kedudukan dan derajat kaum Muslimin meninggi di mata Allah SWT. Hal itu disebabkan umat muslim yang sudah menunaikan ibadah puasa pada bulan sebelumnya, yaitu bulan Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda, ”Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan tulus karena Allah maka dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah.” Pun juga, seluruh umat Muslim harus mampu mempertahankan dan meningkatkan keimanannya, Secara moral maupun spiritual.

Jasa Pembuatan Buku

Di bulan Syawal ini juga di maknai sebagai bulan peningkatan ibadah dan amal sholeh karena memiliki keistimewaan tersendiri.

Dalam sebuah hadis diriwayatkan dari Ayyub RA, Rasulullah SAW bersabda, ”Barang siapa berpuasa Ramadhan dan meneruskannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, berarti dia telah berpuasa satu tahun.” (HR imam Muslim dan Abu Dawud).

Pada bulan ini juga terjadi perang Uhud atau pertempuran yang pecah antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy yang terjadi pada 3 Hijriyah 625 Masehi atau 15 Syawal. Kejadian ini terjadi usai tiga tahun setelah hijrahnya Rasulullah SAW.

Sebanyak 700 pasukan muslim berhadapan dengan 3 ribu pasukan kaum kafir Quraisy di gunung Uhud dan berakhir dengan kekalahan kaum muslimin pada saat itu.

Sebenarnya pasukan muslim mendominasi jalannya pertempuran saat di awal-awal peperangan terjadi. Namun siapa sangka, kaum muslimin mengabaikan strategi awal peperangan yang akhirnya turun dari gunung Uhud untuk berebut harta hingga akhirnya kekalahan pun harus diakui oleh kaum muslimin.

Saat itu, diatas bukit rumah (Bukit Ainain) pasukan pemanah islam sedang berselisih paham tentang perang, ”kita telah menang, ayo kita turun dan bergabung dengan saudara-saudara kita”, salah satu penggal kata dari para tentara islam.

Meski demikian, sebenarnya pimpinan pasukan Abdullah bin Jubair radiyallahu’anhu mengatakan, ”tetaplah berada di tempat kalian, Rasulullah memerintahkan agar kita tetap berada diatas bukit, dalam keadaan kita menang ataupun kalah”.

Namun pasukan muslim tidak mengindahkan perkataan Rasulullah dan mereka memilih turun untuk mengambil hak pemenangan perang, di saat pasukan muslim sedang mengambil harta peperangan.

Pimpinan pasukan berkuda kaum kafir quraisy Khalid bin Walid yang saat itu belum masuk islam melihat kebanyakan pasukan pemanah kaum muslim yang meninggalkan tempatnya, maka ia dengan sigap menyerang pasukan kaum muslim dari belakang. Terjadilah peperangan dengan sisa pasukan pemanah yang masih berada di atas bukit untuk melindungi bagian belakang pasukan kaum muslim tidak mampu menghadapi pasukan berkuda kaum kafir quraisy.

Keadaan yang awalnya menandakan kemenangan, kini berbalik dengan sangat cepat dan hanya ada kekalahan yang bisa mereka rasakan.

Setelah kekalahan tersebut kaum muslimin menyadari sebab-akibat melanggar perintah Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam. Mereka akan mendapatkan kemenangan dan pertolongan Allah Subhanahu wata’ala jika mereka menaati perintah Allah Subhanahu Wata’ala dan mengindahkan perkataan Rasul-nya.

 

*) Penulis adalah Barkian Nanda S, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co

Kabarbaru Network

https://beritabaru.co/

About Our Kabarbaru.co

Kabarbaru.co menyajikan berita aktual dan inspiratif dari sudut pandang berbaik sangka serta terverifikasi dari sumber yang tepat.

Follow Kabarbaru

Get it on Google play store
Download on the Apple app store