Warga Keluhkan Bau Menyengat Sampah TPS Belakang UKI Jakarta Timur

Jurnalis: Rifan Anshory
Kabar Baru, Jakarta Timur – Pengelolaan sampah Tempat Penampungan Sementara (TPS) di belakang Universitas Kristen Indonesia (UKI), Kelurahan Cawang , Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, dikelukan warga.
Pasalnya, bau menyengat sampah di area tersebut kerap dikeluhkan warga sekitar.
Hermanus (28), warga setempat, mengaku sudah lama terganggu dengan bau sampah TPS tersebut.
“Saya sering banget lewat depan tempat sampah itu, sudah dari masa corona. Dan setiap lewat situ pasti bau banget, skala baunya 10 lah,” ujarnya, Senin (13/10).
Bahkan lantaran tak sanggup dengan baunya, ia mengaku selalu menutup hidung ketika melintas di area tersebut.
“Pokoknya kalau lewat depan tempat sampah selalu tutup setengah muka pakai baju karena bau banget, enggak tahan, “ tambahnya.
Pihaknya juga menyebutkan, sampah di lokasi tersebut sering berceceran di luar bak penampungan.
“Kalau diangkutnya sering, biasa dua kali begitu, cuma kalau itu kan namanya ada air sampah gitu jadi meskipun sampahnya dikit tetap bau banget,” jelasnya.
Hal senada disampaikan Meidy (20), mahasiswi yang setiap hari melintas. Ia menilai bau sampah di lokasi itu sangat mengganggu, terutama ketika udara lembap setelah hujan.
“Kayaknya kalau hari-hari tertentu itu setelah hujan ya, jadi karena genangan air itu menyebabkan bau yang enggak sedap. Kalau kering enggak terlalu karena sampahnya udah kering juga,” jelasnya.
Ia mengaku sering mempercepat langkah, bahkan berlari, saat melintas karena sulit bernapas akibat aroma tak sedap TPS.
“Dampak langsung yang aku rasakan itu enggak bisa napas, sering mempercepat langkah dan kalau bisa aku lari,” ujarnya.
“Selain sampah aku juga biasa ngelihat lalat, jadi kalau mau jalan itu ada rasa geli,” tambahnya.
Meskipun terganggu, Meidy terpaksa tetap melewati jalan tersebut karena menjadi rute paling cepat menuju kampus.
“Untuk ke kampus aku terpaksa lewat situ karena itu alternatif yang paling dekat ya dan biar enggak muter jauh,” katanya.
Namun, untuk keperluan lain seperti mengambil uang, ia memilih rute lain untuk menghindari bau busuk TPS tersebut.
Menurutnya, ukuran TPS yang kecil dan kebersihan yang tidak terjaga menjadi penyebab utama munculnya bau.
“Menurut aku penyebab utama bau karena tempatnya terlalu kecil, terus meskipun sampahnya sudah diangkat pun masih tetap bau jadi harus dibersihkan yang bener-bener bersih,” jelasnya.
Hermanus dan Meidy berpendapat bahwa pengurus RT/RW dan warga sekitar harus bertanggung jawab menjaga kebersihan area tersebut.
“Menurut aku pihak yang paling bertanggung jawab ya RT/RW sama warga,” ujar Meidy.
Sebagai solusi, mereka berharap TPS bisa dipindahkan ke tempat yang jauh dari keramaian.
“Solusi dari aku biar enggak bau ya tempat sampahnya dipindah, karena di situ ada tempat makan, ada tempat jualan. Kalau bisa jangan ditempat yang banyak orang lewat,” tambah Meidy.
Sementara itu, petugas kebersihan setempat, Agus (32) mengaku pihaknya sudah berupaya rutin mengangkut dan membersihkan TPS.
Namun, faktor cuaca dan kebiasaan warga yang tidak disiplin membuang sampah sering kali memperparah kondisi.
“Kami biasanya angkut dua atau tiga kali dalam seminggu. Tapi karena kapasitas TPS yang terlalu kecil jadinya warga buang sampah di luar bak, ” kata Agus.
Ia menjelaskan, meskipun sampah sudah diangkut, sisa air lindi dari tumpukan sebelumnya sering mengendap dan menimbulkan bau tidak sedap, apalagi jika tidak segera mengering.
“Yang bikin bau itu airnya, soalnya dari sisa sayur, nasi basi, sama plastik-plastik basah. Kalau habis hujan tambah parah, karena airnya nyatu ke lindi,” jelasnya.
Agus juga menambahkan, luas TPS yang terbatas membuat volume sampah cepat penuh.
“Tempatnya kecil banget, enggak sebanding sama banyaknya sampah dari warga dan pedagang sekitar. Jadi meskipun kita rajin bersihin, tetap cepat penuh,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia berharap seluruh eleman masyarakat ikut menjaga kebersihan dengan membuang sampah sesuai waktu pengangkutan. (Reporter/Magang/Maria Helena Nona Astrid)