Ingin Dekatkan Anies dengan Santri, Gus Muda ini Sumbang Lagu: Inilah Jalanku
Jurnalis: Nurhaliza Ramadhani
Kabar Baru, Jakarta – Pembatasan kegiatan kampanye politik di tempat pendidikan termasuk Pondok Pesantren membuat para santri dan santriwati yang masuk kategori usia pemilih pemula (17-23 tahun) alias kaum gen Z, kurang tersentuh dengan pemaparan visi misi para Capres-Cawapres terutama di masa kampanye seperti ini.
Hal itu yang dirasakan oleh Ustadz muda, Gus Abdul Qohir dari Pondok Pesantren Al Muchtar, Perwira Bekasi Utara, yang memiliki perhatian khusus bahwa dunia pesantren terutama pemilih muda (Gen Z) di lingkungan pesantren tidak mendapatkan literasi politik yang cukup untuk bisa menelisik visi misi dan memilih pemimpin selanjutnya yang tepat untuk negeri ini.
Kekhawatiran ini membuat Gus Abdul Qohir, yang saat ini tengah menyelesaikan studinya di jurusan Islamiyah Syariah, Universitas Al Azhar, Kairo Mesir, berniat menyumbangkan sebuah Lagu Nasyid berjudul “Inilah Jalanku” yang ia ciptakan tahun lalu untuk pasangan Capres-Cawapres yang ia kagumi yakni Pasangan No urut 1, Anies Baswedan dan Gus Muhaimin (AMIN).
Gus yang juga lulusan dari Pondok Pesantren Gontor ini berharap lagu ciptaannya bisa diterima dengan baik oleh pasangan AMIN dan juga bisa bermanfaat membantu untuk lebih memperkenalkan sosok AMIN di kalangan para santri dan lingkungan pondok pesantren.
“Pasangan AMIN ini kan berasal dari kalangan pondok dan juga kalangan pendidik, cocok dengan Marwah lagu ‘Inilah Jalanku’ yang kembali mengingatkan Para Orang Tua, santri dan kita semua akan hakikat dan tujuan untuk ‘mondok’ mencari ilmu.
Ustadz dari kalangan Gen Z ini ternyata juga senang mengikuti fenomena live streaming Capres Anies Baswedan di platform Tiktok.
“Kalau lihat Abah Anies Live tuh rasanya heartwarming banget. Saya merasa nasihat Abah Anies related dengan masalah kaum Gen-Z di Indonesia, kebapakan bangetlah, cocok buat anak Gen-Z yang mengalami Fatherless, apalagi menurut riset, Indonesia menempati urutan ketiga teratas Negara Fatherless sedunia”
Lanjutnya Gus Abdul Qohir juga mengungkapkan kekhawatirannya akan ada kampanye yang cukup meresahkan dengan menjadikan ajaran agama sebagai lelucon.
“Ajaran agama dengan pemahaman tentang agama itu berbeda. Agama itu sempurna, sedangkan pemahaman tentang agama tidak. Fanatik soal pemahaman agama saja tidak dibenarkan apalagi fanatik soal politik.
Menjadikan ajaran agama sebagai bahan lelucon untuk hal politik tidak bisa ditolerir! karena ranah agama adalah ranah sensitif,” pungkasnya.