Angkat Tema Ekofeminisme, Korps PMII Putri Komitmen Kawal Isu Lingkungan dan Pemberdayaan Perempuan di Kabupaten Jember

Jurnalis: Bagaskara Dwy Pamungkas
Kabarbaru, Jember – Mengawali tahun 2025, Pengurus Cabang Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (PC KOPRI) Jember menggelar Sekolah Kader Kopri (SKK) ke-7, bertempat di Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Jember pada Kamis-Senin (09-13/01/2025).
Kegiatan yang berlangsung selama lima hari itu mengangkat tema “Sustainable Development dalam Kerangka Ekofeminisme dan Konstruksi Alam”. Tema ini mencerminkan komitmen PC KOPRI Jember untuk mengawal isu-isu lingkungan, yang erat kaitannya dengan pemberdayaan perempuan, khususnya di Kabupaten Jember.
Ekofeminisme sebagai Grand Design Gerakan KOPRI Jember
Isna Asaroh, Ketua PC KOPRI Jember, menekankan bahwa ekofeminisme menjadi arah besar perjuangan organisasi dalam menjawab tantangan global dan lokal terkait ekologi.
“Ekofeminisme merupakan grand design besar arah gerakan PC KOPRI Jember ke depan. Melalui tema dalam SKK ini, kami menekankan pentingnya menginternalisasi nilai menjaga alam dan lingkungan, serta memberdayakan masyarakat, khususnya perempuan yang sering kali menjadi pihak paling terdampak akibat kerusakan alam,” ungkap Isna.
Melanjutkan, Ekofeminisme sendiri merupakan pendekatan yang menghubungkan isu lingkungan dengan ketidakadilan yang dialami perempuan. Teori ini berpandangan bahwa eksploitasi alam berjalan seiring dengan dominasi terhadap perempuan, terutama di masyarakat patriarkal. Isu ini menjadi relevan di Jember yang sebagian besar penduduknya bergantung pada sektor agraris dan sering menghadapi ancaman kerusakan lingkungan seperti deforestasi, banjir, dan perubahan iklim.
Internalisasi Nilai Ekologi dan Pemberdayaan Perempuan
SKK kali ini diikuti oleh 20 mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi di Jember serta peserta dari luar daerah seperti Bondowoso, Lumajang, Tulungagung, dan Kediri. Forum kaderisasi formal ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai ideologis organisasi sekaligus memperkuat pemberdayaan perempuan secara progresif.
“Kami berharap peserta SKK dapat benar-benar menginternalisasi berbagai materi dan nilai yang disampaikan oleh para pemateri. Dengan demikian, mereka dapat secara aktif mengawal isu pemberdayaan perempuan, khususnya dalam menanggulangi dampak kerusakan lingkungan terhadap perempuan,” jelas Klarisa, Ketua Panitia SKK Jember.
Materi dan Kajian Mendalam tentang Ekofeminisme
Dalam SKK ini, peserta diberikan 12 materi yang dirancang untuk memperkuat kapasitas intelektual dan emosional mereka, termasuk menyoal isu ekologi dalam perspektif ekofeminisme. Salah satu masterpiece dari kegiatan ini adalah mengkaji “Perempuan dan Alam dalam Telaah Ekofeminisme”, yang membahas prinsip-prinsip keberlanjutan, kesetaraan, dan keadilan ekologis.
Materi tersebut mengupas dampak eksploitasi lingkungan terhadap perempuan, terutama di komunitas agraris dan adat. Pemateri juga memaparkan studi kasus terkait deforestasi, perubahan iklim, dan eksploitasi sumber daya alam yang sering memperburuk beban perempuan, baik secara ekonomi maupun sosial.
Sebagai contoh, di wilayah agraris seperti Jember, perempuan sering kali menjadi yang pertama merasakan dampak kerusakan lingkungan. Ketika sumber daya seperti air atau lahan pertanian menjadi terbatas, perempuan menghadapi tantangan lebih besar karena peran mereka dalam mengelola kebutuhan keluarga dan komunitas.
Pentingnya Pengarusutamaan Gender dalam Isu Lingkungan
Kajian ekofeminisme juga menyoroti pentingnya pendekatan berbasis gender dalam pengelolaan lingkungan. Sebuah studi oleh Vandana Shiva, tokoh ekofeminisme global, menegaskan bahwa perempuan sering kali memiliki pengetahuan lokal yang mendalam tentang sumber daya alam, tetapi mereka jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Hal ini menjadi perhatian PC KOPRI Jember dalam mendorong keterlibatan perempuan secara aktif dalam pembangunan berkelanjutan.
Komitmen Berkelanjutan
Isna menutup acara dengan harapan agar PC KOPRI Jember terus konsisten dalam memperjuangkan nilai-nilai ekofeminisme tanpa melupakan ideologi dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia itu sendiri.
“Semoga secara kontinyu, PC KOPRI Jember dapat merawat ghirroh perjuangannya dalam mengawal konstruksi alam melalui nilai-nilai ekofeminisme, tanpa melupakan nilai-nilai ideologi PMII,” tutupnya.
Dengan terselenggaranya SKK ke-7 ini, PC KOPRI Jember menunjukkan komitmennya untuk mencetak kader perempuan yang tidak hanya tangguh dalam mengadvokasi isu-isu sosial, tetapi juga memiliki kesadaran ekologis yang tinggi sebagai bagian dari upaya membangun peradaban yang lebih adil dan berkelanjutan.