Oase Institute Gandeng Pegiat komunitas Perdamaian Ramaikan Media Sosial dengan Konten Inklusif

Jurnalis: Ramdani
Kabar Baru, Malang– Media sosial mengalami banjir bandang informasiyang tak terbendung. Mulai dari teks hingga audio visual berseliweran, di mana hampir semua milenial Indonesia turutserta meramaikannya – mulai menjadi pengguna aktif ataupasif. Media sosial tidak luput dari genggaman milenial.
Persoalannya, sudah mampukah milenial mengoptimalisasikan gawainya dalam rangka membangun nilai-nilai inklusif dan perdamaian? Ini adalah tugas bersama, khususnya milenial pegiat perdamaian. Oleh karena itu, pengurus Oase Institute mengajak milenial untuk mendiskusikan dan berlatih mengoptimalisasi media sosial, Sabtu, (22/7)
Kegiatan ini berlangsung siang higga sore hari, di Oase Café & Literacy, sebuah kedai kopi berkonsep literasi. Adapun peserta yang hadir terdiri dari pemuda IPNU-IPPNU Kota Malang, Duta Damai Jawa Timur, KMNU UB, dan GUSDURian Malang.
Acara ini dibuka oleh Mohamad Anas, selaku Pembina Oase Institute. Ia mengatakan bahwa kegiatan ini bermaksud untuk mengkolaborasikan kerja media para pegiat perdamaian di Kota Malang dalam menyuarakan perdamaian, toleransi, dan inklusivitas.
“Sudah cukup banyak kebencian, hoaks, dan intoleransi di media sosial, sudah saatnya milenial peduli terhadap perdamaian, keberagaman, dan toleransi menyuarakan nilainya di ruang maya. Milenial sangat ditunggu perannya dalam menyuarakan nilainya di media sosial – dengan membuat infografik atau video pendek,” tambahnya.
Selanjutnya acara dilanjutkan dengan dialog kebangsaan yang disampaikan Muhammad Lukman Hakim. Pria asal Magelang ini menjelaskan akan pentingnya merawat keberagaman dan toleransi, sembari memaparkan data bahwa masih ada atau maraknya kasus intoleransi/ radikalisme di dunia nyata atau maya.
“Oleh sebab itu, kampanye perdamaian di dunia maya penting untuk digencarkan lagi. Milenial jangan hanya menjadi pengguna pasif saja di media. Mari rebut ruang itu.” Ujar pria jebolan pascasarjana UGM itu.
Lukman juga menceritakan sosok inspiratif yang menjadi role modelnya dalam berkarya, Ia adalah Erix Soekamti, punggawa grup bank Endank Soekamti. Menurutnya, Erix boleh gagal dalam bersekolah, tapi dirinya tidak gagal dalam mewujudkan mimpinya, berkarya, dan merdeka. “Hingga saat ini, Erix Soekamti menjadi seniman atau musisi yang terus berkarya untuk Indonesia,” pungkasnya.
Seusai dialog, peserta diajak Al Muiz Liddinillah yang merupakan pengurus Oase Institute untuk membuat infografik. “Banyak pilihan platform yang bisa digunakan. Tapi untuk mempermudah, kita pakai aplikasi sejuta umat dan mudah diakses saja, yakni Canva,” tambah pria asal Gresik itu.
Semua peserta dengan khusuk mempraktekkan apa yang telah disampaikan Muiz. Alhasil, semua peserta sukses membuat infografik atau poster dengan nilai inklusif dan perdamaian. Acara diakhiri dengan sesi ramah tamah dan foto bersama. (*)