Penguatan Industri Galangan Kapal untuk Pemulihan Ekonomi Nasional
Editor: Ahmad Arsyad
KABARBARU, OPINI- Pandemi covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini membuat penduduk dunia ketar-ketir, bukan hanya dari sektor kesehatan saja tapi berdampak pada terganggunya sistem perekonomian dunia. Tak terkecuali di Indonesia yang sangat merasakan dampaknya dari berbagai sektor, khususnya adalah sektor perekonomian yang mengalami kontraksi begitu hebat. Dimana bila merujuk data kementerian Keuangan sejak pemerintah mengumumkan status darurat akibat pada Maret 2020 silam, mengakibatkan terbatasnya mobilitas masyarakat secara otomatis menggangu kinerja sistem perekonomian kita. Pertumbuhan ekonomi Nasional pada kuartal I 2020 hanya 2,97 persen. Dimana posisi tersebut yang terendah sejak 2001, atau sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Selain itu berdasarkan Struktur Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pengeluaran kompak lesu. Konsumsi rumah tangga sebagai komponen dengan sumbangan terbesar pada PDB (58,14 persen), hanya tumbuh 2,84 persen, anjlok dari 5,02 persen di kuartal I 2019. Struktur PDB menurut lapangan usaha, mayoritas melambat. Dari 17 sektor lapangan usaha, hanya tiga yang menguat meliputi jasa keuangan dan asuransi, informasi dan komunikasi, jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
Perlambatan itu hanya sinyal awal. Pada kuartal selanjutnya, pertumbuhan ekonomi ‘berdarah’ hingga minus 5,32 persen. Ini merupakan kejatuhan paling dalam selama pandemi. Angka ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2019, yakni 5,05. Sempat ada secercah harapan mengenai pertumbuhan ekonomi kita di tahun 2021, namun kembali loyo akibat serangan varian delta pada pertengahan tahun 2021, yang menyebabkan pemerintah harus kembali menerapkan kebijakan pembatasan (PPKM) sehingga pertumbuhan ekonomi kita menurut data BPS pada tahun 2021 hanya sebesar 3,69 persen, namun lebih tinggi disbanding capaian tahun 2020 yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar10,46%.
Kondisi melambatnya pertumbuhan ekonomi juga secara langsung berdampak pada industri galangan kapal selama kurun waktu 2 tahun terakhir. Faktornya adalah ketika terjadinya pembatasan mobilitas masyarakat yang menghambat distribusi ekonomi di sektor pelayaran.
Dengan terbatasnya kapal yang berlayar, otomatis berdampak pada penurunan jumlah yang ingin memesan kapal maupun yang ingin melakukan perbaikan kapalnya. Karena banyak dari perusahaan pelayaran yang melakukan efisiensi, seperti sebagian besar kapal yang tidak berlayar membuat perusahaan mensiasatinya dengan hanya melakukan perawatan kapal bila sangat mendesak. Akibatnya terjadi penurun omzet sekitar 30 persen per tahunnya di sektor industry galangan kapal. Disisi lain, para pelaku industri tersebut harus tetap beroperasi seperti maintenance galangannya. Padahal sebelum terjadinya pandemi, industri galangan kapal kita baik yang berada di jalur swasta maupun pemerintah bisa melakukan produksi kapal dan perawatan kapal. Seperti cerita salah satu pegiat industri galangan kapal terkemuka nasional, Sudiding Irsyad yang merupakan Komisaris PT Dok Bahari Nusantara yang galangan kapalnya bermarkas di Cirebon. Menggambarkan pada sebelum pandemi, perusahaannya mendapatkan banyak orderan dalam hal pembuatan kapal.
Salah satunya adalah pada tahun 2018 berhasil membuat kapal penumpang terbesar untuk penyebrangan di Danau Toba bernama KMP Ihan Batak. Dimana kapal tersebut dikerjakan oleh tenaga asli Indonesia yang berjumlah 130 orang. Tentunya dengan semakin banyaknya industri galangan kapal yang beroperasi, turut memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional.
Perlunya Sinergitas Antara Swasta dengan BUMN Seiring dengan melandainya kasus covid-19 di Indonesia, karena ikhtiar pemerintah yang perlu diapresiasi seperti gencar melakukan vaksinasi kepada masyarakat. Selain itu dengan adanya kebijakan pemerintah untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional diberbagai sektor, perlu bagi pemerintah melakukan penguatan industri galangan kapal kita saat ini. Agar kembali pulih,
setelah dihantam pandemi yang berkepanjangan.
Apalagi dengan melihat posisi strategis Indonesia sebagai negara maritim yang secara geografis terdiri dari kepulauan, Indonesia sangat berkepentingan dengan adanya industri galangan kapal karya anak bangsa. Karena dari sisi ekonomi Nasional bisa menjadi multiplier effect sebagai penggerak perekonomian, karena banyak menciptakan lapangan kerja. Selain itu peran industri galangan kapal juga sangat penting dalam mewujudkan konektivitas antar wilayah melalui penguatan sarana transportasi laut. Selain itu dengan program Tol Lautnya Presiden Jokowi, seharusnya industry galangan kapal kita memiliki kesibukan tersendiri, karena pastinya dibutuhkan banyak armada kapal untuk menunjang konektifitas tersebut.
Disisi lain dalam sektor pertahanan dan keamanan untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim dunia diperlukan jumlah armada yang tidak sedikit, sehingga perlu adanya sinergitas antara Industri Galangan Kapal plat merah (BUMN) dengan Industri Galangan Kapal miliki Swasta dalam negeri untuk sama sama melakukan kerja-kerja penguatan agar sektor ini bisa menjadi katalisator untuk memperkuat pemulihan ekonomi nasional. Sepak terjang industry galangan kapal kita juga tidak perlu diragukan lagi. Karena bila kita flashback dari sejarah di masa lampau, pada masa kejayaan Sriwijaya dan Majapahit. Nenek Moyang kita mampu membuat kapal-kapal besar untuk mengarungi lautan dunia dalam menunjukan eksistensinya baik secara politik maupun ekonomi. Berbekal itulah, seharusnya industri galangan kapal kita pada era modern ini bisa unjuk gigi dihadapan dunia bahwa kita memiliki kualitas yang baik.
Bila mengutip pernyataannya Menko Perekonomian Airlangga Hartanto, pada saat melihat proses produksi KRI Teluk Palu di galangan kapal milik PT Daya Radar Utama (DRU) yang berlokasi di Bandar Lampung, bahwasanya pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memberikan dukungan diantaranya dengan menjaga iklim investasi tetap kondusif agar terjadinya kesinambungan operasional dan produktivitas sektor industri galangan kapal, serta pemerintah mendorong untuk memberikan pelatihan kepada sumber daya manusia yang bergerak di industry perkapalan untuk lebih meningkatkan daya saing.
Selain itu penting bagi pemerintah untuk melakukan kerjasama antara Industri Galangan Kapal yang berada dalam naungan BUMN lebih memperat hubungan dengan Industri Galangan Kapal Swasta dalam Negeri, dimana tidak adanya persaingan antara satu dengan yang lainnya. Namun lebih kepada mengkolaborasikannya. Sehingga apabila ada keinginan pemerintah untuk melakukan penambahan armada kapal baik untuk sektor militer (Alutsista) hingga sektor sipil (kapal tanker, kapal penumpang, maupun kapal barang) lebih mengutamakan industri galangan kapal dalam negeri, karena bila melihat data statistik Kementerian Perindustrian jumlah Perusahaan yang bergerak pada industri galangan kapal berjumlah 250 perusahaan. Jangan sampai karena sepinya order, membuat industri tersebut gulung tikar.
*) Penulis adalah Muhammad Sutisna, Direktur Maritim Strategic Center.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kabarbaru.co